Oleh: Maryam Yanengga
Waktu itu kalah sore senja pantai yang indah, dikalah langit, angin dan ombak yang menyatuh dan aku merasakan suara-suara alam yang begitu indah, membuatku kagum dengan lukisan sang pencipta yang indah, sang pencipta alam semesta membuatnya begitu terlalu indah, aku sendiri meratapi nasib dengan di temani angin laut yang bertiup, mengingatkanku betapa aku sangat bersyukur karena sang pencipta begitu luar biasa dalam hidup ini.
Aku terkagum dengan banyaknya kicauan burung-burung yang berirama indah dan serentak berterbangan di langit senja yang begitu indah. Hai kamu ? Ia kamu yang jauh di sana apa kabar mu, aku sangat merindukanmu aku merindukan saat-saat indah bersama mu dengan segala canda tawa, dengan cara kita saling mencintai, memberikan kenyamanan dan banyak hal baru yang kita belajar bersama-sama, kau ingat waktu kita bersama-sama bernari di keramaian malam yang begitu indah di sanalah kita berekspresi dan bernari bersama hingga di tengah malam.
Akankah pagi dan malam yang indah dapat ku peluk bayang mu lagi, ketulusan, kelembutan, dan kasih sayang mu membuatku terbuai dalam bayang cinta, harum bagaikan sekuntum bunga yang indah di ladangnya. Aku tidak menyesal telah bertemu denganmu, mengenalmu hingga mencintaimu, sebab aku mencintaimu bukanlah sebuah kesalahan. Meskipun kita sekarang sedang berjarak, izinkan aku tetap memelukmu, aku masih di sini, dengan perasaan yang sama, masih merindukanmu dalam sepih, masih mencintaimu mungkin kamu merasakan hal yang sama, saat rindu ini datang aku hanya bisa mendoakan mu, maaf jika aku tidak bisa mengirimkan pesan padamu mengatankan lagsung bahwa, “Aku Rindu” aku memilih menitipkan rinduku pada-nya, memintanya untuk terus menjagamu. Biarkan cinta ini menjadi bait-bait doa, yang menjadi pengiring di setiap langkamu. Agar kamu selalu terjaga olehnya, hingga kelak doa kita di kabulkan di waktu yang tepat.
Suatu saat kita akan membangun impian, sederhana tampa ingkar-bingar. Ada secercah harapan tertuang, serumpun rindu tertanam serintik cinta tersiram. Kemudian aku membawa mu ke atas gunug Golo, ketika angin Kuyawage bertiup kencang aku menatap wajah mu dan memeluk mu dengan erat dan berkata aku mencintaimu dan merindukan mu. Seperti bunga edelweis yang tumbuh indah di dekat danau Habema dan kau datang memetiknya di atas ketinggian 3.225 kau memetiknya. Ruang waktu membeku jiwa kita menyatu, senyum itu, aku rela mati untuk setiap pertunjukan cinta kita, maka itu temani langkah ku dalam perjalan menujuh komitmen untuk hidup semati bersamamu.
Tegapkan aku bila aku jatuh, ruduhkan aku saat terlampau angkuh, kaulah yang mampu membuatku kembali utuh, jadikan aku bagian dari hidupmu, libatkan aku dalam sepak terjangmu, percayalah kau selalu ada di dalam degup jantung ini kasih. Hingga nanti tiba di ujung usia, perasaan untuk mu tak akan pernah berubah, tak perlu kau pikir berapa lama waktu kita, jika Tuhan memanggilku dan bertanya hal paling indah, akan aku jawab ; dirimulah hal paling terindah dalam hidupku. Hingga terkadang aku duduk merenung sendiri dikala kabut merakor tiba, hingga aku berpikir aku mencintaimu tampa aku tahu penyebab aku mencintaimu, yang aku tahu dengan mu aku selalu merasa bahagia dengan mu aku merasa terjaga, selalu tersenyum bahagia dan menikmati hidup apa adanya, kau ingat di kala itu kau berkata kepada ku, mari kita sama-sama melupakan masa lalu kita dan mulai hidup baru dari Nol, dan saling terbuka dan jujur agar kita bisa saling menerima satu sama lain dan saling mencintai dan bisa melupakan masa lalu kita secepatnya.
Terimakasih buat pria tampan yang selalu menghargai kekurangan diri ini tetapi selalu berada di samping aku. Gengam tangan ini eh dan jangan pernah lepaskan, Aku mencintai mu.