Jayapura, nirmeke.com – Penyerangan Kantor Redaksi Jubi dengan bom molotov tadi pagi, Rabu (16/10/2024) sebagai bentuk pembungkaman ruang demokrasi suara orang Papua yang menentang penguasa.
Victor Yeimo, Aktivis Pro Papua Merdeka menjelaskan penyerangan kantor Jubi dan sebelumnya tehadap rumah Jurnalis Jubi Victor Mambor, ini menunjukkan betapa brutalnya upaya membungkam suara-suara Papua. Negara seolah tanpa batas berusaha menghapus segala yang menjadi kebanggaan dan identitas rakyat Papua.
“Dari Mambesak, simbol seni dan budaya yang dibunuh; Persipura, kebanggaan sepak bola yang dilumpuhkan; hingga Lukas Enembe yang dijatuhkan, semua bagian dari warisan kami diambil secara kejam,” ujar Yeimo Jubir Internasional KNPB Pusat.
Peristiwa seperti ini menurut Yeimo, Penguasa ingin mengendalikan cerita yang keluar dari tanah Papua, meredam suara yang menantang kekuasaan mereka. Penjajah ingin menulis sejarah sesuai kehendak mereka, agar yang tersisa hanyalah narasi yang membenarkan kekuasaan mereka.
“Ini adalah upaya untuk menghapus ingatan kolektif kita, untuk menghilangkan suara-suara yang berani menentang dominasi mereka.
Lanjutnya, akibat tindakan penguasa, yang tersisa hanya luka dan kehampaan ketika kami melihat satu demi satu aset kebanggaan dihancurkan, seolah kami (orang Papua) tidak memiliki hak untuk berdiri di tanah kami sendiri. Ini adalah kolonialisme primitif yang terus berlanjut, bukan lagi sekadar penindasan fisik, tapi juga penghancuran jati diri dan kehormatan.
Mereka (Penguasa) berusaha merampas semangat dan suara kami, seolah-olah suara Papua tidak berhak berbicara. Tapi kita tahu, kekuatan revolusi bukan hanya dalam tangan-tangan yang berperang, tapi juga dalam kata-kata yang bertahan.
“Kami akan tetap bersuara, meski dunia berusaha membungkam,” tutur Yeimo mantan Tapol Rasisme. (*)