Jayapura, nirmeke.com — Masih adanya sejumlah keluhan masyarakat pasca peristiwa kekeringan yang disertai suhu dingin ekstrem, memicu berbagai tanaman warga mengalami gagal panen. Akibatnya, bencana kelaparan timbul atas tipisnya ketersediaan pangan masyarakat.
Sebagai bentuk keprihatinan, mahasiswa dari 8 Distrik di kabupaten Puncak kota studi Jayapura menggelar aksi sumbangan sukarela di beberapa titik di pusat kota Jayapura.
Aksi ini dilakukan dengan memegang sejumlah baliho dan beberapa foto dampak kekeringan dan tulisan di wilayah tersebut dan meminta sumbangan bagi setiap warga yang melintas di beberapa titik lampu merah di wilayah Waena, Kotaraja, Abepura.
“Aksi (Pengalangan Dana) kami ini bagian dari tindakan kami untuk mengumpulkan dana karena masyarakat kami di kampung agandugume, mengalami kelaparan sampai saat ini akibat dampak bencana yang mengakibatkan kekeringan,” katanya di Lampu Merah Waena, Senin, (21/8/2023).
Ia mengatakan dampak El Nino telah merusak berbagai tanaman dari masyarakat baik petatas, sayur-sayuran dan sejumlah tanaman pangan lain sehingga masyarakat saat ini dmemerlukan bantuan.
“Masyarakat mendapat kesulitan makan minum sampai saat ini. Maka kami mahasiswa dari Kabupaten Puncak melakukan penggalangan dana, di di titik lampu merah Abepura, Waena dan Kotaraja dan aksi kami ini sudah meminta izin dipihak Kepolisian,” katanya.
Sementara itu, ia mengatakan bahwa sebelumnya Pemerintah telah membantu bahan makanan ke wilayah bencana namun sampai saat ini bantuan tersebut tidak terserap sampai ke masyarakat dan sebagian masyarakat masih mengalami kendala persoalan makan.
“Bantuan bama yang kami tahu baru dua kali dari dua flait penerbangan pesawat dan sampai saat ini masyarakat dengan jumlah 700 ribu penduduk, Bupati saat membagi beras per kepala keluarga hanya mendapat 3 kilo sehingga itu tidak cukup dan ada bantuan juga yang diberikan tetapi tidak sampai di lapangan,” jelasnya.
Ia juga meminta agar ada keterbukaan dari posko dan setiap penyalur bantuan agar bantuan tersebut sampai di tangan masyarakat, jangan ada permainan sehingga harus dibuka dan disampaikan transparan.
“Jadi dalam hal kasus bencana alam ini kami tidak mau ada permainan yang dilakukan oleh orang-orang tertentu yang merugikan masyarakat kami lewat bantuan yang diberikan, dan masyarakat butuh saat ini makan, dana untuk beli bibit ke distrik lain jadi kami dari mahasiswa di delapan distrik, akan aksi galang dna sampai 25 Agustus,” katanya.
Bencana kelaparan terjadi di Kabupaten Puncak, Provinsi Papua Tengah, yang memakan korban jiwa enam warga. Sedikitnya 7.500 orang terdampak terkait petaka tersebut. Kejadian ini dipicu kekeringan selama dua bulan terakhir akibat cuaca ekstrem. Distrik Agandugume dan Distrik Lambewi menjadi lokasi paling terdampak. (*)
Pewarta: Nobi