Oleh: Soleman Itlay
Dalam pandangan orang Papua, khususnya orang Hugula, merawat rambut memiliki makna tersendiri. Karena dari waktu ke waktu terus mewariskan kebiasaan ini, walaupun seiring dengan perkembangan zaman makin berubah.
Pandangan Yunani-Hugula
Pandangan orang Hugula kadang kala sama dengan orang Athena (Yunani), China, Jepang, Peleponesos, dan Eropa Utara yang menunjukkan status sosial, terutama kekayaan pada saat liburan keagamaan. Tapi ada sisi tertentu yang berbeda.
Orang Yunani yang status sosialnya lebih tinggi, secara turun temurun diajarkan untuk merawat rambutnya guna menjaga wibawa, kehormatan dan kesohoran di publik. Karena itulah tidak heran apabila banyak sekali dewa/dewi mereka memiliki rambut lingkar.
Orang Yunani Kuno, Tiongkok dan Eropa lainnya, yang memiliki rambut pendek sebagai budak, orang miskin dan kelasnya sangat rendah. Orang dipandang semakin pantas apabila memiliki rambut dan dirawat secara baik.
Bagi orang kaya, rambut yang panjang dan melingkar menunjukkan sebuah mahkota. Jika tidak dipandang sebagai suatu penghinaan serius yang bisa menimbulkan kesan buruk. Karena itu, banyak tokoh mitologis, penyair, dan filosof memiliki rambut panjang.
Ekspresi Hidup
Bedanya dengan orang Hugula, adalah siapa saja bisa melingkar rambut. Disini ada kebebasan. Tidak ada sekat sosial antara orang terpandang dan miskin. Siapa saja bisa mengekspresikan diri pada mahkotanya.
Memang sama seperti orang Yunani ataupun Tionghoa, rambut disimbolkan dengan mahkota kehormatan dan keagungan. Tetapi sekali lagi tidak diukur dari status sosialnya.
Paling penting adalah, bagi orang Hugula rambut lingkar dengan menggunakan busana tradisional merupakan suatu kehormatan dan kebahagiaan.
Kenakan koteka sekalipun biasa-biasa saja. Tidak dilihat sebagai sesuatu yang memiliki unsur seksualitas dan pornografi. Busana tradisional yang etis sudah terpuji selama bertahun-tahun dengan rambut lingkar tersebut.
Masyarakat, baik perempuan maupun laki-laki bebas bergaul. Makan minum, cerita, bekerja, berpesta dan lainnya sama-sama. Tapi tidak menyapa. Tidak pernah menganggu perempuan pada siang bolong, seperti “anjing, kuda, sapi, ayam dan lainnya” yang tidak tahu malu.
Produksi Minyak
Orang Hugula memiliki cara tersendiri untuk memproduksi minyak rambut. Misalnya, dengan lemak ternak atau babi liar, buah merah, minyak rotan, dan lainnya.
Cara mengolahnya pun berbeda-beda. Tentu memiliki pengetahuan dasar yang sangat menarik. Namun, cara-cara lama tersebut semakin kesini semakin dilupakan.
Apabila ada acara adat, atau pesta adat, ataupun hendak pergi ke tempat duka, karena itu akan berhadapan dengan banyak orang, maka sebelum jalan ia harus merapikan rambutnya terlebih dahulu dari rumah.
Pokoknya, kalau sudah mendapatkan daging atau lemak babi, ia harus sisihkan atau persembahan untuk rambut. Simpan di bambu panjang dengan ukuran 1-2 meter. Kemudian itu simpan di tempat yang aman dan bebas dari serangan tikus dan lainnya.
Orang tidak bisa mengambil lemak babi di bambu itu sembarangan untuk mendapatkan butuh waktu. Kalau butuh sekali harus minta ijin. Kalau tidak bisa dapat kutukan atau bisa menimbulkan perselisihan.
Merawat Rambut
Dulu hanya ada dua jenis pilihan. Pertama, membiarkan rambut tumbuh sendiri. Kedua, atau sisir rambut dengan kayu khusus dan melingkarnya.
Saya punya bapa pernah cerita, bahwa setiap hari ia harus rawat rambut. Kalau tidur di honai harus sangat hati-hati. Semua orang harus atur posisi baik. Takutnya kaki dan tangan orang lain merusak rambut yang sudah ditata rapi. (*)
Noth!
Kota Rusa | Kamis, 6 Juni 2024