Wamena, nirmeke.com — Tim pemantau dari Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua menemukan sejumlah barang bukti berupa selongsong peluru, proyektil, dan tanaman ganja di lokasi konflik bersenjata antara TNI dan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) di Distrik Tangma, Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan.
Ketua tim pemantau sekaligus pembela hak asasi manusia (HAM) di Papua, Theo Hesegem, mengatakan bahwa temuan tersebut didapat saat timnya melakukan investigasi lapangan dari tanggal 17 hingga 18 Juni 2025.
“Kami melihat langsung tempat kejadian perkara di Kampung Aruli, Distrik Tangma. Kami temukan selongsong dan proyektil peluru dari dua belah pihak, TNI dan TPNPB. Selain itu, saat menuju Kampung Lik Ima, kami juga menemukan tanaman ganja yang tumbuh liar di sekitar pemukiman,” kata Theo dalam keterangannya, Rabu (19/6/2025).
Ia menjelaskan, konflik senjata yang terjadi sejak 15 Juni 2025 itu telah menimbulkan kepanikan warga sipil. Masyarakat setempat terpaksa mengungsi ke lokasi-lokasi aman seperti Gereja Halihalo dan Kantor Klasis Tangma.
“Warga mengaku peluru masuk ke sekitar tempat mereka mengungsi. Kami mendokumentasikan lokasi-lokasi tersebut dan menemukan proyektil tertanam di tanah. Masyarakat bahkan menandai lokasi dengan kayu sebagai bukti visual,” ungkapnya.

Bukti Disita Saat Pemeriksaan TNI
Dalam perjalanan kembali dari Kampung Lik Ima menuju Wamena, tim sempat diperiksa oleh aparat TNI di Gunung Onggolo. Saat itu, beberapa barang bukti yang dibawa—seperti proyektil dan selongsong peluru—disita oleh aparat.
“Kami dijelaskan bahwa pemeriksaan itu bagian dari prosedur keamanan. Tim kami tetap menjelaskan bahwa barang bukti tersebut dikumpulkan untuk keperluan dokumentasi pelanggaran HAM,” jelas Theo.
Pastikan Egianus Tidak di Lokasi
Salah satu isu penting yang diklarifikasi dalam investigasi tersebut adalah keberadaan pimpinan TPNPB, Egianus Kogoya. Tim HAM menyatakan telah menyusuri wilayah Lik Ima, dan memastikan bahwa Egianus tidak berada di sana.
“Kami sudah ke lokasi yang disebut-sebut markas TPNPB, dan kami pastikan Egianus Kogoya tidak ada di sana saat kami datang,” tegas Theo Hesegem.
Tim juga bertemu dengan aparat TNI di Pos Kurima dan menyampaikan laporan pemantauan secara langsung. Menurut Theo, komunikasi terbuka dengan aparat di lapangan penting untuk menjamin transparansi dan keselamatan warga sipil.
Akan Dilaporkan ke Nasional dan Internasional
Theo menegaskan bahwa hasil pemantauan ini akan disusun dalam laporan resmi dan disampaikan kepada pihak terkait, termasuk Presiden Republik Indonesia, Panglima TNI, Komnas HAM RI, serta Pelapor Khusus PBB untuk Papua dan masyarakat internasional.
“Kami harap pemerintah segera merespons situasi ini secara serius. Warga sipil harus dilindungi dari dampak konflik bersenjata. Negara punya kewajiban hukum dan moral untuk itu,” pungkasnya.(*)
Pewarta: Yefta Lengka