Adil Untuk PerubahanAdil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
  • Tanah Papua
  • Berita Papua
    • Polhukam
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Perempuan & Anak
    • Ekonomi & Bisnis
    • Infrastruktur
    • Lingkungan
    • Olaraga
  • Jendela Papua
    • Kuliner
    • Lensa
    • Pariwisata
    • Travel
    • Seni & Budaya
  • Pena Papua
    • Catatan Aktivis Papua
    • Sastra
    • Cerpen Papua
    • Artikel
    • Siaran Pers
    • Berita Foto
  • Editorial
  • Advertorial
Reading: Gemuruh Perang dan Cinta di Pulau Biak
Share
Sign In
Notification
Font ResizerAa
Adil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
Font ResizerAa
  • Headline
  • Tanah Papua
  • Kesehatan
  • Ekonomi & Bisnis
  • Pendidikan
  • Artikel
  • Cerpen Papua
  • Pariwisata
  • Editorial
  • Tanah Papua
  • Berita Papua
    • Polhukam
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Perempuan & Anak
    • Ekonomi & Bisnis
    • Infrastruktur
    • Lingkungan
    • Olaraga
  • Jendela Papua
    • Kuliner
    • Lensa
    • Pariwisata
    • Travel
    • Seni & Budaya
  • Pena Papua
    • Catatan Aktivis Papua
    • Sastra
    • Cerpen Papua
    • Artikel
    • Siaran Pers
    • Berita Foto
  • Editorial
  • Advertorial
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2025 Nirmeke. Design by Team IT Nirmeke. All Rights Reserved.
Adil Untuk Perubahan > Pena Papua > Cerpen Papua > Gemuruh Perang dan Cinta di Pulau Biak
Cerpen Papua

Gemuruh Perang dan Cinta di Pulau Biak

admin
Last updated: May 28, 2024 04:26
By
admin
Byadmin
Follow:
12 months ago
Share
4 Min Read
SHARE

Karya: Stevano J Gewab Syufi

Iklan Nirmeke
Ad image

Pada suatu masa di tengah gemuruh Perang Dunia II, di Kepulauan Biak yang indah, hiduplah seorang gadis bernama Imelda Marita Sroyer. Imelda adalah putri seorang kepala suku yang terhormat di wilayah tersebut. Kecantikan dan kelembutannya membuat banyak pria terpikat, tetapi Imelda selalu mencari sesuatu yang lebih dalam hati dan jiwanya. Kehidupan tenangnya mulai berubah ketika pasukan Jepang tiba di pulau tersebut, mendirikan pangkalan militer dan menguasai wilayah.

Di antara pasukan itu, ada seorang prajurit muda bernama Hiroshi Mitsuda. Hiroshi berbeda dari prajurit lainnya; hatinya penuh dengan kerinduan akan kedamaian dan rasa ingin tahu yang besar tentang budaya dan orang-orang di pulau yang baru ini. Suatu hari, ketika Hiroshi sedang berpatroli di dekat hutan, ia melihat Imelda sedang mengumpulkan sayur sayuran. Terpesona oleh kecantikannya, Hiroshi mendekati Imelda dengan hati-hati, berusaha untuk tidak menakutinya.

Imelda awalnya terkejut melihat prajurit asing mendekatinya, tetapi ada sesuatu dalam sorot mata Hiroshi yang membuatnya merasa tenang. Mereka berdiri dalam keheningan, tidak tahu bagaimana berkomunikasi satu sama lain. Akhirnya, Hiroshi mencoba menggunakan bahasa isyarat sederhana, menunjuk pada sayuran yang dipegang Imelda dan tersenyum. Imelda, melihat usahanya, tersenyum balik dan memberikan sayuran serta beberapa ubi-ubian yang di dapat Imelda pada hari itu kepadanya.

Baca Juga:  YOKA

Sejak saat itu, pertemuan mereka menjadi semakin sering. Setiap sore, setelah tugas militer Hiroshi selesai, mereka bertemu di tempat yang sama. Mereka berbicara dalam bahasa isyarat, menciptakan kode dan simbol mereka sendiri untuk saling memahami. Hiroshi mengajarkan Imelda beberapa kata dalam bahasa Jepang, dan Imelda mengajarkan Hiroshi beberapa kata dalam bahasa Biak. Meski dengan keterbatasan bahasa, mereka mulai jatuh cinta satu sama lain, berbagi cerita, tawa, dan mimpi tentang masa depan yang damai.

Namun, cinta mereka bukan tanpa rintangan. Rekan-rekan prajurit Hiroshi mulai curiga dengan seringnya dia menghilang, dan penduduk desa pun mulai berbicara tentang hubungan yang tidak biasa antara Imelda dan prajurit Jepang itu. Pada suatu malam, ayah Imelda memanggilnya dan memperingatkan tentang bahaya berhubungan dengan musuh. Imelda, dengan air mata mengalir di wajahnya, mencoba menjelaskan bahwa Hiroshi bukanlah musuh, tetapi seseorang yang peduli padanya dengan tulus.

Situasi semakin memburuk ketika pertempuran antara pasukan Jepang dan Sekutu semakin intens. Kepulauan Biak menjadi medan pertempuran yang sengit. Hiroshi dan Imelda tahu bahwa waktu mereka bersama semakin singkat. Pada malam terakhir mereka bertemu, di bawah cahaya bulan yang redup, Hiroshi memberikan sebuah kalung kecil dengan liontin berbentuk bunga sakura kepada Imelda. Itu adalah simbol dari cintanya yang tulus dan abadi.

Baca Juga:  Cerpen: Perpisahan Dirumah Sakit Abepura

“Watashi wa anata o aishiteimasu,” kata Hiroshi pelan, berharap Imelda mengerti.

Imelda mengangguk, matanya berkaca-kaca, dan membalas dalam bahasa Biak, “Yaswar fafaya au ba,” yang berarti “saya sangat menyayangi kamu .”

Mereka berpelukan untuk terakhir kalinya sebelum Hiroshi harus kembali ke markas. Tak lama setelah itu, pertempuran besar meletus. Pasukan Sekutu berhasil memukul mundur pasukan Jepang, tetapi dengan korban yang besar di kedua belah pihak. Hiroshi tewas dalam pertempuran tersebut, membawa serta kenangan indah bersama Imelda.

Imelda sangat terpukul oleh kepergian Hiroshi, tetapi dia tetap mengenang setiap momen yang mereka habiskan bersama. Kalung dengan liontin bunga sakura selalu ia kenakan, sebagai tanda cinta mereka yang tidak akan pernah pudar.

Sebuah cerita tentang cinta yang melampaui batas bahasa dan perbedaan, dan bagaimana dua jiwa yang berbeda bisa saling menemukan di tengah kekacauan perang. Meski mereka terpisah oleh maut, cinta mereka tetap abadi dalam hati Imelda, menjadi kenangan yang tak terlupakan sepanjang hidupnya.

Iklan Nirmeke
Ad image

You Might Also Like

Cinta Persahabatan Dalam Diam

Cerpen: Perpisahan Dirumah Sakit Abepura

INSOS BAWA MELEO PU CINTA PERGI

Lukisan Bergairah Pada Tembok Rumah Sakit Siriwini

Cerpen: Tanah yang Terjual

TAGGED:Cerpen PapuaGemuruh Perang dan Cinta di Pulau Biak

Gabung Channel Whatsapp

Dapatkan berita terbaru dari Nirmeke.com di Whatsapp kamu
Klik disini untuk bergabung
Dengan anda klik untuk gabung ke channel kami , Anda menyetujui Persyaratan Penggunaan kami dan mengakui praktik data dalam Kebijakan Privasi kami. Anda dapat berhenti mengikuti kapan saja.
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link
Previous Article Calon Kepala Daerah di Papua Pegunungan Diwajibkan Sampaikan Visi Misi Pakai Bahasa Ibu
Next Article Pemprov Papua Pegunungan Diminta Perhatikan Penyandang Disabilitas
Leave a Comment Leave a Comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Hangat

Mahasiswa Lanny Jaya di Makassar Tolak Pembangunan Pos Militer di Distrik Melagineri
Tanah Papua
19 hours ago
Bupati Yahukimo Hadiri Pelantikan 35 Anggota DPRK Periode 2025–2030
Tanah Papua
19 hours ago
Mahasiswa Papua di Sumatera Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Wamena
Tanah Papua
19 hours ago
Kekurangan Guru dan Dampak Banjir Hambat Pendidikan di Jayawijaya
Pendidikan
3 days ago
Iklan
Ad image

Lihat Topik Berita Lain Dari Nirmeke

Baca juga
Cerpen Papua

Mince Diusir Orang Tuanya

3 years ago
Cerpen Papua

Panggil Saya Cacat

2 years ago
ArtikelCerpen Papua

Mayat Turis Jepang di Biak Berdarah

8 months ago
Cerpen Papua

Doa Olipa Menembus Langit Dunia

2 years ago
Cerpen Papua

Kisah Meepa Ngobrol Dengan Serigala Penjaga Salju

11 months ago
Cerpen Papua

SA MAU BEBAS 

1 year ago
Cerpen Papua

Politik Ala Papua

2 years ago
Cerpen Papua

Cerpen: Percuma Sa Berdoa

4 months ago
Cerpen Papua

Pesawat Kertas Untuk Putri Senja Paniai

11 months ago
Previous Next
Adil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
Follow US
© 2025 Nirmeke. Design by Team IT Nirmeke. All Rights Reserved.
  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Cyber
  • Iklan
  • Jasa Buat Website
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?