Adil Untuk PerubahanAdil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
  • Tanah Papua
  • Berita Papua
    • Polhukam
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Perempuan & Anak
    • Ekonomi & Bisnis
    • Infrastruktur
    • Lingkungan
    • Olaraga
  • Jendela Papua
    • Kuliner
    • Lensa
    • Pariwisata
    • Travel
    • Seni & Budaya
  • Pena Papua
    • Catatan Aktivis Papua
    • Sastra
    • Cerpen Papua
    • Artikel
    • Siaran Pers
    • Berita Foto
  • Editorial
  • Advertorial
Reading: Mitos Manarmakeri dan Gerakan Koreri di Papua Barat
Share
Sign In
Notification
Font ResizerAa
Adil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
Font ResizerAa
  • Headline
  • Tanah Papua
  • Kesehatan
  • Ekonomi & Bisnis
  • Pendidikan
  • Artikel
  • Cerpen Papua
  • Pariwisata
  • Editorial
  • Tanah Papua
  • Berita Papua
    • Polhukam
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Perempuan & Anak
    • Ekonomi & Bisnis
    • Infrastruktur
    • Lingkungan
    • Olaraga
  • Jendela Papua
    • Kuliner
    • Lensa
    • Pariwisata
    • Travel
    • Seni & Budaya
  • Pena Papua
    • Catatan Aktivis Papua
    • Sastra
    • Cerpen Papua
    • Artikel
    • Siaran Pers
    • Berita Foto
  • Editorial
  • Advertorial
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2025 Nirmeke. Design by Team IT Nirmeke. All Rights Reserved.
Adil Untuk Perubahan > Pena Papua > Seni & Budaya > Mitos Manarmakeri dan Gerakan Koreri di Papua Barat
Seni & Budaya

Mitos Manarmakeri dan Gerakan Koreri di Papua Barat

admin
Last updated: June 6, 2023 20:56
By
admin
Byadmin
Follow:
2 years ago
Share
6 Min Read
SHARE

Di Papua Barat, ada gerakan yang disebut gerakan Koreri. Koreri dapat dijelaskan sebagai perilaku penolakan terhadap pengaruh eksternal. Ini juga terdiri dari keyakinan mesianik bahwa suatu hari, seorang Mesias akan datang ke Papua Barat untuk membawa orang-orang menuju kehidupan yang lebih baik dan keabadian.

Iklan Nirmeke
Ad image

Janji Mesias hanya dapat terjadi jika orang-orang hidup dengan cara yang lebih baik tanpa pembunuhan, korupsi, atau sikap lainnya. Gerakan dan kepercayaan ini berawal dari sebuah mitos di Biak, Biak Numfor.

Manarmakeri sang Mesias

Di Biak, ada mitos Manarmakeri sang Mesias. Dahulu kala, ada seorang pria bernama Manarmakeri. Suatu hari, dia melihat seekor babi hutan memakan tanamannya dan dengan cepat mengarahkan tombaknya untuk membunuh makhluk itu. Babi hutan tidak mati tetapi lari ke gua sebagai gantinya.

Manarmakeri mengikuti babi hutan ke dalam gua hanya untuk menemukan bahwa makhluk itu tidak ada di sana. Tombaknya disimpan di satu sisi gua tanpa darah di dalamnya. Tiba-tiba, dia mendengar suara orang-orang yang terdengar seperti sedang merayakan sesuatu. Dia juga mendengar suara berbicara dengannya.

Manarmakeri penasaran dan bertanya untuk melihat dari mana suara itu berasal. Tanpa diduga, dia memiliki visi tentang desa yang bahagia di mana semua orang hidup damai. Apa yang dilihat Manarmakeri adalah Koreri, rahasia kehidupan yang menyenangkan dan abadi. Suara itu kemudian menuntutnya untuk pergi karena itu bukan waktu yang tepat bagi Manarmakeri untuk melihat Koreri.

Beberapa hari setelah peristiwa visi Koreri, Manarmakeri menyadari bahwa orang-orang di desanya telah membuat banyak kesalahan dalam cara hidup mereka. Dia terganggu oleh fakta bahwa cara hidup Koreri adalah hal yang benar untuk dilakukan.

Baca Juga:  Kebudayaan Dan Kekuasaan

Karena kecewa, dia meninggalkan desanya di Biak dan berkata untuk tidak pernah kembali lagi. Dia pergi ke Barat dan berjanji untuk kembali hanya jika orang-orang telah menemukan cara hidup yang lebih baik. Sejak itu, orang-orang Biak percaya bahwa suatu hari, Manarmakeri akan kembali sebagai Mesias, membawa mereka rahasia kehidupan yang sempurna dan abadi – Koreri.

Dalam perjalanannya, Manarmakeri menderita penyakit kulit. Dia menderita selama bertahun-tahun dan hidup sendirian sebelum dia bertemu roh Bintang Kejora yang menyuruhnya membuat api dari kayu ulin dan menyelam ke dalamnya. Dia melakukan apa yang dikatakan roh Bintang Fajar dan memang, dia sembuh.

Bagi sebagian orang, kisah itu adalah metafora tentang bagaimana manusia perlu menderita sebelum dia dilahirkan kembali untuk menjadi orang yang lebih baik. Sama seperti Manarmakeri yang berani menyelam ke dalam api tanpa mengetahui apakah dia akan disembuhkan atau mati, manusia perlu memiliki keyakinan terhadap apa yang dia lakukan dan korbankan.

Kepemimpinan Angganitha dalam Gerakan Koreri Modern

Pada tahun 1938, mitos itu menjadi kenyataan ketika seorang wanita bernama Insernsowek di Insumbabi, Biak, menderita penyakit kulit dan dibuang ke pengasingan. Dia kemudian dibaptis dan menerima nama “Angganitha”. Cerita itu bias dengan pengaruh agama Kristen dan kolonialisme yang membuat dampak pada banyak daerah di Papua Barat.

Iklan Nirmeke
Ad image

Angganitha kembali ke desanya, sembuh dan cantik. Ia mengaku disembuhkan oleh Manarmakeri yang berasal dari Barat. Kisah ini membawa kembali orang-orang ke mitos Manarmakeri sang Mesias. Segera, orang-orang percaya bahwa Angganitha adalah dewi yang dikirim oleh Manarmakeri terutama ketika ramalannya tentang Perang Dunia ternyata benar.

Baca Juga:  RAMBUT DI MATA ORANG HUGULA

Namun, keberadaan Angganitha telah memvalidasi kisah Manarmakeri. Hal ini telah membawa kepercayaan baru di kalangan masyarakat Biak bahwa mereka tidak membutuhkan pemimpin agama baru atau bahkan pemerintah kolonial. Mereka percaya bahwa kepemimpinan Angganitha akan membawa mereka ke Koreri – cara hidup yang benar.

Gerakan Koreri, Sinkronisasi Bias antara Mitos dan Gerakan Politik-Agama

Gerakan mesianik dianggap sebagai pemberontak oleh pemerintah kolonial Belanda. Pada tahun 1941, untuk menghentikan gerakan tersebut, Angganitha dipenjarakan di Manokwari. Ini telah mengakhiri langkah pertama gerakan Koreri. Namun, gerakan ini dilanjutkan oleh beberapa loyalis Angganitha tetapi tidak pernah sampai pada hasil yang konstruktif. Pemberontak dan protes terjadi secara sporadis dan menciptakan kekacauan di beberapa bagian Papua Barat.

Gerakan Koreri adalah perjuangan yang datang dari orang-orang Papua untuk benar-benar mempertahankan kepercayaan tradisional mereka. Mereka menolak gagasan agama dan budaya baru yang berasal dari kolonial. Para pemberontak terjadi di kedua sisi politik dan agama bahkan setelah deklarasi kemerdekaan Indonesia dan telah mengambil banyak nyawa orang Papua.

Semangat gerakan Koreri mungkin menjadi cara yang baik untuk mempertahankan tradisi dan budaya Papua. Namun, pemberontak dan protes yang tidak rasional tidak lagi menjadi pendekatan yang cocok untuk mencapai tujuan tersebut. Seringkali, gerakan yang bias – tidak hanya gerakan Koreri tetapi juga gerakan lain di seluruh Indonesia – menciptakan lebih banyak masalah daripada mencari solusi.

Mitos mungkin merupakan cara yang dapat diandalkan untuk memahami moral penting dari cerita tersebut, tetapi tidak pernah menjadi alasan yang baik untuk gerakan pemberontakan.(*)

You Might Also Like

Menguak Simbolisme Kuno Noken dalam Tradisi Pernikahan Adat Lembah Baliem

Kebudayaan Dan Kekuasaan

Perahu Wai Ron bentuk kebangkitan budaya orang Papua

Noken Simbol dan Identitas Orang Papua

Cerita Noken Kehidupan Bersama Sa Deng Mama

TAGGED:AngganithaGerakan KoreriMitos Manarmakeri dan Gerakan Koreri di Papua Barat

Gabung Channel Whatsapp

Dapatkan berita terbaru dari Nirmeke.com di Whatsapp kamu
Klik disini untuk bergabung
Dengan anda klik untuk gabung ke channel kami , Anda menyetujui Persyaratan Penggunaan kami dan mengakui praktik data dalam Kebijakan Privasi kami. Anda dapat berhenti mengikuti kapan saja.
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link
Previous Article KEMAJUAN YANG MENGHANCURKAN
Next Article Press Release: Hentikan Diskriminasi Terhadap Keluarga Korban Mutilasi di Timika
Leave a Comment Leave a Comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Hangat

Mahasiswa Lanny Jaya di Makassar Tolak Pembangunan Pos Militer di Distrik Melagineri
Tanah Papua
18 hours ago
Bupati Yahukimo Hadiri Pelantikan 35 Anggota DPRK Periode 2025–2030
Tanah Papua
18 hours ago
Mahasiswa Papua di Sumatera Salurkan Bantuan untuk Korban Bencana di Wamena
Tanah Papua
18 hours ago
Kekurangan Guru dan Dampak Banjir Hambat Pendidikan di Jayawijaya
Pendidikan
3 days ago
Iklan
Ad image

Lihat Topik Berita Lain Dari Nirmeke

Baca juga
EditorialSeni & Budaya

Memahami Sejarah dan Perkembangan Musik Rap

2 years ago
ArtikelSeni & Budaya

Cinta di Balik Rambut Panjang Lelaki Papua

2 years ago
Seni & Budaya

RAMBUT DI MATA ORANG HUGULA

12 months ago
Catatan Aktivis PapuaSeni & Budaya

Sean Rii, Musik Melanesia dan Irama Perlawanan

7 months ago
Seni & BudayaTanah Papua

Musisi, Komunitas, dan Jurnalis Bersatu Galang Dana untuk Siswa Pengungsi Nduga

4 weeks ago
PariwisataSeni & Budaya

Dibalik ketertingalan, Korowai menjadi ikon parawisata dunia

2 years ago
EditorialSeni & Budaya

Mengapa Begitu Banyak Musisi Besar Adalah Orang Kulit Hitam?

11 months ago
Adil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
Follow US
© 2025 Nirmeke. Design by Team IT Nirmeke. All Rights Reserved.
  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Cyber
  • Iklan
  • Jasa Buat Website
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?