Putri Pemberontak Gigi, seorang wanita pejuang yang menjadi simbol perlawanan orang asli Papua terhadap eksploitasi dan penindasan atas tanah mereka, telah memberikan inspirasi bagi banyak orang di Papua dan di seluruh dunia. Dengan keberaniannya dalam melawan kebijakan pemerintah yang merampas tanah adat mereka, ia telah menjadi ikon dari gerakan revolusi keadilan tanah di Papua.
Putri Pemberontak Gigi, yang sebenarnya bernama Yosepha Alomang, lahir dan dibesarkan di desa Kali Kabur, Papua. Ayahnya adalah seorang kepala suku yang gigih melindungi hak-hak tanah adat mereka dari serbuan perusahaan-perusahaan tambang dan perusahaan yang menginginkan tanah mereka untuk pengembangan proyek komersial. Sejak kecil, Yosepha telah diajarkan pentingnya menjaga tanah adat dan sumber daya alam Papua untuk generasi mendatang.
Namun, ketika Yosepha dewasa, dia menyaksikan sendiri bagaimana pemerintah dan perusahaan-perusahaan asing dengan seenaknya mengambil alih tanah adat mereka tanpa memperhatikan hak-hak orang Papua. Hal ini membuatnya marah dan memutuskan untuk melawan ketidakadilan tersebut dengan cara yang sangat berani.
Yosepha kemudian bergabung dengan gerakan perlawanan tanah di Papua dan mulai memimpin aksi-aksi demonstrasi dan protes untuk melindungi tanah adat dan hak-hak orang Papua. Dia menuntut agar pemerintah dan perusahaan-perusahaan asing menghormati hak-hak tanah adat dan memprioritaskan kesejahteraan masyarakat Papua di atas kepentingan ekonomi semata.
Sebagai seorang perempuan pejuang, Yosepha telah menghadapi berbagai tantangan dan risiko dalam perjalanannya sebagai pemberontak. Namun, keberaniannya dan tekadnya untuk melawan ketidakadilan telah menginspirasi banyak orang Papua untuk turut berjuang dalam gerakan revolusi keadilan tanah.
Hingga saat ini, Putri Pemberontak Gigi terus menjadi pahlawan bagi orang Papua dalam perjuangan mereka melawan eksploitasi dan penindasan atas tanah adat mereka. Semangat dan semangatnya dalam melawan ketidakadilan ini menjadi inspirasi bagi generasi Papua yang akan datang untuk terus berjuang demi mempertahankan hak-hak mereka atas tanah adat dan sumber daya alam Papua. (*)