Wamena, nirmeke.com — Panitia Pra-Sinode Gereja Katolik Dekenat Pegunungan Tengah menggelar Refleksi Budaya di Aula Bethesda Siloam, Wamena, Papua Pegunungan, Jumat (29/8/2025).
Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian menuju Sinode Keuskupan Jayapura dan berlangsung selama dua hari dengan melibatkan ratusan peserta dari 9 paroki di wilayah Dekenat Pegunungan Tengah.
Para peserta terdiri dari kepala suku, tokoh adat, tokoh awam Katolik, intelektual Katolik Jayawijaya, tokoh muda, serta organisasi kemasyarakatan Katolik seperti PMKRI dan Wanita Katolik RI. Pemerintah Provinsi Papua Pegunungan turut hadir melalui Asisten III Sekda, menyatakan dukungan terhadap integrasi nilai budaya dan iman Katolik dalam pembangunan masyarakat.
Jaga Diri, Keluarga, Adat, dan Iman
Ketua Panitia Pra-Sinode sekaligus Wakil Ketua II Majelis Rakyat Papua (MRP) Papua Pegunungan, Benny Mawel, menjelaskan bahwa kegiatan ini selaras dengan visi-misi Uskup Keuskupan Jayapura. Tema yang diangkat adalah “Jaga diri, jaga keluarga, jaga adat, jaga gereja, kerja sama adat, gereja dan pemerintah untuk kehidupan bersama hari ini dan masa depan.”
“Tiga tema besar yang sedang didorong sepanjang tahun ini adalah refleksi iman, refleksi budaya, dan aksi sosial. Tujuannya untuk mencari integrasi antara nilai-nilai Injil dan nilai-nilai budaya agar bisa menyatu dalam membangun kehidupan umat ke depan,” ujar Benny Mawel.
Refleksi dan Aksi Nyata
Selama dua hari, para peserta mendiskusikan tantangan iman di tengah modernisasi sekaligus merumuskan kerja sama lintas sektor antara gereja, adat, dan pemerintah. Agenda kegiatan meliputi refleksi budaya, penanaman pohon, pelatihan lagu rohani, serta kunjungan kasih sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat.
Setelah kegiatan selesai, panitia akan menyusun sejumlah rekomendasi yang ditujukan kepada pemerintah, gereja, dan parlemen untuk ditindaklanjuti sesuai kebutuhan masyarakat dan hasil diskusi bersama.
Menuju Sidang Sinode 2025
Hasil refleksi budaya dan iman ini akan menjadi masukan penting bagi Sidang Sinode Keuskupan Jayapura yang dijadwalkan berlangsung akhir tahun 2025. Diharapkan, integrasi antara budaya lokal, nilai-nilai Injil, dan peran pemerintah dapat memperkuat iman sekaligus menjaga identitas budaya masyarakat Papua Pegunungan di tengah arus perubahan zaman. (*)
Pewarta: Aguz Pabika
