Wamena, nirmeke.com — Umat Katolik di kapela “Santo Yohanes” Yogonima, Paroki “Kristus Gembala Baik” Pugima, Dekenat Pegunungan Tengah, Keuskupan Jayapura kembali melakukan aksi Lukatok untuk membangun gereja manusia Katolik di Tanah Papua, khususnya di Kapela setempat.
Aksi ini dilakukan pada Sabtu, 05 Agustus 2023 di halaman gereja yang diresmikan pertama kali oleh Uskup emiritus Jayapura, Mgr. Leo Laba Ladjar, OFM pada 1995-1996. Aksi berlangsung dari pagi hingga sore hari, pukul 07.00-15.30 WIT.
Setidaknya, seratus orang lebih, baik dari kapela setempat maupun dari denominasi gereja lain, seperti Kingmi Papua dan GKI di Tanah Papua yang ada di wilayah aliansi Itlawisage, suku Hugula ikut terlibat untuk membantu gereja manusia ini.
Total dana yang masuk dari aksi sumbangan sukarela ini Rp 2.884.000,00; (terbilang: dua juta delapan ratus delapan puluh empat ribu rupiah). Tujuannya adalah untuk meringankan beban keluarga dan orang siswa-siswi.
Sumbangan ini merupakan bentuk persembahan yang paling murni untuk menyiapkan gereja manusia Katolik setempat. Selain itu, agar membuat gereja lokal setempat semakin kokoh pada masa-masa yang akan datang.
“Gereja ini tidak akan mendarat di atas permukaan tanah, dia akan selalu melayang-layang di atas udara kalau memprioritaskan pembangunan gedung gereja. Gereja ini akan semakin berakar dan kokoh selamanya dalam jiwa raga, hari, dan akal Budi dengan menyekolahkan anak sekolah, membantu orang sakit dan lainnya,” kata Pakiat Itlait’c sebagai ketua kering setempat.
Umat setempat makin menyadari bahwa untuk menumbuhkembangkan dan memperkokoh gereja lokal, sebaiknya dimulai dengan menyiapkan sumber daya manusia dari salah olah tanah dan keringat umat sendiri.
“Ini umat mau bantu anak-anak sekolah dan lainnya dari hasil kebun, keringat dan hasil jualan di kota. Mereka kasih dengan tulus dan ikhlas untuk kita bangun gereja anak-anak sekolah yang masuk di Wamena. Ada SMP, SMA/SMK dan kuliah. Kami bantu dari kekurangan. Yang penting bisa meringankan beban keluarga,” ujar Meki Hisage, salah satu penggerak dalam aksi lukatok kedua tersebut.
Pihaknya telah membuka buku rekening di Bank Mandiri Cabang Wamena. Sehingga semua sumbangan yang masuk nanti disetor ke dalam buku rekening. Kemudian akan disalurkan berdasarkan kebutuhan pada anak-anak yang sekolah di berbagai kota.
Aksi macam ini cukup menarik perhatian umat di wilayah ini. Dari denominasi gereja dan agama lain juga mulai tertarik dengan pendekatan macam ini.
Kedepannya, umat setempat akan memikirkan untuk membatasi dengan dengan sumbangan sukarela di tingkat paroki, dekenat, keuskupan dan lainnya yang sifatnya esensial.
“Kami tetap akan hormat kami punya atasan. Tapi kalau Pastor atau Uskup, termasuk dewan paroki bilang umat harus sumbang sekian juta untuk pembangunan gedung, dan acara huru-hara, kami ada pikir untuk membatasi diri. Kami akan sumbang dengan hati terbuka, dan bahkan dari hasil olah tanah adat kami apabila itu untuk kepentingan membangun gereja manusia di Keuskupan Agung Merauke, Keuskupan Jayapura, Keuskupan Manokwari-Sorong, Keuskupan Agats dan Keuskupan Timika. Kalau bukan untuk itu, sekali lagi kami tidak mau. Cukup kami jadi korban dan cari uang hanya untuk bersenang-senang diatas gereja manusia yang putus sekolah, nanggur, sakit sekarat dan lainnya,” lanjut Hisage kepada laman media ini.
Orang tua anak yang mengikuti kegiatan ini sangat tersentuh dengan upaya yang digerakkan oleh Orang Muda Katolik (OMK) Santo Yohanes Yogonima. Mereka terbaru dan menyampaikan banyak terimakasih kepada anak-anak muda ini.
“Terimakasih banyak untuk anak-anak yang tidak sekolah, dan putus sekolah dulu, sekarang bantu mereka punya adik-adik yang mau masuk SMP, SMA/SMK dan kuliah di Wamena, Jayapura dan luar Papua,” ujar Nakmaken Hisage sambil meneteskan air mata.
Aksi macam ini akan dilakukan secara rutin pada Minggu ketiga dalam bulan berjalan. Tentu saja ini akan menjadi program prioritas dan rutin bagi umat di kampung ini. Inilah jalan yang dipilih umat setempat untuk membangun gereja manusia Katolik di Tanah Papua. (*)
Pewarta: Soleman Itlay