Wamena, nirmeke.com — Sebuah inisiatif pendidikan yang mendukung pelestarian budaya lokal di Papua Pegunungan, Sekolah Adat Hugula akan segera dibuka di Kampung Yogonima, Distrik Itlay-Hisage, Kabupaten Jayawijaya.
Sekolah ini bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan tradisional, kearifan lokal, dan budaya masyarakat adat sebagai bagian dari warisan kekayaan budaya Indonesia.
Sekolah adat merupakan lembaga pendidikan nonformal yang diakui negara untuk memelihara dan mengembangkan nilai-nilai tradisi serta kearifan lokal masyarakat adat. Pendidikan adat memiliki peran penting dalam mempertahankan eksistensi masyarakat adat di Indonesia, termasuk di Provinsi Papua Pegunungan.
Pendidikan di Indonesia terdiri dari tiga kategori, yakni pendidikan formal, informal, dan nonformal. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) saat ini tengah memberi perhatian lebih kepada pelestarian budaya masyarakat adat melalui pendidikan nonformal.
Meskipun demikian, wilayah Papua, khususnya Papua Pegunungan, masih minim mendapatkan perhatian dalam pembangunan pendidikan adat yang spesifik di tingkat daerah.
“Di sejumlah kota besar, seperti Bali dan Yogyakarta, pendidikan informal dan nonformal telah berjalan baik, namun wilayah Indonesia timur, termasuk Papua, membutuhkan perhatian lebih dalam pengembangan pendidikan adat,” ungkap Bapak Yeremias Hisage, Ketua Penggerak Sekolah Adat Hugula di Yogonima.
Gerakan Sekolah Adat di Papua
Gerakan sekolah adat telah mulai berkembang di berbagai belahan dunia untuk melestarikan identitas masyarakat adat. Di Papua sendiri, gerakan ini dimulai di Kampung Yoboi, Sentani, Kabupaten Jayapura, dan terus berkembang.
Menurut Frengky Hisage, Sekretaris Sekolah Adat Hugula di Yogonima, Masyarakat adat yang terlibat dalam pengajaran di sekolah adat ini memiliki pengetahuan yang mendalam mengenai tradisi, seperti cara mengangkat ratapan, lagu-lagu tradisional, pengrajin noken dan gelang, serta keterampilan bertani dan berburu.
“Peserta didik yang terlibat dalam sekolah adat ini adalah anak-anak dari berbagai daerah, yang akan diajarkan berbagai materi yang berkaitan dengan budaya lokal, seperti bahasa daerah, anyaman noken, busana tradisional, serta keterampilan bertani dan lainnya,” lanjut Frengky Hisage.
Sekolah ini akan disesuaikan dengan Kurikulum Merdeka yang ditetapkan oleh pemerintah, sehingga tetap memenuhi standar pendidikan nasional. Pendidikan adat ini diharapkan menjadi jembatan untuk memperkenalkan anak-anak masyarakat adat kepada nilai-nilai budaya mereka, sekaligus memperkaya pengetahuan mereka dalam berbagai bidang.
Pengembangan Sekolah Adat di Papua Pegunungan
Setelah peluncuran Sekolah Adat Hugula di Yogonima, rencana pengembangan berikutnya adalah memperluas gerakan ini ke 18 aliansi adat di wilayah Lembah Agung Hugulama.
Frengky menambahkan pengembangan ini bertujuan untuk mendirikan sekolah adat serupa di setiap suku yang ada di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Papua Pegunungan, guna memastikan bahwa budaya lokal dapat terus terjaga dan diwariskan kepada generasi mendatang.
“Dengan adanya Sekolah Adat Hugula ini, diharapkan masyarakat adat di Papua Pegunungan dapat lebih menjaga jati diri dan tradisi mereka, serta dapat berperan aktif dalam perkembangan pendidikan di daerah mereka,” harapnya. (*)
Pewarta: Soleman Itlay