Oleh: Nomen Douw
Seluruh sekolah di Papua ramai dengan nama Rosa yang telah menjuarai ujian nasional. Perempuan asli Biak yang berasal dari keluarga sederhana berhasil mencapai nilai tertinggi mengalahkan semua siswa-siswi di Papua. Rosa dipanggil Gubernur Izaac Hindom, Gubernur Papua tahun 1988 era Soeharto, B.J. Habibie, Abdurrahman Wahid, dan Megawati Sukarnoputri.
Pada tahun 1989, Rosa yang mulai beranjak usia 21 tahun itu berangkat ke Jepang dan melamar di kampus Kobe University dengan jurusan antropologi. Rosa menjadi orang Papua pertama asal pulau Biak yang dapat beasiswa dari pemerintah Indonesia ke luar negeri atas rekomendasi gubernur Papua yang ke lima. Rosa juga menjadi perempuan pertama asal Papua yang keluar negeri untuk sekolah.
Tahun 1990-1991, Rosa belajar bahasa Jepang dan Inggris di kota Tokyo. Pada tahun 1992, Rosa mulai kuliah S1 antropologi. Rosa berasal dari keluarga guru; bapak dan mamanya guru tingkat pendidikan dasar di kampung Opiaref Biak. Kampung Rosa lahir dan besar. Rosa bertumbuh dengan karakter yang suka bersosial, muda bergaul sama siapa saja dan suka belajar hal-hal baru. Rosa hanya memiliki saudara laki-laki bernama Frans yang masih duduk di kelas satu SMA.
Satu tahun pertama masuk kuliah, Rosa sudah memiliki banyak teman kuliah. Mereka berkomunikasi akrap. Setiap hari Rosa belajar tentang literatur sejarah Jepang, budaya Jepang dan karakter sosial dan politik orang Jepang. Diruang kelas antropologi, mahasiswi asal luar kota Jepang hanya mereka lima, dari Afrika, Malaysia dan Rosa sendiri dari Papua. Dari mereka empat, mahasiswa yang paling rakus diskusi dan selalu ada bertanya pada dosen adalah Rosa.
Rosa gadis kecil yang cantik, berwajah lonjong, berkulit coklat cerah, bola mata yang bulat, berrambut hitam kriting berombak panjang, bertubuh sedang tidak terlalu gemuk. Rosa baru merayakan usia yang ke dua puluh tiga tahun bersama teman-temanya di kampus. Hampir setiap hari Rosa bertemu dengan Kenji untuk berdiskusi banyak hal. Mereka satu kampus, satu ruangan kuliah dan satu jurusan.
“Hai Rosa, sudah lama menunggu?”
“Hey, tidak Kenji”
“Kemaring Mama saya pulang dari Amerika bercerita tentang daerah Papua”
“Benarkah?”
“Ia, Mama saya bercerita dan bola matanya keluarkan air mata. Itu terjadi setelah saya perkenalkan kamu asal dari Papua. Bapak saya tentara Jepang yang perna bertugas di Papua. Sampai sekarang bapak belum pulang ke rumah. Saya dengan mama menunggu puluhan tahun. Bapak pergi semenjak saya masih dalam rahim mama”
“Papua dimana? Saya asal dari kampung pulau Biak”
“Benar, mama saya sebut Biak Papua, kata mama itu pulau kecil di Papua”
“Ia benar, Itu kampung saya. Ada goa namanya, Goa Jepang, tentara Jepang pernah datang disana kata orang tua kami disana”
“Benarkah?”
“Ia, benar”
“Setelah saya selesai kuliah, saya akan pergi ke Biak Papua. Bertemu bapak saya dan pulang ke Jepang. Saya rindu melihat bapak saya”
“Saya bisa membantu kamu Kenji . Jika boleh, kita bisa sama-sama, disana ada hotel Marauw, hotel bintang empat, kamu bisa nginap disana”
“Pastinya saya sangat butuh kamu Rosa”
Rosa dan Kenji sering duduk di Kedai Tully’s Coffe lantai dua sambil menghirup udara pagi dan sore. Kenji pria asli Jepang yang hidup sederhana tanpa bapaknya, ia hidup dengan mamanya yang kerja di Amerika setelah Kenji masuk kuliah. Kenji berkulit putih bertumbuh tinggi halus, berkacamata sipit. Kenji menyukai dunia buku dan dunia photo hingga sambil kuliah Ia menjadi kontributor jurnalis photografer di Media Nasional Jepang. Kenji berkenalan dengan Rosa setelah Kenji dengar Rosa asal dari Papua dalam perkenalan di ruang kelas. Kata Papua menjadi pintu masuk Kenji mengenali Rosa lebih dekat untuk berjumpa dengan bapaknya.
Selamah kuliah mereka tidak selalu bertemu untuk bercerita. Hanya sekali dalam sebulan. Kenji sering berpergian untuk memotret. Hari-hari Rosa di Ebina city Chuo Library untuk membaca novel sejarah dan buku umum lainnya. Kenji menyukai buku dan photografer, Rosa menyukai sejarah dan sedikit suka menulis.
Kenji selalu merasa cocok diskusi bersama Rosa. Sama juga dengan Rosa kepada Kenji. Mereka selalu bersama hingga akhir semester S1. Setelah empat tahun selesai S1 dengan lulusan cumlaude, tahun 1996 Rosa lanjut S2 dengan beasiswa negara Jepang di kampus yang sama. Tahun 1998 Rosa selesaikan S2 dengan lulusan terbaik.
Tujuh tahun Rosa tidak tidak perna injak tanah air dan bertemu dengan keluarga di Biak; dusun dan orang-orang ia cinta. Proses wisuda telah selesai, Rosa sudah bergegas setelah semua berkas di kampus aman ditangan. Dua hari lagi Rosa akan berangkat ke Biak, Papua. Pekerjaan di kementerian luar negeri Indonesia telah menunggu Rosa di mama kota Jakarta. Tapi Rosa harus pulang ke Biak, melepas rindu pada teman-teman waktu kecil dan semua keluarga di kampung Opiaref.
“Saya punya mama izinkan saya berangkat mencari bapak, Rosa”
“Serius?”
“Benar, ini saya sudah beli tiket dan punya visa. Sepertinya kita satu pesawat”
“Baiklah, kamu tenang saja, disana saya akan urus kamu sampai kembali setelah bertemu dengan bapak kamu”
“Makasih Rosa”
“Sama-sama”
Kenji ikut Rosa. Ia benar-benar mencari bapaknya di pulau Biak. Tanggal 4 Juli 1998. Sore yang hangat menyapa Bandar Udara Internasional Kansai. Mesin pesawat Jepang Airlines sudah dinyalakan di terminal pesawat. Rosa sudah tidak sabar tinggalkan Jepang dan bertemu dengan semua yang dirinduhkan di kampung Biak. Sambil berdiri mandang terminal pesawat, Kenji sedang berbicara melalui sambungan telfon dengan mamanya untuk minta doa.
Kenji akan tempuh perjalanan panjang mencari bapaknya, ia ingin melihat dan memeluk sosok bapa yang belum perna Ia melihat sepanjang hidup selain setiap saat melihat photo pada dinding rumahnya dalam bingkai. Bapaknya tentara tempur Jepang yang dikirim untuk lawan sekutu Amerika di pulau Biak pada tahun 1944. Sekalipun tulang yang Kenji akan ketemu, ia akan merasahkan bertemu dengan sosok bapak kandung yang terakhir berpisah dengan ibunya di pangkalan udara Yokota sebelum detik-detik terakhir keberangkatan ke Biak Papua.
“Jaga anak kita sayang”
“Ia sayang, jaga diri untuk anak kita dan saya. Jangan lupa kembali”
“Kita akan bertemu sayang”
Rosa dan Kenji duduk bersebelahan dalam pesawat menuju Jakarta. Mereka akan transit dengan pesawat garuda yang akan terbang ke Biak, Honolulu, dan ke Los Angeles. Dua jam diatas udara menuju Bandar Udara Soekarno Hatta. Dingin hase membuat tenggelam dalam dunia mimpi. Kenji bertemu dengan bapaknya dalam mimpi. Seharusnya perjalanan ini tidak perlu dilakukan. Bapaknya melarang; menyuruh Kenji kembali dari Jakarta.
Rosa bermimpi Kenji tewas depan hotel Marauw, banyak darah mengalir diatas lantai batu karang dan semen. Orang-orang bermata sipit diserang kelompok yang berpakean hitam-hitam diseluruh kota Indonesia. Wajah mereka tersembunyi dibalik tubuh yang tinggi kekar. Mereka semua bersenjata, orang asing siapapun yang mereka dapat, dihabisi dengan cara brutal. Kejadian itu menggetarkan seluruh Penduduk Biak. Suasana mencekam, semua siaga satu dengan cara bersembunyi dalam hutan dan pulau-pulau kecil. Seakan perang akan datang lagi setelah perang dingin berakhir tahun 1945.
“Saya harus kembali dari Jakarta, kata bapakku dalam mimpi tadi”
“Kenji, kamu mandi darah, tewas depan hotel Marauw, hotel yang kamu akan inap selamah satu bulan itu. Kamu harus kembali dari Jakarta”
“Wkwkwk, itu cuma mimpi Rosa, biasalah, kata orang bunga tidur. Apapun yang terjadi saya akan berusaha ketemu bapak saya”
“Tapi mimpi bisa jadi petunjuk untuk mereka yang percaya”
“Dunia sudah baik setelah 1945 dan 1991. Saya ikut kamu ini resmi, saya punya data yang lengkap. Saya aman Rosa. Lagian saya juga punya ID Pres Jaurnalist Nasional Jepang bagian Photographer, saya aman Rosa”
Jam tiga lewat empat, pesawat garuda melayang diatas pulau Biak. Persiapan mendarat bandar udara Frans Kaisiepo. Air laut yang indah memukul pantai pasir putih yang berbatu karang, pohon kelapa yang indah menghiasi batas hutan hijau diatas bukit hingga lereng tanah dan perumahan warga kota dan kampung.