Adil Untuk PerubahanAdil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
  • Tanah Papua
  • Berita Papua
    • Polhukam
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Perempuan & Anak
    • Ekonomi & Bisnis
    • Infrastruktur
    • Lingkungan
    • Olaraga
  • Jendela Papua
    • Kuliner
    • Lensa
    • Pariwisata
    • Travel
    • Seni & Budaya
  • Pena Papua
    • Catatan Aktivis Papua
    • Sastra
    • Cerpen Papua
    • Artikel
    • Siaran Pers
    • Berita Foto
  • Editorial
  • Kerjasama
    • Kabupaten Lanny Jaya
Tulis judul berita...
© 2025 Nirmeke. Design by Team IT Nirmeke. All Rights Reserved. Develop By Loteng Kreatif.
Reading: Cerpen | Pulang Tanpa Ijazah
Share
Notification
Adil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
  • Headline
  • Tanah Papua
  • Kesehatan
  • Ekonomi & Bisnis
  • Pendidikan
  • Artikel
  • Cerpen Papua
  • Pariwisata
  • Editorial
Tulis judul berita...
  • Tanah Papua
  • Berita Papua
    • Polhukam
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Perempuan & Anak
    • Ekonomi & Bisnis
    • Infrastruktur
    • Lingkungan
    • Olaraga
  • Jendela Papua
    • Kuliner
    • Lensa
    • Pariwisata
    • Travel
    • Seni & Budaya
  • Pena Papua
    • Catatan Aktivis Papua
    • Sastra
    • Cerpen Papua
    • Artikel
    • Siaran Pers
    • Berita Foto
  • Editorial
  • Kerjasama
    • Kabupaten Lanny Jaya
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2025 Nirmeke. Design by Team IT Nirmeke. All Rights Reserved.
Adil Untuk Perubahan > Pena Papua > Cerpen Papua > Cerpen | Pulang Tanpa Ijazah
Cerpen Papua

Cerpen | Pulang Tanpa Ijazah

admin
Last updated: August 22, 2025 11:35
By
admin
Byadmin
Follow:
3 weeks ago
Share
4 Min Read
Istimewa
SHARE

Di sebuah kampung kecil di lembah yang selalu diselimuti kabut pagi, hiduplah sepasang suami istri yang telah menua bersama tanah, kebun, dan rimba. Mereka menanam singkong, keladi, dan jagung. Menyimpan babi-babi di kandang kecil di belakang rumah. Semua itu hanya untuk satu mimpi: anak sulung mereka, Yonas, bisa pergi jauh, menuntut ilmu, lalu kembali sebagai orang terhormat.

Iklan Nirmeke

Sejak kecil, Yonas adalah anak yang disanjung-sanjung di kampung. “Dia ini pintar sekali. Besok-besok bisa jadi guru, jadi dokter, atau kepala distrik,” kata para tetua tiap kali melihatnya pulang dari sekolah membawa rapor biru.

Maka ketika Yonas lulus SMA, sang Bapak menjual babi satu-satunya. Sang Mama memanggul karung keladi ke pasar tiap minggu. Semua uang dikumpulkan agar Yonas bisa kuliah di kota besar. Mereka percaya ilmu akan mengangkat derajat keluarga, juga kampung mereka.

“Pergilah, Nak,” ucap sang Mama di hari keberangkatan. “Kami akan berdoa setiap hari. Pulanglah nanti dengan ilmu dan ijazahmu.”

Yonas berangkat dengan senyum, meninggalkan kampung yang perlahan mengecil di balik kabut dan bukit.

Baca Juga:  Mayat Turis Jepang di Biak Berdarah

Tahun-tahun pun berjalan. Setiap bulan, Yonas menelepon, kadang kirim pesan: minta uang kuliah, uang kos, uang seminar. Sang Mama dan Bapak selalu mengirim, meski harus makan ubi rebus setiap hari, meski kebun sudah kehabisan panen. Mereka percaya anaknya sedang berjuang di tengah kota yang asing.

Namun tak pernah ada kabar tentang wisuda. Tak pernah ada foto memakai toga. Natal demi Natal, Yonas tak pernah pulang. Saat sang Mama jatuh sakit, ia hanya mengirim pesan singkat: “Doakan cepat sembuh.”

Hati orang tua itu tetap bertahan pada satu keyakinan: mungkin anak mereka benar-benar sibuk belajar, demi masa depan yang gemilang.

Delapan tahun kemudian, Yonas pulang.

Ia datang bersama seorang perempuan berkulit pucat dan seorang anak kecil yang memanggilnya Papa. Tapi ia tak membawa ijazah. Tak ada cerita keberhasilan. Tak ada kebanggaan seperti yang diharapkan.

Ia pulang dengan kepala tertunduk.

Di depan tungku api yang sudah redup, sang Mama bertanya dengan suara bergetar, “Yonas… apa yang sebenarnya kau kejar di kota itu? Kami jual babi, kami jual kebun, kami puasa makan daging bertahun-tahun… untuk apa semua ini kalau kau pulang tanpa ijazah?”

Iklan Otomatis

Yonas diam. Hanya suara malam di kampung yang menjawab.

Baca Juga:  INSOS BAWA MELEO PU CINTA PERGI

Barulah terungkap: semua uang itu habis untuk hidup di kota, menyewa kos, foya-foya, hingga akhirnya ia menanggung keluarga kecilnya sendiri. Ia tak pernah benar-benar kuliah. Semua cerita tentang ujian, seminar, dan skripsi hanyalah kebohongan.

Sang Mama menatapnya lama, mata tuanya basah. “Kami tak marah karena kau menikah dengan orang luar, Nak. Kami marah karena kau membohongi doa dan pengorbanan kami.”

Sejak hari itu, kampung kecil itu tak pernah sama lagi. Sang Bapak menua lebih cepat, punggungnya makin bungkuk. Sang Mama jarang tersenyum. Mereka menatap setiap matahari terbenam dengan dada yang penuh luka.

Dari cerita Yonas, orang-orang kampung belajar satu hal:

Bahwa pergi jauh bukan hanya soal mimpi dan kota besar, tapi soal tanggung jawab, kejujuran, dan menghormati pengorbanan mereka yang menunggu di kampung—dengan hati penuh doa, dan piring yang sering kali hanya berisi ubi rebus. (*)

Related

You Might Also Like

YOKA

Lukisan Bergairah Pada Tembok Rumah Sakit Siriwini

Cerita Dengan Wanita Papua

Cinta Persahabatan Dalam Diam

LEWA SOGERI

TAGGED:Cerpen PapuaKehidupan Orang PapuaPendidikan di PapuaSDM Papua

Gabung Channel Whatsapp

Dapatkan berita terbaru dari Nirmeke.com di Whatsapp kamu
Klik disini untuk bergabung
Dengan anda klik untuk gabung ke channel kami , Anda menyetujui Persyaratan Penggunaan kami dan mengakui praktik data dalam Kebijakan Privasi kami. Anda dapat berhenti mengikuti kapan saja.
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link
Previous Article Janji Manis yang Terancam Pahit: 21 Mahasiswa Kedokteran Jayawijaya Hadapi Ancaman Cuti karena Bantuan Tak Kunjung Turun
Next Article Mahasiswa Jayapura Antusias Ikuti Kelas Pelatihan Menulis JPIC OFM Papua
Leave a Comment Leave a Comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan dari Nirmeke.com
Ad image

Berita Hangat

Festival Media se-Tanah Papua Pertama Digelar di Nabire, Hadirkan Ratusan Jurnalis dan Praktisi Nasional
Tanah Papua
9 hours ago
DPW Partai GEMA Bangsa Papua Perkuat Struktur Hingga ke Tingkat Kampung
Tanah Papua
10 hours ago
Pemuda Gereja Longgika Tiom Gelar Seminar Sehari: Gembala Teladan dan Kreativitas Pemuda Jadi Sorotan
Tanah Papua
10 hours ago
Pemprov Papua Pegunungan Luncurkan Program “Habis Apel, Minum Kopi Kita” untuk Dukung UMKM Lokal
Ekonomi & Bisnis Tanah Papua
10 hours ago

Lihat Topik Berita Lain Dari Nirmeke

- Advertisement -
- Advertisement -
Baca juga
Cerpen Papua

Pesawat Kertas Untuk Putri Senja Paniai

1 year ago
Cerpen Papua

Kesetiaan cinta seorang Pria

2 years ago
Cerpen Papua

Cerpen: Tanah yang Terjual

9 months ago
Cerpen PapuaPendidikan

Kisah Anak Rantau di Bawah Terik Mentari: Saga Youtefa Jayapura

1 month ago
Cerpen Papua

Politik Ala Papua

2 years ago
Cerpen Papua

INSOS BAWA MELEO PU CINTA PERGI

7 months ago
Cerpen Papua

Gemuruh Perang dan Cinta di Pulau Biak

1 year ago
Cerpen Papua

Cinta Bersemi di Rimba Raya

1 year ago
Previous Next
Adil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
Follow US
© 2025 Nirmeke. Design by Team IT Nirmeke. All Rights Reserved. Develop By Loteng Kreatif.
  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Cyber
  • Iklan
  • Jasa Buat Website
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?