Oleh: Victor Yeimo
Peran utama Militer Kolonial di wilayah jajahan diantaranya;
Pertama; Menghacurkan kekuatan bangsa yang dijajah dengan jalan membunuh dan menindas. Operasi pembantaian massal, penyiksaan, dan eksekusi tanpa pengadilan dilancarkan. Tujuannya agar yang terjajah takut dan tunduk patuh pada penjajah.
Kedua; Setelah menciptakan ketakutan, langkah berikutnya adalah menguasai dan mengontrol wilayah. Militer kolonial mendirikan pos-pos militer di daerah strategis untuk memastikan tidak ada perlawanan yang bisa berkembang.
Ketiga; Setelah berhasil menguasai, tujuan akhir militer kolonial adalah mengamankan eksploitasi kekayaan alam di wilayah jajahan, sambil memperbesar pangkat dan pundi-pundi keuangan dari operasi-operasi militer yang dilancarkan. Hasil eksploitasi untuk menghidupi negaranya dan meninggalkan rakyat terjajah hidup dalam kemiskinan dan penderitaan.
Ketika terjadi perlawanan dari rakyat, media kolonial digunakan untuk memutarbalikkan fakta dan membenarkan tindakan kejam militer kolonial. Pejuang yang berani melawan penjajahan akan dicap sebagai pemberontak atau teroris. Setiap tindakan kekerasan yang dilakukan oleh militer kolonial dijustifikasi sebagai langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas dan keamanan.
Kenapa mereka bertindak sekejam itu, selain motivasi ekonomi politik, juga karena kesadaran mereka telah dirusak oleh konsep nasionalisme palsu yang disebarkan oleh para penguasa kolonial. Nasionalisme palsu ini digunakan untuk menciptakan loyalitas buta dan membenarkan segala bentuk kekerasan dan penindasan.
Mereka diajarkan untuk melihat penjajah sebagai pahlawan dan pelindung, sementara rakyat terjajah dianggap sebagai ancaman dan musuh. Mereka bersedia melakukan tindakan kejam tanpa mempertanyakan moralitas atau keadilan dari perintah yang diberikan. Pembantaian dan penyiksaan menjadi bagian dari rutinitas mereka.
Nasionalisme palsu memberikan justifikasi bahwa segala bentuk kekerasan adalah demi “kepentingan Nasional” dan “kemajuan peradaban”. Militer kolonial merasa tidak bersalah atau bertanggung jawab atas kekejaman mereka. Mereka percaya bahwa tindakan mereka adalah demi kebaikan yang lebih besar dan bahwa mereka adalah pembawa peradaban dan kemajuan.
Mereka didoktrinasi untuk melihat budaya dan identitas lokal sebagai sesuatu yang primitif dan perlu dihapuskan atau diubah agar sesuai dengan nilai-nilai penjajah. Mereka aktif terlibat dalam penghancuran budaya, bahasa, dan tradisi lokal. Segala bentuk perlawanan budaya dianggap sebagai pemberontakan dan dihancurkan dengan kekerasan.
Sementara, para petinggi militer kolonial memanfaatkan darah dan nyawa prajurit bawahannya untuk menjaga dan memperluas kekuasaan mereka. Prajurit menjadi alat yang diperas dan dikorbankan, sementara para petinggi militer menikmati keuntungan ekonomi dan status politik yang meningkat. Para petinggi militer kolonial menerima dukungan politik dan ekonomi sebagai imbalan atas kesetiaan mereka dan kontribusi mereka dalam menindas perlawanan rakyat terjajah.
Rakyat terjajah yang menunjukkan perlawanan secara terbuka sering kali menghadapi konsekuensi yang berat, termasuk penyiksaan dan kematian. Oleh karena itu, banyak yang terpaksa menyesuaikan diri dengan tuntutan penjajah untuk menghindari kekerasan. Konformitas terpaksa ini menciptakan ilusi bahwa penjajah memiliki dukungan luas, padahal sebenarnya itu adalah hasil dari intimidasi dan ketakutan.
Di bawah ancaman kekerasan dan penindasan, banyak rakyat terjajah terpaksa berpura-pura mendukung penjajah. Mereka menggunakan simbol-simbol penjajah dan kata-kata pujian untuk menyelamatkan diri dan keluarga mereka dari bahaya. Tindakan ini sering kali terlihat sebagai pengkhianatan oleh pejuang kemerdekaan, tetapi dalam kenyataannya, ini adalah strategi bertahan hidup di bawah rezim yang kejam.
Maka, sangat penting bagi rakyat pejuang untuk menyadari bahwa perjuangan ini adalah bagian dari upaya besar untuk membebaskan diri dari belenggu penjajahan dan mendapatkan kembali hak-hak yang dirampas. Rakyat terjajah harus bersatu, mengorganisir diri, dan menggunakan semua sumber daya yang ada untuk melawan penjajahan dan mencapai kemerdekaan yang sejati. (*)
)* Juru Bicara Internasional Komite Nasional Papua Barat (KNPB)