Jayapura, nirmeke.com – Umat Katolik Pribumi Papua pada hari ini, Minggu, (13/10/2024), melakukan aksi damai secara spontan di halaman Gereja Katolik, Paroki “Kristus Terang Dunia” Waena, Kota Jayapura, Papua.
Aksi ini bertujuan melakukan protes terhadap Uskup Agung Merauke yang lebih mendukung Program Strategis Nasional (PSN).
Hal tersebut diutarakan Stenly Dambujai, dalam pers release yang diterima nirmeke.com. Senin, (14/10/2024).
“Dari pukul 10:30-11:00 wit, kami melakukan aksi damai secara spontan di halaman Gereja Katolik Waena usai misa,” ujarnya.
Kata Stenly, aksi ini bertujuan melakukan protes terhadap Uskup Agung Merauke yang lebih mendukung Program Strategis Nasional (PSN). Sebaliknya mendukung penuh Masyarakat adat dan juga umat Katolik di Keuskupan Agung Merauke.
Ia menambahkan Aksi ini merupakan aksi kedua untuk memprotes pernyataan Uskup yang kontroversial. Tentu aksi damai ini dilakukan setelah misa kedua di paroki ini. Setidaknya hampir sepuluh orang terlibat guna melayangkan protes tanpa melihat perbedaan otonomi gereja dan daerah.
Sementara itu Kris Dogopia, menambahkan aksi damai ini semata-mata dilakukan atas panggilan otonomi hati nurani yang dituntun langsung dengan nilai kemanusiaan yang melampaui dengan sekat-sekat apa pun.
“Aksi macam ini akan tetap dilakukan setiap hari minggu. Bisa berhenti apabila Uskup Mandagi dapat melakukan klarifikasi secara resmi di media masa. Kalau tidak, kami akan terus bersuara dimana-mana; saat ini sedang melakukan konsolidasi agar setiap gereja di Tanah Papua dan luar Papua melakukan aksi protes yang sama pada setiap hari minggu,” tegasnya.
Dengan aksi seperti ini, Dogopia berharap gereja mampu menjadikan suka duka umat di kampung Wogikel an Wanam sebagai suka duka gereja Katolik. Uskup Mandagi hendaknya berani mengambil sikap rendah hati agar mampu menjadikan harapan dan kecemasan umat menjadi harapan dan kecemasan dirinya sebagai pimpinan gereja Katolik di Keuskupan Agung Merauke.
“Keberpihakan Uskup yang lemah terhadap orang yang lemah, miskin, teraniaya, tersingkir dan termarjinalkan ini menambah daftar kecemasan baru dan besar setelah kepergian para misionaris Katolik di Keuskupan Agung ini. Situasi ini membuat banyak umat makin tidak percaya pada gereja Katolik di Keuskupan Agung Merauke,” tambahnya.
Dogopia menegaskan dengan melihat kegelisahan di samping kebisuan panjang yang diciptakan sedemikian rupa, agar umat setempat tetap memilih “diam seribu Bahasa” atas nama Tuhan, agama, klerus, kekuasaan dan otoriter, kami sebagai sesama umat manusia merasa tergerak hati untuk melakukan aksi protes terhadap pernyataan, sikap, dan keberpihakan Uskup Agung Merauke yang kontroversial itu. (*)
Pewarta: Grace Amelia