Adil Untuk PerubahanAdil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
  • Tanah Papua
  • Berita Papua
    • Polhukam
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Perempuan & Anak
    • Ekonomi & Bisnis
    • Infrastruktur
    • Lingkungan
    • Olaraga
  • Jendela Papua
    • Kuliner
    • Lensa
    • Pariwisata
    • Travel
    • Seni & Budaya
  • Pena Papua
    • Catatan Aktivis Papua
    • Sastra
    • Cerpen Papua
    • Artikel
    • Siaran Pers
    • Berita Foto
  • Editorial
  • Advertorial
Reading: RAMBUT DI MATA ORANG HUGULA
Share
Sign In
Notification
Font ResizerAa
Adil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
Font ResizerAa
  • Headline
  • Tanah Papua
  • Kesehatan
  • Ekonomi & Bisnis
  • Pendidikan
  • Artikel
  • Cerpen Papua
  • Pariwisata
  • Editorial
  • Tanah Papua
  • Berita Papua
    • Polhukam
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Perempuan & Anak
    • Ekonomi & Bisnis
    • Infrastruktur
    • Lingkungan
    • Olaraga
  • Jendela Papua
    • Kuliner
    • Lensa
    • Pariwisata
    • Travel
    • Seni & Budaya
  • Pena Papua
    • Catatan Aktivis Papua
    • Sastra
    • Cerpen Papua
    • Artikel
    • Siaran Pers
    • Berita Foto
  • Editorial
  • Advertorial
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2025 Nirmeke. Design by Team IT Nirmeke. All Rights Reserved.
Adil Untuk Perubahan > Pena Papua > Seni & Budaya > RAMBUT DI MATA ORANG HUGULA
Seni & Budaya

RAMBUT DI MATA ORANG HUGULA

admin
Last updated: June 7, 2024 14:01
By
admin
Byadmin
Follow:
12 months ago
Share
4 Min Read
SHARE

Oleh: Soleman Itlay

Iklan Nirmeke
Ad image

Dalam pandangan orang Papua, khususnya orang Hugula, merawat rambut memiliki makna tersendiri. Karena dari waktu ke waktu terus mewariskan kebiasaan ini, walaupun seiring dengan perkembangan zaman makin berubah.

Pandangan Yunani-Hugula

Pandangan orang Hugula kadang kala sama dengan orang Athena (Yunani), China, Jepang, Peleponesos, dan Eropa Utara yang menunjukkan status sosial, terutama kekayaan pada saat liburan keagamaan. Tapi ada sisi tertentu yang berbeda.

Orang Yunani yang status sosialnya lebih tinggi, secara turun temurun diajarkan untuk merawat rambutnya guna menjaga wibawa, kehormatan dan kesohoran di publik. Karena itulah tidak heran apabila banyak sekali dewa/dewi mereka memiliki rambut lingkar.

Orang Yunani Kuno, Tiongkok dan Eropa lainnya, yang memiliki rambut pendek sebagai budak, orang miskin dan kelasnya sangat rendah. Orang dipandang semakin pantas apabila memiliki rambut dan dirawat secara baik.

Bagi orang kaya, rambut yang panjang dan melingkar menunjukkan sebuah mahkota. Jika tidak dipandang sebagai suatu penghinaan serius yang bisa menimbulkan kesan buruk. Karena itu, banyak tokoh mitologis, penyair, dan filosof memiliki rambut panjang.

Ekspresi Hidup

Bedanya dengan orang Hugula, adalah siapa saja bisa melingkar rambut. Disini ada kebebasan. Tidak ada sekat sosial antara orang terpandang dan miskin. Siapa saja bisa mengekspresikan diri pada mahkotanya.

Baca Juga:  Kapan Orang Hugula Menetap Dan Menganut Agama Lokal di Wilayah Hugulama?

Memang sama seperti orang Yunani ataupun Tionghoa, rambut disimbolkan dengan mahkota kehormatan dan keagungan. Tetapi sekali lagi tidak diukur dari status sosialnya.

Paling penting adalah, bagi orang Hugula rambut lingkar dengan menggunakan busana tradisional merupakan suatu kehormatan dan kebahagiaan.

Kenakan koteka sekalipun biasa-biasa saja. Tidak dilihat sebagai sesuatu yang memiliki unsur seksualitas dan pornografi. Busana tradisional yang etis sudah terpuji selama bertahun-tahun dengan rambut lingkar tersebut.

Iklan Nirmeke
Ad image

Masyarakat, baik perempuan maupun laki-laki bebas bergaul. Makan minum, cerita, bekerja, berpesta dan lainnya sama-sama. Tapi tidak menyapa. Tidak pernah menganggu perempuan pada siang bolong, seperti “anjing, kuda, sapi, ayam dan lainnya” yang tidak tahu malu.

Produksi Minyak

Orang Hugula memiliki cara tersendiri untuk memproduksi minyak rambut. Misalnya, dengan lemak ternak atau babi liar, buah merah, minyak rotan, dan lainnya.

Cara mengolahnya pun berbeda-beda. Tentu memiliki pengetahuan dasar yang sangat menarik. Namun, cara-cara lama tersebut semakin kesini semakin dilupakan.

Baca Juga:  Dibalik ketertingalan, Korowai menjadi ikon parawisata dunia

Apabila ada acara adat, atau pesta adat, ataupun hendak pergi ke tempat duka, karena itu akan berhadapan dengan banyak orang, maka sebelum jalan ia harus merapikan rambutnya terlebih dahulu dari rumah.

Pokoknya, kalau sudah mendapatkan daging atau lemak babi, ia harus sisihkan atau persembahan untuk rambut. Simpan di bambu panjang dengan ukuran 1-2 meter. Kemudian itu simpan di tempat yang aman dan bebas dari serangan tikus dan lainnya.

Orang tidak bisa mengambil lemak babi di bambu itu sembarangan untuk mendapatkan butuh waktu. Kalau butuh sekali harus minta ijin. Kalau tidak bisa dapat kutukan atau bisa menimbulkan perselisihan.

Merawat Rambut

Dulu hanya ada dua jenis pilihan. Pertama, membiarkan rambut tumbuh sendiri. Kedua, atau sisir rambut dengan kayu khusus dan melingkarnya.

Saya punya bapa pernah cerita, bahwa setiap hari ia harus rawat rambut. Kalau tidur di honai harus sangat hati-hati. Semua orang harus atur posisi baik. Takutnya kaki dan tangan orang lain merusak rambut yang sudah ditata rapi. (*)

Noth!

Kota Rusa | Kamis, 6 Juni 2024

You Might Also Like

Musisi, Komunitas, dan Jurnalis Bersatu Galang Dana untuk Siswa Pengungsi Nduga

Kebudayaan Dan Kekuasaan

Sean Rii, Musik Melanesia dan Irama Perlawanan

Mitos Manarmakeri dan Gerakan Koreri di Papua Barat

Memahami Sejarah dan Perkembangan Musik Rap

TAGGED:Kepercayaan Orang HugulaOrang HugulaRambut Gimbal Orang Papua

Gabung Channel Whatsapp

Dapatkan berita terbaru dari Nirmeke.com di Whatsapp kamu
Klik disini untuk bergabung
Dengan anda klik untuk gabung ke channel kami , Anda menyetujui Persyaratan Penggunaan kami dan mengakui praktik data dalam Kebijakan Privasi kami. Anda dapat berhenti mengikuti kapan saja.
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link
Previous Article Menantikan Uskup Agung Merauke Yang Baru
Next Article Pemda Sorong Terbitkan SK Pengakuan Perlindungan dan Penghormatan Hak Masyarakat Hukum Adat dan Wilayah Adat
Leave a Comment Leave a Comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Hangat

Mahasiswa Lanny Jaya di Makassar Tolak Pembangunan Pos Militer di Distrik Melagineri
Tanah Papua
19 hours ago
Bupati Yahukimo Hadiri Pelantikan 35 Anggota DPRK Periode 2025–2030
Tanah Papua
19 hours ago
Mahasiswa Papua di Sumatera Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Wamena
Tanah Papua
19 hours ago
Kekurangan Guru dan Dampak Banjir Hambat Pendidikan di Jayawijaya
Pendidikan
3 days ago
Iklan
Ad image

Lihat Topik Berita Lain Dari Nirmeke

Baca juga
ArtikelSeni & Budaya

Cinta di Balik Rambut Panjang Lelaki Papua

2 years ago
EditorialSeni & Budaya

Mengapa Begitu Banyak Musisi Besar Adalah Orang Kulit Hitam?

11 months ago
Perempuan & AnakSeni & Budaya

Cerita Noken Kehidupan Bersama Sa Deng Mama

2 years ago
ArtikelSeni & Budaya

Menguak Simbolisme Kuno Noken dalam Tradisi Pernikahan Adat Lembah Baliem

4 months ago
Seni & Budaya

Noken Simbol dan Identitas Orang Papua

2 years ago
Seni & Budaya

Perahu Wai Ron bentuk kebangkitan budaya orang Papua

7 years ago
PariwisataSeni & Budaya

Dibalik ketertingalan, Korowai menjadi ikon parawisata dunia

2 years ago
Adil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
Follow US
© 2025 Nirmeke. Design by Team IT Nirmeke. All Rights Reserved.
  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Cyber
  • Iklan
  • Jasa Buat Website
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?