Oleh: Ambrosius Mulait
Setelah menyimak beberapa hari beredarnya Video, foto Pembunuhan Daud Bano di bezum Genyem Papua. Korban Daud Bano meninggal akibat dibunuh oleh anggota TNI dengan Gorok lehernya Di jalan trans karya Bumi Besum 1 Januari 2024.
Melihat kematian DB Warga Melakukan Protes dengan membakar, rumah warga mendesak warga trans meninggal Tanah Adat mereka selain, mendesak pelaku TNI untuk proses hukuman Mati.
Situasi ini mengangatkan saya sosok Perempuan-Perempuan Genyem yang secara gigih memperjuangkan Harkat & martabat mereka dengan cara-cara damai dan dokumentasi dan Advokasi secara Kontinu.
Mereka adalah mama Rosita Tecuari, Regina Bay dan Zusan Griapon, mereka punya mimpi besar membangun gerakan orang-orang di Genyem selain advokasi atas penyelamatan hutan dan Tanah adat, dan membangun pendidikan alternatif mengajar anak-anak dinamblong lainnya.
Pada 26 Desember 2023 Kita kehilanggan sosok Zusan Griapon beberapa hari kemudian disusul berita duka Bapak Matias Sawa Ketua Dewan Adat Suku (DAS) Namblong meninggalkan kita semua, mereka orang-orang hebat yang konsisten mempertankan hak-hak mereka dari kerakusan Negara atas nama Kesejateran.
Tanah dan hutan mereka dicaplok Oleh Pemerintah indonesia melalui Sukarno yang mengirikan transmigrasi besar-besar di Papua pada 1962. salah satunya Tanah adat milik orang Genyem di Lembah Grimenawa, Pada 1973/1974 daerah interland yang diperuntukkan buat pengembangan pertanian, perkebunan dan peternakan, tanah mereka dicaplok tanpa ada proses hukum, ganti rugi yang jelas diambil, dicuri secara semena-mena oleh rezim Sukarno lalu dikasih ke orang-orang Trans untuk ditempatinya.
Tantangan dan Ancaman lain yang dihadapi masyarakat adat adalah Ekspansi perusahaan perkebunan sawit di Tanah Papua seolah tak terbendung. negara melalui perusahaan PT Permata Nusa Mandiri (PNM) yang bahkan perizinannya sudah dicabut, tetap nekat membabat hutan yang menjadi sumber kehidupan masyarakat adat Distrik Nimbokrang, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua.
Expansi itu terlihat ketika Perusahaan PNM menghancurkan hutan adat Namblong seluas 32.000 hektare, sebelumnya masyarakat adat mendesak Bupati Jayapura Mathius Awoitauw segera mencabut SK Bupati Jayapura No.2/3/2011 tentang Izin Lokasi seluas 32.000 hektare dan SK Bupati Jayapura No. 62/2014 tentang Izin Lingkungan kepada perusahaan PT PNM yang beroperasi di wilayah Grime dan Nawa , meliputi Distrik Unurum Guay, Nimbokrang, Nimboran, Kemtuk Gresi dan Distrik Kemtuk.
Semua kebutuhan makanan yang penuh protein tersedia di hutan, (alam) Dulu mereka bisa lihat babi hutan, kuskus dan burung Cendrawasih lainnya di kampung halaman mereka, setelah hutan dibabat atas nama proyek investasi burung Cendrawasih, kasuwari, kuskus, babi hutan itu sudah menjauh dari lingkungan, rumah mereka, padahal dulu mereka bisa lihat di sekitaran lingkungan rumah.
Dari sini kita bisa ketahui Mereka tidak butuh apa-apa dari Jakarta, justru Jakarta lah yang butuh kekayaan mereka, tapi jakarta tidak pernah menjelaskan ini soal penjajahan pangan pencaplokan kekayaan orang Lembah Grime Nawa umumnya West Papua.
Perjuangan hak-haknya walaupun banyak ancaman dari negara melalui aparatnya mereka berdiri teguh Lawan dengan cara damai melakukan advokasi secara nasional maupun internasional atas tanah dan hutan adat yang dicaplok oleh pemerintah Indonesia.
Tidak hanya itu nyawa mereka juga menjadi tumbal dan ancaman dari korporasi kapital lebih tepatnya *Binatang Ekonomi* Melalui Pemerintah, Konsistensi mereka dalam melawan ketidakadilan tidak dengan menjual kata-kata atau harga diri ke jakarta, yang mengemis atas nama orang Papua yang selama ini di praktekkan pejabat lokal, Politik, dan dosen oportunis lainnya.
Apa yang terjadi terhadap Daud Bano adalah akumulasi kapital dan penjajahan indonesia di Papua yang diperaktekkan melalui Aparat dengan cara membunuh manusia dan mencaplok SDA-nya, mereka sudah sejak lama muak dengan perlakuan semena-mena ini.
Cerita Perempuan Genyem yang punya relasi atas hutan & Tanah selain membesarkan nama Besar Lembah Grime Nawa. (*)
)* Mantan Tapol Rasisme Papua