Wamena, nirmeke.com — Umat Katolik dari wilayah Pegunungan Tengah Papua yang tergabung dalam Keuskupan Jayapura menggelar pasar dan pameran pangan lokal di Museum Gereja Katolik Besaput, Wamena. Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian Prasinode Keuskupan Jayapura yang telah dipersiapkan sejak awal tahun 2025.
Ketua Panitia Sinode Keuskupan, Benny Mawel, menjelaskan bahwa kegiatan tersebut merupakan hasil dari proses refleksi dan aksi umat selama tujuh bulan terakhir.
“Persiapan ini sudah dilakukan sejak awal tahun. Umat melakukan refleksi Prasinode, lalu aksi nyata berupa kerja kebun, menanam pohon, membuat kerajinan tangan, serta melatih lagu-lagu rohani dalam bahasa daerah,” jelas Benny, Kamis (24/10/2025).
Menurutnya, momen pasar dan pameran ini menjadi kesempatan bagi umat untuk memamerkan hasil karya dan kreativitas mereka. Selain menjual hasil kebun dan kerajinan tangan, umat juga menampilkan lagu-lagu rohani yang telah mereka latih selama berbulan-bulan.
Kegiatan pasar dan pameran akan berlangsung selama dua hari, dan akan ditutup besok (25/10/2025). Setelah itu, panitia akan melanjutkan persiapan menuju perayaan puncak Prasinode tingkat Pegunungan Tengah yang dijadwalkan berlangsung pada 26 Oktober 2025 di Tegena Pegunungan Senga.
“Perayaan puncak nanti akan dihadiri oleh Uskup Keuskupan Jayapura, pemerintah provinsi dan kabupaten, serta para tokoh Katolik dari seluruh Papua Pegunungan, Kami juga sudah mengundang Bapak Bupati dan perwakilan pemerintah daerah untuk hadir,” ujar Benny.
Peserta kegiatan berasal dari sembilan paroki dan satu kuasi-paroki yang mencakup wilayah Yalimo, Mamberamo Tengah, Yahukimo, Lanny Jaya, Jayawijaya, Nduga, dan Tolikara.
Panitia mengajak masyarakat Wamena dan sekitarnya, khususnya yang berdomisili di Kota Wamena, untuk datang dan berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
“Mari datang ke lokasi pameran, belanja hasil kebun dan kerajinan umat, sambil menyaksikan hiburan rohani. Ini adalah cara umat Katolik mengonsolidasikan diri untuk kembali hidup sebagai orang asli pegunungan — hidup dari hasil tanah dan karya sendiri,” kata Benny menutup.(*)
Pewarta: Aguz Pabika
