Sang Mambri, tuan Filep Jacob Samuel Karma membuat ribuan rakyat Papua hari ini tumpah ruah turun jalan kaki berkilo-kilo meter untuk mengantarkannya ke tempat peristirahatan akhir. Diiringi tangisan, nyanyian, lagu, waita dan alunan lagu rohani mengiringi kepergiannya ke pusaranya tempat pemakaman umum Expo Waena. Bangsa Papua hari ini sangat kehilangan satu tokoh penting dalam seluruh proses perjuangan kemerdekaan. Bukan hanya karena dia adalah tokoh peletak dasar perjuangan modern rakyat Papua seperti Surya Anta bilang, tetapi juga dia adalah salah satu intelektual keturunan bangsawan yang relah bunuh diri kelas sosial dalam memperjuangkan keadilan, kesetaraan dan kemerdekaan bangsanya.
Tuan Filep, mungkin bisa memilih hidup nyaman. Dia anak seorang bupati Jayawijaya dan Yapen Waropen. Dia memiliki modalitas besar untuk menjadi pewaris harta, kuasa dan nama besar sang Ayah. Tapi, toh dia mengabaikan itu semua. Ia meninggalkan itu. Lalu dia memilih jalan tua. Jalan penuh derita, jalan penuh liku-liku. Untuk berjuang bersama kelas bawah. Kelas pengacau keamanan, kelas separatis, kelas pengangguran, kelas kelompok gagal sukses dst, dsb. sebagaimana stigma penjajah. Tuan Karma menegaskan dan menghidupi perjuangan nir kekerasan yang diajarkan Mahatma Gandhi dan Nelson Mandela di Papua. Ia berhasil menanamkan nilai-nilai perjuangan tanpa kekerasan ahimsa ala Gandhi untuk rakyat dan bangsanya, Papua Barat.
Ciri khas Mambri, Filep Karma mengenakan bendera bintang kejora di dadanya dan noken motif bintang kejora adalah identitas original beliau yang tak akan pernah dijumpai pada siapapun. Tidak ada duanya. Bapa Karma memang mahatma Gandi dan Nelson Mandelanya bangsa Papua. Ini menyatakan siapa dirinya dan posisi pandangan politiknya secara tegas dan jelas. Dia tidak abu-abu. Dia tidak ambigu. Dia tidak munafik. Dia tidak pengecut. Nilai sejati ke-mambrian-nya sungguh nampak dari ketegasannya dikala memilih menolak melepas bendera BK didadanya dan bersedia ditembak mati demi mempertahankan identitas nasional bangsanya tersebut.
Bapa Filep meninggalkan legacy yang amat fundamental bagi bangsa Papua, yaitu tentang konsistensi dalam perjuangan damai, patriotisme, nasionalisme dengan semangat demokrasi dan persatuan dalam keberagaman. Ia menolak politik perjuangan berbasis ras tetapi mempromosikan perjuangan damai atas dasar cinta dan kasih serta ketulusan untuk menjadi bagian dari bangsa Papua Barat. Beliau menekankan perlawanan terhadap sistem yang menindas serta meluruskan paradigma yang keliru soal kemerdekaan bangsa Papua Barat.
Semua orang yang pernah hidup di zamannya dan pernah berjumpa dengannya akan selalu mengingatnya, karena identitas orisinal yang dimilikinya. Tak dapat disangkal, dari anak kecil, remaja, hingga orang dewasa kulit hitam maupun putih, rambut keriting maupun lurus, gunung atau pantai akan mengenang kekhasannya. Ia akan terus dikenang dan dirindukan sebagai pejuang paling berani dalam era ini.
Beliau telah menancapkan benih-benih ideologi bangsa Papua di dalam benak dan diri generasi muda bangsa Papua. Tak hanya estetika, tapi ideologi yang kuat telah ia populerkan di abad ini. Berkembang pesatnya ideologi Papua merdeka belakangan ini sungguh disadari tak terlepas dari kontribusi nyatanya. Bagaimana mungkin efek BK didadanya tidak menyebar bagaikan virus Corona, pada siapapun yang menatap, berjumpa dengannya?
Semua yang bertemu dengannya dikuatkan, ditabahkan dan diyakinkan bahwa kemerdekaan bangsa Papua Barat itu tidaklah absurd. Tidaklah mustahil. Sebab bapa sudah menjadi contoh. Semua orang, semua generasi, semua kalangan, semua kelas sosial dibuatnya takluk dan takjub dengan keberaniannya menggenakan pakaian sipil kebesarannya yang dihiasi pita bendera Sampari. Ia telah menaburkan benih-benih ideologi Papua merdeka kepada semua orang tanpa pandang buluh. Ia telah menjadi bapak Ideologis yang sempurna dalam ruang keterbungkaman bereskpresi di tanah Papua.
Sebagai buktinya, kita bisa menyaksikan tumpah ruahnya rakyat Papua hari ini. Tanpa dipisahkan oleh sekat-sekat identitas primordial, rakyat telah mengantarkannya ke tempat persemayaman raganya. Kita telah melihat betapa antusiasnya rakyat, di perempatan dan pertigaan semua jalan, menandakan Filep adalah bapak ideologis yang sungguh berpengaruh dan berjasa atas tanah air kita. Tangisan dijalan-jalan di seluruh tanah Papua yang membasahi tanah ini menjadi berkat bagi tumbuh dan lahirnya benih-benih seribu satu Filep Karma, seperti kata Tuan Haluk. Meski sosok yang sama persis seperti beliau akan sulit ditemukan karena ia telah membawa ide, gagasan dan keberanian brilian yang belum tentu ditemukan di dalam 1001 generasi mendatang.
Secara teoritis, Kamam telah berhasil menerapkan aksiologis dari konsep perlawanan nir kekerasan yang juga diketuskan oleh Gene Sharp dalam menggunakan simbol-simbol perlawanan, menolak tunduk, menolak berkompromi dan menolak masuk dalam sistem. Demonstrasi dengan simbol BK dan janggut khasnya telah membuatnya terbebas dari jebakan dan penindasan etis penjajah. Dalam konteks itu, penjajah telah kehilangan muka dan superioritasnya selama menghadapi sang Mambri. Tuan Mambri menang banyak dalam hal melakukan kontra hegemoni atas hegemoni penjajah.
Bangsa Papua telah disatukan. Benar-benar disatukan. Gap-gap identitas, politik identitas dan dendam serta kevakuman ruang interaksi dan komunikasi sosial diantara para tokoh pejuang Papua dan diantara rakyat dan rakyat telah beliau cairkan melalui momentum kepergiannya. Dia telah menyatukan semua orang Papua dan solidaritas Indonesia dalam suasana kekeluargaan yang harmonis dan ramah. Semoga itu terus bertahan secara konsisten.
Betapapun demikian, dalam konteks perjuangan politik bangsa Papua, kita makin ditantang karena sesudah kepergian, Arnold Ap, Mofu, dan Willy Mandowen, kini rakyat Papua dari Biak sudah ditinggal oleh mambri Filep Karma, sosok nasionalis tulen yang dimiliki oleh ibu pertiwi. Di tengah krisis pejuang dan pemimpin sejati, kita akan menantikan figur-figur baru.
Pengganti Tuan Karma. Iya, the new Karma dengan Karma Effectnya yang khas.
Diakhir catatan ringan ini, Filep Karma boleh pergi tapi semangat, ideologi dan nafas perjuangannya tidak boleh padam. Dipadamkan oleh tirani kuasa kegelapan yang makin hari makin jahat yang dengan leluasa menggeorogoti setiap jengkal tanah rumah kita. Hanya perlawanan beretika dan berprinsip persatuan serta kemurnian tanpa kompromi yang kelak dapat membebaskan bangsa Papua dari ancaman dan kepungan kebinasaan. Filep Karma, Hadir! Papua, Merdeka! Filep Karma, Hidup!
Jayapura Kamis, 02 November 2022 |23.55 WIT