Adil Untuk PerubahanAdil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
  • Tanah Papua
  • Berita Papua
    • Polhukam
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Perempuan & Anak
    • Ekonomi & Bisnis
    • Infrastruktur
    • Lingkungan
    • Olaraga
  • Jendela Papua
    • Kuliner
    • Lensa
    • Pariwisata
    • Travel
    • Seni & Budaya
  • Pena Papua
    • Catatan Aktivis Papua
    • Sastra
    • Cerpen Papua
    • Artikel
    • Siaran Pers
    • Berita Foto
  • Editorial
  • Advertorial
Reading: Peran Utama Militer Kolonial Di Wilayah Jajahan
Share
Sign In
Notification
Font ResizerAa
Adil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
Font ResizerAa
  • Headline
  • Tanah Papua
  • Kesehatan
  • Ekonomi & Bisnis
  • Pendidikan
  • Artikel
  • Cerpen Papua
  • Pariwisata
  • Editorial
  • Tanah Papua
  • Berita Papua
    • Polhukam
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Perempuan & Anak
    • Ekonomi & Bisnis
    • Infrastruktur
    • Lingkungan
    • Olaraga
  • Jendela Papua
    • Kuliner
    • Lensa
    • Pariwisata
    • Travel
    • Seni & Budaya
  • Pena Papua
    • Catatan Aktivis Papua
    • Sastra
    • Cerpen Papua
    • Artikel
    • Siaran Pers
    • Berita Foto
  • Editorial
  • Advertorial
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2025 Nirmeke. Design by Team IT Nirmeke. All Rights Reserved.
Adil Untuk Perubahan > Pena Papua > Catatan Aktivis Papua > Peran Utama Militer Kolonial Di Wilayah Jajahan
Catatan Aktivis PapuaEditorial

Peran Utama Militer Kolonial Di Wilayah Jajahan

admin
Last updated: July 22, 2024 16:03
By
admin
Byadmin
Follow:
10 months ago
Share
4 Min Read
SHARE

Oleh: Victor Yeimo

Iklan Nirmeke
Ad image

Peran utama Militer Kolonial di wilayah jajahan diantaranya;

Pertama; Menghacurkan kekuatan bangsa yang dijajah dengan jalan membunuh dan menindas. Operasi pembantaian massal, penyiksaan, dan eksekusi tanpa pengadilan dilancarkan. Tujuannya agar yang terjajah takut dan tunduk patuh pada penjajah.

Kedua; Setelah menciptakan ketakutan, langkah berikutnya adalah menguasai dan mengontrol wilayah. Militer kolonial mendirikan pos-pos militer di daerah strategis untuk memastikan tidak ada perlawanan yang bisa berkembang.

Ketiga; Setelah berhasil menguasai, tujuan akhir militer kolonial adalah mengamankan eksploitasi kekayaan alam di wilayah jajahan, sambil memperbesar pangkat dan pundi-pundi keuangan dari operasi-operasi militer yang dilancarkan. Hasil eksploitasi untuk menghidupi negaranya dan meninggalkan rakyat terjajah hidup dalam kemiskinan dan penderitaan.

Ketika terjadi perlawanan dari rakyat, media kolonial digunakan untuk memutarbalikkan fakta dan membenarkan tindakan kejam militer kolonial. Pejuang yang berani melawan penjajahan akan dicap sebagai pemberontak atau teroris. Setiap tindakan kekerasan yang dilakukan oleh militer kolonial dijustifikasi sebagai langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas dan keamanan.

Kenapa mereka bertindak sekejam itu, selain motivasi ekonomi politik, juga karena kesadaran mereka telah dirusak oleh konsep nasionalisme palsu yang disebarkan oleh para penguasa kolonial. Nasionalisme palsu ini digunakan untuk menciptakan loyalitas buta dan membenarkan segala bentuk kekerasan dan penindasan.

Baca Juga:  Kekerasan Seksual Jadi Jenis yang Paling Banyak Dialami Korban Sepanjang 2022

Mereka diajarkan untuk melihat penjajah sebagai pahlawan dan pelindung, sementara rakyat terjajah dianggap sebagai ancaman dan musuh. Mereka bersedia melakukan tindakan kejam tanpa mempertanyakan moralitas atau keadilan dari perintah yang diberikan. Pembantaian dan penyiksaan menjadi bagian dari rutinitas mereka.

Nasionalisme palsu memberikan justifikasi bahwa segala bentuk kekerasan adalah demi “kepentingan Nasional” dan “kemajuan peradaban”. Militer kolonial merasa tidak bersalah atau bertanggung jawab atas kekejaman mereka. Mereka percaya bahwa tindakan mereka adalah demi kebaikan yang lebih besar dan bahwa mereka adalah pembawa peradaban dan kemajuan.

Mereka didoktrinasi untuk melihat budaya dan identitas lokal sebagai sesuatu yang primitif dan perlu dihapuskan atau diubah agar sesuai dengan nilai-nilai penjajah. Mereka aktif terlibat dalam penghancuran budaya, bahasa, dan tradisi lokal. Segala bentuk perlawanan budaya dianggap sebagai pemberontakan dan dihancurkan dengan kekerasan.

Sementara, para petinggi militer kolonial memanfaatkan darah dan nyawa prajurit bawahannya untuk menjaga dan memperluas kekuasaan mereka. Prajurit menjadi alat yang diperas dan dikorbankan, sementara para petinggi militer menikmati keuntungan ekonomi dan status politik yang meningkat. Para petinggi militer kolonial menerima dukungan politik dan ekonomi sebagai imbalan atas kesetiaan mereka dan kontribusi mereka dalam menindas perlawanan rakyat terjajah.

Baca Juga:  60 Tahun Kejahatan Terhadap Kemanusiaan di Papua Barat (1963-2023)

Rakyat terjajah yang menunjukkan perlawanan secara terbuka sering kali menghadapi konsekuensi yang berat, termasuk penyiksaan dan kematian. Oleh karena itu, banyak yang terpaksa menyesuaikan diri dengan tuntutan penjajah untuk menghindari kekerasan. Konformitas terpaksa ini menciptakan ilusi bahwa penjajah memiliki dukungan luas, padahal sebenarnya itu adalah hasil dari intimidasi dan ketakutan.

Iklan Nirmeke
Ad image

Di bawah ancaman kekerasan dan penindasan, banyak rakyat terjajah terpaksa berpura-pura mendukung penjajah. Mereka menggunakan simbol-simbol penjajah dan kata-kata pujian untuk menyelamatkan diri dan keluarga mereka dari bahaya. Tindakan ini sering kali terlihat sebagai pengkhianatan oleh pejuang kemerdekaan, tetapi dalam kenyataannya, ini adalah strategi bertahan hidup di bawah rezim yang kejam.

Maka, sangat penting bagi rakyat pejuang untuk menyadari bahwa perjuangan ini adalah bagian dari upaya besar untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan dan mendapatkan kembali hak-hak yang dirampas. Rakyat terjajah harus bersatu, mengorganisir diri, dan menggunakan semua sumber daya yang ada untuk melawan penjajahan dan mencapai kemerdekaan yang sejati. (*)

)* Juru Bicara Internasional Komite Nasional Papua Barat (KNPB)

You Might Also Like

Nota Pembelaan (Pleidoi) Victor Yeimo

Mendalami Strategi Perang Gerilya ala Che Guevara

Sejarah Hari HAM Dan Realitas Indonesia

Gereja Bukan tempat Fashion Show

Senator Paul Finsen Mayor: Sosok Menonjol dalam Perjuangan Hak-Hak Masyarakat Papua

TAGGED:Kekerasan Aparat Terhadap Warga Sipil PapuaKonflik Bersenjata di PapuaMiliter di PapuaOperasi Militer di PapuaSDA Papua Incaran Investor Asing

Gabung Channel Whatsapp

Dapatkan berita terbaru dari Nirmeke.com di Whatsapp kamu
Klik disini untuk bergabung
Dengan anda klik untuk gabung ke channel kami , Anda menyetujui Persyaratan Penggunaan kami dan mengakui praktik data dalam Kebijakan Privasi kami. Anda dapat berhenti mengikuti kapan saja.
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link
Previous Article Miras Dan Narkoba Telah Mengancam Eksistensi Kehidupan Orang Papua
Next Article OPD di Provinsi Papua Pegunungan  Didominasi Honorer Non OAP
Leave a Comment Leave a Comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Hangat

Mahasiswa Lanny Jaya di Makassar Tolak Pembangunan Pos Militer di Distrik Melagineri
Tanah Papua
19 hours ago
Bupati Yahukimo Hadiri Pelantikan 35 Anggota DPRK Periode 2025–2030
Tanah Papua
19 hours ago
Mahasiswa Papua di Sumatera Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Wamena
Tanah Papua
19 hours ago
Kekurangan Guru dan Dampak Banjir Hambat Pendidikan di Jayawijaya
Pendidikan
3 days ago
Iklan
Ad image

Lihat Topik Berita Lain Dari Nirmeke

Baca juga
Catatan Aktivis PapuaHeadline

Kata “Mereka” Untuk Orang Asli Papua

2 years ago
Catatan Aktivis Papua

Mengupas Pro-Kontra Penempatan Lokasi Kantor Gubernur Papua Pegunungan

2 years ago
Catatan Aktivis Papua

Pesan Perpisahan Untuk Pilot Philip Mark Merthens

8 months ago
Catatan Aktivis PapuaTanah Papua

Propaganda dan Pengalihan Isu oleh Kepolisian Dalam Aksi Demo Damai Pelajar di Papua

3 months ago
Editorial

Salibkan Lukas Enembe

4 years ago
EditorialHeadline

Pemekaran Sebagai Siasat Pemerintah Indonesia Demi Suksesi Migrasi Pendudukan Tanah dan Manusia Papua

3 years ago
Catatan Aktivis Papua

Fajar Dari Timur (Aurora ab Oriente) Benar-Benar Bersinar

10 months ago
Catatan Aktivis PapuaSiaran Pers

Masyarakat Tiga Aliansi Suku Hubula Butuh Dukungan Semua Komponen Suku di Lapago

2 years ago
EditorialOlaraga

Mengorbankan Sepak Bola Indonesia Untuk Popularitas

2 years ago
Previous Next
Adil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
Follow US
© 2025 Nirmeke. Design by Team IT Nirmeke. All Rights Reserved.
  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Cyber
  • Iklan
  • Jasa Buat Website
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?