*Oleh: Roberth Yewen
Uskup Keuskupan Manokwari-Sorong, Mgr Hillarion Datus Lega mengatakan _Aurora ab Oriente_ (Fajar dari Timur). Ungkapan ini terlihat sangat sederhana, namun menyimpan makna yang mendalam tentang keberadaan dan keikutsertaan serta kepercayaan orang Papua dalam berbagai organisasi nasional.
Fajar selalu tepat waktu ketika terbit dari timur. Oleh karena itu, keraguan terhadap berbagai kegiatan, bahkan keterlibatan orang Papua dalam kanca nasional, bahkan internasional, seharusnya tak boleh ada lagi. Orang Papua selama ini telah menjadi kawan dan sahabat yang baik dalam berbagai pertarungan organisasi kanca nasional.
Stigmanisasi bahasa seperti “tidak mampu”, “belum siap”, dan bentuk diskriminasi sertai keraguan atas kecintaannya terhadap republik ini, seharusnya telah hilang bersamaan dengan usai bangsa ini yang kini akan berusia 79 tahun. Apalagi, semangat Indonesia emas 2045, seharusnya memberikan kesempatan kepada putra/putri terbaik dari Papua untuk mengambil bagian dalam organisasi nasional.
Setelah berhasilnya pelaksanaan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) II Pemuda Katolik di Kabupaten Sorong, Provinsi Papua Barat Daya pada tanggal 4-7 Juli 2024 menunjukkan bahwa “fajar dari timur” tidak hanya slogan semata, tetapi di wujudnyatakan dalam tindakan sebagai sesama anak bangsa. Apalagi wilayah Indonesia masih dari “Sabang sampai Merauke”.
Selanjutnya, pelaksanaan Kongres dan MPA PMKRI di Kota Rusa, Kabupaten Merauke, Provinsi Papua Selatan pada tanggal 7-15 Juli 2024 tak boleh hanya sukses kegiatan, tetapi memberikan kepercayaan terhadap cenderawasih dari Papua, untuk mengemban tugas sebagai Mandaris/Formatur Tunggal/Ketua Presidium PP PMKRI periode 2024-2026. Jika ini benar-benar terjadi, maka PMKRI tetap Indonesia.
Mencintai Indonesia tak sekedar kata-kata, apalagi meneriaki “Indonesia Harga Mati”, tetapi harus melibatkan anak-anak Papua sebagai pemilik _Aurora ab Oriente_, untuk mengemban tugas organisasi secara nasional. Tentunya tidak hanya sebatas “liftik” yang menghiasi kebinekaan dalam organisasi, tetapi harus benar-benar mendapatkan mandat untuk menyinari sesama anak bangsa di Indonesia.
PMKRI telah hadir pada tahun 1947 di Republik Indonesia atau dua tahun setelah kemerdekaan Indonesia. Para kader-kader PMKRI dari Papua terus berjuang dan menantikan kemenangan, tetapi perjuangan itu terus mengalami kegagalan, namun kini “fajar dari timur” telah bersinar melalui Kongres dan MPA PMKRI di Merauke.
Susana Florika Marianti Kandaimu, Cenderawasih dari Papua telah dipercayakan oleh para kader baret merah dan bol kuning dari seluruh Indonesia, untuk mengemban tugas dan tanggung jawab sebagai Ketua Pengurus Pusat (PP) PMKRI, Santo Thomas Aquinas periode 2024-2026. Artinya kader-kader PMKRI dari Tanah Papua harus menunggu dalam perjuangan selama 77 tahun lamanya, untuk bisa terpilih dan dipercayakan mengemban tugas sebagai Ketua Presidium PMKRI Pusat.
)* Penulis adalah Anggota Penyatu PMKRI Cabang Jayapura