Adil Untuk PerubahanAdil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
  • Tanah Papua
  • Berita Papua
    • Polhukam
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Perempuan & Anak
    • Ekonomi & Bisnis
    • Infrastruktur
    • Lingkungan
    • Olaraga
  • Jendela Papua
    • Kuliner
    • Lensa
    • Pariwisata
    • Travel
    • Seni & Budaya
  • Pena Papua
    • Catatan Aktivis Papua
    • Sastra
    • Cerpen Papua
    • Artikel
    • Siaran Pers
    • Berita Foto
  • Editorial
  • Advertorial
Reading: Yanuarius Lagowan: Untuk Papua Sampai Mati
Share
Sign In
Notification
Font ResizerAa
Adil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
Font ResizerAa
  • Headline
  • Tanah Papua
  • Kesehatan
  • Ekonomi & Bisnis
  • Pendidikan
  • Artikel
  • Cerpen Papua
  • Pariwisata
  • Editorial
  • Tanah Papua
  • Berita Papua
    • Polhukam
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Perempuan & Anak
    • Ekonomi & Bisnis
    • Infrastruktur
    • Lingkungan
    • Olaraga
  • Jendela Papua
    • Kuliner
    • Lensa
    • Pariwisata
    • Travel
    • Seni & Budaya
  • Pena Papua
    • Catatan Aktivis Papua
    • Sastra
    • Cerpen Papua
    • Artikel
    • Siaran Pers
    • Berita Foto
  • Editorial
  • Advertorial
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2025 Nirmeke. Design by Team IT Nirmeke. All Rights Reserved.
Adil Untuk Perubahan > Pena Papua > Catatan Aktivis Papua > Yanuarius Lagowan: Untuk Papua Sampai Mati
Catatan Aktivis Papua

Yanuarius Lagowan: Untuk Papua Sampai Mati

admin
Last updated: July 4, 2023 15:07
By
admin
Byadmin
Follow:
2 years ago
Share
5 Min Read
SHARE

Oleh: Weren Talia

Iklan Nirmeke
Ad image

Yanuarius Lagowan, atau saya biasa menyapanya Kaka Yan atau sering juga Pace Yan, adalah seorang pemuda Pegunungan Tengah, Papua. Sejak remaja, ia telah merantau ke Sulawesi Utara sebagai pelajar di SMA Katolik Rex Mundi Manado. Tamat dari SMA, ia lanjut belajar pada Jurusan Kimia, Universitas Negeri Manado di Tondano-Minahasa pada tahun 2005.

Saat mahasiswa, Yan aktif dalam berbagai organisasi. Ia mendapat berbagai pengalaman dan tentu saja mengasah pemikirannya menjadi semakin kritis. Hal ini kemudian membentuk cara pandangnya terhadap bangsanya sendiri, bangsa Papua.

Sebagai anak muda, ia tentu resah pada nasib bangsanya. Ia menyaksikan berbagai pelanggaran kemanusiaan yang terjadi dengan mata dan hatinya sendiri. Melalui organisasi, ia membangun gerakan bersama orang-orang muda Papua baik di Sulawesi Utara hingga di seluruh Indonesia.

Sikap Yan soal kemanusiaan sangat jelas. Ia menggugat berbagai pelanggaran kemanusiaaan dengan cara-cara tanpa kekerasan. Ia berkali-kali ikut dalam aksi damai menuntut keadilan. Seperti yang pernah diakuinya, tindakan-tindakan intimidatif dan diskriminatif dari pihak aparat maupun warga sipil lainnya sudah sering ia rasakan.

Berbagai aksi di jalanan nampaknya tidak membuat Yan merasa puas. Ia mungkin merasa itu tidak pernah cukup. Di lapangan, kekerasan fisik, psikis maupun budaya terus terjadi, sementara para elit Papua sendiri hidup berfoya-foya dan banyak yang tidak peduli.

Dalam beberapa kali diskusi, kami sepakat bahwa perubahan secara instan tidak mungkin terjadi. Generasi Papua hari ini mungkin belum bisa mencapai tujuan kesejahteraan bangsanya. Sejahtera berarti makmur, aman, nyaman, dan tentu saja hidup berdampingan dengan ibu bumi. Untuk itu, harapan pada pencapaian tujuan itu harus diletakkan pada dan dimulai dari anak-anak kecil Papua.

Baca Juga:  Aktivis yang Idealis, Harus Mandiri

Beberapa waktu kemudian, ia menghilang selama berbulan-bulan. Saya dengar, ia sedang pulang ke Papua.

Saat kembali ke Sulawesi, ia dengan antusias menceritakan pengalaman aksinya di Papua beberapa bulan belakangan. Di sana, ia menontonkan film dokumenter tentang persoalan-persoalan di tanah Papua kepada anak-anak sekolah yang merupakan penentu masa depan Papua. Bahkan, ia membuat film dokumneternya sendiri. Ia berharap, anak-anak itu akan membawa harapan perubahan bagi bangsanya kelak.

Yan memang suka pada kamera. Ia bahkan pernah mengikuti pelatihan pembuatan film dokumenter yang disponsori oleh lembaga JPIC (Justice Peace and Integrity of Creation). JPIC sendiri adalah lembaga di bawah naungan konggregasi-konggregasi Gereja Katolik yang bergerak di bidang advokasi kemanusiaan dan lingkungan hidup.

Salah satu isu yang paling meresahkan Yan pada saat-saat itu adalah penjualan tanah oleh orang Papua sendiri. Menurutnya, menjual tanah sama dengan mengorbankan masa depan anak cucu. Lebih-lebih, tanah itu dijual pada perusahan-perusahan besar yang pengoperasiannya justru merusak alam Papua dengan dampak-dampaknya yang merugikan masyarakat.

Di Sulawesi Utara, ia tidak pernah berhenti bergerak. Ia terus membangun organisasi dengan mahasiswa Papua di sana. Kehidupan kampus dengan rumus-rumus Kimia-nya sudah lama ia tinggalkan; tanpa selesai. Kabar terakhir, ia sempat pindah kampus ke Tomohon. Kehidupan romantis khas anak muda yang mabuk cinta tak nampak dari tindak-tanduknya. Cintanya utuh diabdikan pada cita-cita kemanusiaan pada orang Papua.

Iklan Nirmeke
Ad image

Pada tahun 2016, Yan ikut aktif dalam lembaga Kopkedat (Komunitas Peduli Kemanusiaan Daerah Terpencil) di Papua. Kopkedat adalah sebuah komunitas anak-anak muda Papua yang bergerak dalam upaya meningkatkan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan pokok masyarakat terpencil, termasuk kesehatan dan pendidikan.

Baca Juga:  Pemilu 2024 Paling Buruk di Wamena-Papua Pegunungan

Bersama mahasiswa dan pemuda Papua, Yan tidak pernah berhenti bersikap dan berjuang. Ia tegas menolak rencana pemekaran DOB (Daerah Otonomi Baru) di Papua yang ramai di bahas beberapa tahun terakhir. Menurutnya, DOB hanyalah jalan untuk memperluas perusakan alam Papua.

Hingga tahun 2020, Yan masih aktif sebagai Sekretaris Jendral Asosiasi Mahasiswa Pegunungan Tengah Papua se-Indonesia.

Pada Juni 2022, Yan mengirim pesan untuk sekedar bertanya kabar. Tidak ada lagi kabar setelahnya. Setahun kemudian, tepatnya hari ini (3 Juli 2023), saya membaca ucapan belasungkawa di grup WA. Intinya, Pace Yan sudah pergi. Ia pergi untuk selamanya sambil membawa cita-cita kemanusiaan dan segala jerih payahnya.

Di pintu surga, Yan mengetuk. Tahu Yan sudah datang, Tuhan segera mengucap salam: Wa…Wa…Wa!

Tuhan membuka pintu, mereka saling senyum lalu melakukan salam Kaonak, sebelum mereka merayakan perjamuan surgawi.

Beristirahatlah dalam damai, Nayak!

 

Bolitan, 3 Juli 2023

You Might Also Like

Orang Papua Terjebak Dalam Skenario Kolonial Dan Kapitalis Untuk Kepentingan Investasi

60 Tahun Kejahatan Terhadap Kemanusiaan di Papua Barat (1963-2023)

Nota Pembelaan (Pleidoi) Victor Yeimo

Politik Kriminal di Papua

Politik Uang Merusak Nilai Demokrasi Di Papua

TAGGED:Aktivis PapuaYanuarius Lagowan

Gabung Channel Whatsapp

Dapatkan berita terbaru dari Nirmeke.com di Whatsapp kamu
Klik disini untuk bergabung
Dengan anda klik untuk gabung ke channel kami , Anda menyetujui Persyaratan Penggunaan kami dan mengakui praktik data dalam Kebijakan Privasi kami. Anda dapat berhenti mengikuti kapan saja.
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link
Previous Article Raih 74 Suara, Naila Siep Pimpin HMPJ Kota Studi Jayapura Periode 2023-2025
Next Article Boneka Jakarta Sedang Menghancurkan Eksistensi Masyarakat Adat Hubula
Leave a Comment Leave a Comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Hangat

Mahasiswa Lanny Jaya di Makassar Tolak Pembangunan Pos Militer di Distrik Melagineri
Tanah Papua
17 hours ago
Bupati Yahukimo Hadiri Pelantikan 35 Anggota DPRK Periode 2025–2030
Tanah Papua
18 hours ago
Mahasiswa Papua di Sumatera Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Wamena
Tanah Papua
18 hours ago
Kekurangan Guru dan Dampak Banjir Hambat Pendidikan di Jayawijaya
Pendidikan
3 days ago
Iklan
Ad image

Lihat Topik Berita Lain Dari Nirmeke

Baca juga
Catatan Aktivis Papua

Mengupas Pro-Kontra Penempatan Lokasi Kantor Gubernur Papua Pegunungan

2 years ago
Catatan Aktivis PapuaEditorial

Apa Yang Berubah? Sebuah Refleksi Tentang Perempuan Baliem

1 year ago
Catatan Aktivis Papua

HUT ke-62 Bangsa Papua : Ormas Reaksioner NTT dan Polisi serang Massa Aksi AMP dan FRI-WP di Kupang

1 year ago
Catatan Aktivis Papua

Berganti-ganti Presiden di Indonesia, Papua Barat Tetap Jadi Bangsa Terjajah

1 year ago
Catatan Aktivis Papua

Wamena Berdarah Sulit Dilupakan

2 years ago
Catatan Aktivis PapuaTanah Papua

Kenapa Keanggotaan ULMWP di MSG Ditolak?

2 years ago
Catatan Aktivis Papua

“Kita Cinta Papua”: Slogan Memusnahkan Orang Asli Papua

2 years ago
Catatan Aktivis PapuaPolhukam

Menanti Pembebasan Sandera Pilot Susi Air

2 years ago
Catatan Aktivis Papua

KEMAJUAN YANG MENGHANCURKAN

2 years ago
Previous Next
Adil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
Follow US
© 2025 Nirmeke. Design by Team IT Nirmeke. All Rights Reserved.
  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Cyber
  • Iklan
  • Jasa Buat Website
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?