Oleh: Soleman Itlay
Manusia adalah satu-satunya mahkluk yang tidak dapat menciptakan tanah, akan tetapi hidup dari tanah. Seluruh organ tubuhnya, 99 persen berasal dari tanah. Kecuali 1 persen, yang berkaitan dengan nafas Allah.
Manusia tidak bersetubuh, bertelur, mengandung, melahirkan dan membesarkan tanah. Tetapi mampu mempertahankan hidup dari hasil olah tanah.
Manusia tidak pernah kasih makan tanah. Karena tanah tidak memiliki organ tubuh, seperti mulut, gigi dan lainnya. Namun, tanah mampu kasih makan manusia agar dapat bertahan hidup dari apa yang dihasilkan tanah.
Manusia adalah satu-satunya mahkluk yang berkuasa atas segala sesuatu, termasuk tanah, walupun tidak terlibat secara aktif dalam penciptaan hingga pembentukannya. Tetapi suka klaim dengan mengatakan “ini milik saya, milik kami, hak kami dan lain seterusnya.”
Manusia adalah satu-satunya mahkluk yang tidak tahu diri. Dimana Allah hanya memberikan kekuasaan supaya manusia hidup darinya, akan tetapi manusia berpaling dari situ. Bahkan lewat batas kesadaran manusia itu.
Mereka menjadikan tanah sebagai hak miliknya sesuka hati dengan modal pernah duduk, isap rokok, bangun rumah, meneteskan darah, air mata, keringat dan kehilangan nyawa. Kemudian seiring dengan waktu menjadikannya sebagai bahan komersial. Hingga harus menjual tanah atas nama kekuasaan dan kebutuhan sesaat tanpa pernah menyadari bahwa mereka hidup dari tubuh Allah (Kristus) yang menyatu dengan kosmos.
Manusia adalah satu-satunya mahkluk yang paling biadab. Karena tanah memperlakukan manusia sangat manusiawi, akan tetapi sebaliknya manusia memperlakukan tanah tidak bersahabat, bahkan tidak manusiawi.
Manusia adalah satu-satunya mahkluk yang paling tidak tahu diri. Hidup, makan tidur, beraktifitas, berkebun, beternak, bersetubuh, beranak cucu dan lainnya diatas permukaan tanah, akan tetapi memperlakukan tanah melampaui batas kesadaran manusia yang berjiwa mulia, berhati nurani, berakal budi, dan bertindak bijaksana.
Manusia adalah satu-satunya yang melakukan kejahatan besar-besaran terhadap tanah. Mereka melukai dengan cara membabat rumput, menebang pohon-pohon, mencabut batu dan akar pohon. Mengupas kulit-kulit tanpa sedikitpun pun memberikan rasa empati. Hanya untuk mencari nafkah darinya.
Manusia adalah satu-satunya mahkluk yang buta pada rasa kemanusiaan terhadap tanah. Tanah sudah mengobarkan dirinya, bakal merelakan dirinya untuk disakiti hingga mengeluarkan cairan tubuh supaya manusia bisa puas. Tetapi mereka tidak pernah memahami penderitaan dan pengorbanannya.
Manusia adalah satu-satunya mahkluk yang tidak mampu menjadi tanah atau rumah yang paling nyaman bagi segala sesuatu yang ada di bumi; membuat segala sesuatu hidup, beraktifitas dan menjaga entitasnya secara damai. Mahkluk yang sangat terbatas. Tetapi “bikin tahu-tahu” dan menghianati tanah melampaui batas kewajaran kemanusiaannya.
Hakekatnya, tanah adalah bahan dasar manusia tidak diciptakan dari air, udara, api dan lainnya, meskipun ada unsur-unsur itu di dalam tubuhnya. Semua unsur paling dasariah, dan fundamental adalah tanah.
Di dalam tanah terdapat unsur Allah yang serupa dan segambar, maka apabila manusia memperlakukan tanah dengan perilaku tidak bermoral, walaupun atas nama kebaikan, merupakan suatu pelanggaran besar di hadapan Allah.
Barangsiapa menjual tanah, tidak hanya menjual diri, nasib dan masa depan. Akan tetapi lebih daripada itu menjual keserupaan dan kegambaraan Allah yang menyatukan dan tak terpisahkan dalam tanah. Inilah yang mendorong para leluhur dan nenek moyang merawatnya sebagai merawat diri dan Allah.
Tanah adalah satu-satunya pusat kehidupan dan keselamatan manusia. Manusia tidak bisa melarikan diri dan menenangkan jiwa di udara, lautan dan sungai. Membuat rumah dan hidup disana, tidak ada ceritanya. Sungguh pun kesana, membutuhkan bahan atau material dari tanah untuk membuatnya.
Karena itu, barangsiapa siapa yang melakukan kejahatan terhadap tanah tidak pantas untuk hidup dan mencari keselamatan hidup dari atas maupun dalam tanah. Lebih baik ia tidak dilahirkan sebagai serupa dan segambar dengan Allah, ketimbang hadir untuk menghancurkan masa depan tanah.
Tanah adalah satu-satunya entitas hidup totalitas manusia pribumi. Seorang mengatakan saya adalah orang pribumi atau misalnya orang asli Papua dari suku ini dan itu, karena ada basis hak kepemilikan tanah. Tetapi kalau ia kehilangan tanah karena uang dan jabatan, ia adalah satu-satunya mahkluk yang tidak pantas memiliki identitas kepribumian Allah di dunia.
Tanah adalah satu-satunya yang memiliki prinsip dasar yang sangat dalam dan tinggi. Bahkan menjadi prinsip dasar awal dan akhir. Karena itu, tidak heran apabila saya kembali mempertegas pandangan yang sangat prinsipil ini: manusia berasal dari tanah dan akan kembali ke tanah.
Barangsiapa tidak memahami prinsip dasar hidup ini, ia akan mudah kehilangan nyawa karena kehilangan tanah; kehilangan nasib dan masa depan, karena mudah melakukan kompromi hingga kehilangan secara absolut.
Sekali lagi, tanah adalah satu-satunya prinsip utama. Sebuah prinsip dasar dari segala-galanya. Segala sesuatu hidup dan mati disini. Senantiasa menjalani proses tesis, antitesis dan sintesis disini.
Barangsiapa menyerahkan tanah, saya sungguh percaya bahwa itu terjadi karena dia tidak tahu atau sadar akan prinsip dasar utama dari kehidupan manusia. Bahkan melakukan tindakan amoral seperti itu, tidak lain dan tidak kurang adalah karena mereka kehilangan prinsip dasar utamanya.
Manusia harus sadar bahwa dia tidak sekedar sendiri yang berasal dari tanah. Mahkluk lain, seperti hewan, binatang, tumbuhan dan lainnya juga memiliki unsur hakiki dalam tanah. Tindakan pengalihfungsian tanah merupakan kejahatan juga bagi makhluk yang lain.
Manusia adalah satu-satunya mahkluk yang harus sadar dan bertobat. Bahwa manusia tidak bisa hidup dari politik praktis dan ideologis saja. Manusia juga buka hanya hidup dari uang dan jabatan saja.
Selama berabad-abad lamanya, atau katakanlah 6000 tahun lamanya tanah di Hugulama (Papua) membuktikan (de facto kosmologis) bahwa mampu menjamin kehidupan orang Hugula. Para leluhur dan nenek moyang pun mampu merawatnya dengan baik selama itu.
Namun kita adalah generasi yang paling biadab. Manusia yang tidak tahu diri. Karena itu dalam rentan waktu 60-an tahun ini memperlakukan tanah tidak sepatutnya. Paling menggerikan adalah karena dalam waktu satu detik Anda bisa membunuh diri karena terlalu murahan dibawah matahari.
Tanah adalah satu-satunya pusat kehidupan manusia. Yang mampu memberikan kebebasan kepada manusia untuk berkembang biak dari masa ke masa, generasi ke generasi dan abad ke abad. Hanya di rumah tanah saja yang membuat manusia bisa hidup merdeka.
Manusia bisa membuat rumah dengan uang dan jabatan, akan tetapi tidak dapat membuat rumah, berkebun, beternak dan menjamin masa depan generasi penerus di dalam uang dan jabatan. Itu bersifat esensial, tapi bukan eksistensial.
Karena itu, selamatkan tanah harus dimulai dari pandangan hidup orang Hugula ini. Bahwa tanah adalah segala-galanya. Tanah bukan segalanya, akan tetapi segala-galanya tanpa tanah adalah kesia-siaan belaka.
Noth!
PN|Minggu, 20 Oktober 2023