Adil Untuk PerubahanAdil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
  • Tanah Papua
  • Berita Papua
    • Polhukam
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Perempuan & Anak
    • Ekonomi & Bisnis
    • Infrastruktur
    • Lingkungan
    • Olaraga
  • Jendela Papua
    • Kuliner
    • Lensa
    • Pariwisata
    • Travel
    • Seni & Budaya
  • Pena Papua
    • Catatan Aktivis Papua
    • Sastra
    • Cerpen Papua
    • Artikel
    • Siaran Pers
    • Berita Foto
  • Editorial
  • Advertorial
Reading: Nakes dan Guru di Papua Terancam Stigma Mata-Mata Militer Pasca Revisi UU TNI
Share
Sign In
Notification
Font ResizerAa
Adil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
Font ResizerAa
  • Headline
  • Tanah Papua
  • Kesehatan
  • Ekonomi & Bisnis
  • Pendidikan
  • Artikel
  • Cerpen Papua
  • Pariwisata
  • Editorial
  • Tanah Papua
  • Berita Papua
    • Polhukam
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Perempuan & Anak
    • Ekonomi & Bisnis
    • Infrastruktur
    • Lingkungan
    • Olaraga
  • Jendela Papua
    • Kuliner
    • Lensa
    • Pariwisata
    • Travel
    • Seni & Budaya
  • Pena Papua
    • Catatan Aktivis Papua
    • Sastra
    • Cerpen Papua
    • Artikel
    • Siaran Pers
    • Berita Foto
  • Editorial
  • Advertorial
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2025 Nirmeke. Design by Team IT Nirmeke. All Rights Reserved.
Adil Untuk Perubahan > Editorial > Nakes dan Guru di Papua Terancam Stigma Mata-Mata Militer Pasca Revisi UU TNI
Editorial

Nakes dan Guru di Papua Terancam Stigma Mata-Mata Militer Pasca Revisi UU TNI

admin
Last updated: March 24, 2025 21:46
By
admin
Byadmin
Follow:
2 months ago
Share
4 Min Read
SHARE

Revisi Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia (UU TNI) yang disahkan pada 14-15 Maret 2025 di Jakarta membawa dampak signifikan bagi kehidupan sipil di wilayah rawan konflik, termasuk Papua. Salah satu perubahan penting dalam UU TNI yang baru adalah penetapan Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP) yang kini bisa diisi oleh prajurit TNI aktif. Langkah ini semakin memperkuat peran militer dalam mengelola urusan sipil, dan salah satu dampaknya adalah meningkatnya stigma terhadap tenaga kesehatan (nakes) dan guru yang bertugas di daerah-daerah konflik di Papua.

Iklan Nirmeke
Ad image

Nakes dan guru yang selama ini menjadi garda terdepan dalam memberikan layanan pendidikan dan kesehatan di Papua kini kian dicurigai sebagai “mata-mata militer”. Meskipun tugas mereka semata-mata untuk membantu masyarakat yang terjebak dalam ketegangan konflik, peran mereka semakin dipandang dengan kecurigaan. Tuduhan ini semakin menguat setelah disahkannya UU TNI yang memperluas keterlibatan militer dalam kehidupan sehari-hari masyarakat.

Di tengah ketegangan yang terus berlangsung di Papua, nakes dan guru sering kali harus bekerja dalam kondisi yang sangat sulit. Mereka memberi bantuan medis kepada yang terluka dan mengajar anak-anak di tengah keterbatasan, tanpa pamrih. Namun, kini mereka dihadapkan pada ancaman baru: dipandang sebagai bagian dari agenda militer Indonesia. Ini adalah konsekuensi langsung dari kebijakan yang semakin memperkuat keterlibatan militer dalam sektor sipil, sebuah langkah yang berpotensi memperburuk ketegangan sosial di Papua.

Baca Juga:  Analisis sementara Pilgub Papua Pegunungan

Penting untuk dicatat bahwa stigma ini tidak hanya merugikan nakes dan guru, tetapi juga masyarakat Papua yang sangat bergantung pada layanan mereka. Tuduhan sebagai “mata-mata” berpotensi merusak hubungan yang telah dibangun dengan penuh kesulitan antara tenaga medis, pendidik, dan komunitas lokal. Ini juga menciptakan iklim ketidakpercayaan yang hanya akan memperburuk ketegangan yang sudah ada.

Pemerintah Indonesia harus segera mengambil langkah untuk melindungi nakes dan guru yang bekerja di daerah-daerah konflik. Perlindungan ini harus mencakup kejelasan peran antara militer dan sektor sipil. Tanpa adanya pembatasan yang jelas antara peran militer dan tugas-tugas sipil, pengabdian nakes dan guru akan semakin dipertanyakan, dan hasil akhirnya adalah ketidakstabilan lebih lanjut di Papua.

Baca Juga:  Mengenal Istilah Lembah Baliem

Di sisi lain, pemerintah harus mempertimbangkan untuk meninjau kembali penguatan militer di sektor-sektor sipil, seperti yang tercantum dalam revisi UU TNI. Tentu saja, menjaga keamanan dan menangani ancaman separatisme adalah hal yang penting, namun kita juga harus memastikan bahwa keberadaan nakes dan guru di daerah rawan konflik dihargai dan dilindungi, bukan dicurigai.

Papua membutuhkan lebih banyak jembatan perdamaian, bukan lebih banyak pemisah. Dalam upaya menjaga perdamaian dan kesejahteraan di Papua, kita harus memastikan bahwa tenaga medis dan pendidik bisa bekerja dengan aman dan dihormati, tanpa merasa terancam atau dicurigai. Hanya dengan cara ini kita dapat membangun masa depan yang lebih baik bagi Papua dan Indonesia secara keseluruhan.

Revisi UU TNI memberikan dampak yang besar terhadap nakes dan guru di Papua. Tuduhan sebagai mata-mata militer semakin kuat, yang tidak hanya membahayakan mereka secara fisik tetapi juga mengganggu hubungan mereka dengan masyarakat. Pemerintah harus segera memastikan perlindungan dan kejelasan peran dalam sektor sipil untuk menghindari ketegangan lebih lanjut di Papua. (*)

You Might Also Like

Apa Yang Berubah? Sebuah Refleksi Tentang Perempuan Baliem

Bangsa Ini Bangsat

Disertasi Riedno Graal Taliawo, Gerakan Perlawanan Tanpa Kekerasan Dengan Studi Kasus Gerakan KNPB

Rasisme di Indonesia Masih Dominan Terhadap Bangsa West Papua

Agama Katolik dan Adat di Huwulrama-Jayawijaya

TAGGED:Nakes dan Guru di PapuaStigma Mata-Mata Militer Pasca Revisi UU TNI

Gabung Channel Whatsapp

Dapatkan berita terbaru dari Nirmeke.com di Whatsapp kamu
Klik disini untuk bergabung
Dengan anda klik untuk gabung ke channel kami , Anda menyetujui Persyaratan Penggunaan kami dan mengakui praktik data dalam Kebijakan Privasi kami. Anda dapat berhenti mengikuti kapan saja.
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link
Previous Article Meskipun Kalah, Tim Persikimo Yahukimo Tetap Optimis dan Semangat
Next Article Ramses Limbong: Bupati Baru Kabupaten Jayapura Harus Sentuh Langsung Masyarakat
Leave a Comment Leave a Comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Hangat

Bupati Jayawijaya Serahkan Bantuan untuk Anak-Anak di Rumah Singgah Generasi Anak Panah
Tanah Papua
2 days ago
Bertahan di Tengah Globalisasi: Sekolah Adat Harus Jadi Prioritas!
Pendidikan Tanah Papua
3 days ago
Digerebek! Enam Pengedar Miras Ditangkap, Diduga Dibekingi Oknum TNI
Tanah Papua
3 days ago
KemenHAM Didorong Bertindak: Rekomendasi KOMNAS HAM dan Jeritan Masyarakat Adat Papua atas PSN
Siaran Pers Tanah Papua
1 week ago
Iklan
Ad image

Lihat Topik Berita Lain Dari Nirmeke

Baca juga

Kontak Pertama Orang Hugula dan H. A. Lorentz di Wamena

3 years ago
Editorial

Memadukan Keasimetrisan Aceh dan Papua

2 years ago
Editorial

Peta Kekerasan di Papua Barat: 100 Ribu Orang Terbunuh

2 years ago
Editorial

Gereja Bukan tempat Fashion Show

7 years ago
Editorial

Prinsip Dasar Utama Tanah Bagi Orang Hubula

2 years ago
Editorial

Otsus Dalam Genggaman Elite Papua

2 years ago
EditorialHeadline

Negara Ingin Orang Asli Papua Angkat Senjata

3 years ago
Editorial

Lukas Enembe Hianati Aspirasi Rakyat West Papua Dengan Mendukung Pemekaran 7 Provinsi 

3 years ago
EditorialSiaran Pers

Kunjungan Paus Fransiskus Sangat Bersejarah Bagi Orang Papua

9 months ago
Previous Next
Adil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
Follow US
© 2025 Nirmeke. Design by Team IT Nirmeke. All Rights Reserved.
  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Cyber
  • Iklan
  • Jasa Buat Website
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?