Oleh; Papuana
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan Menkopolhukam RI Mahfud MD telah mengeluarkan pernyataan di publik bahwa sulit sekali membasmi pasukan perang dari OPM/TPNPB yang selama ini melakukan aksinya melawan pasukan TNI/POLRI di tanah Papua.
Apakah pernyataan ini bersifat diplomatis ataukah benar adanya, tapi faktanya bahwa OPM di hutan masih tetap eksis dalam melakukan aksinya untuk melawan pasukan Indonesia yang hanya menimbukkan korban jiwa yang banyak baik warga sipil dan warga non Papua.
Perang Vietnam melawan pasukan Amerika hendaklah menjadi pelajaran berharga bagi Indonesia, bahwa pasukan Vietnam yang menguasai medan pertempuran membuat Amerika kalah dan harus angkat kaki dari Vietnam demi menghindari korban yang terus berjatuhan dari pasukan Amerika.
Amerika juga mengakui sulitnya mengalahkan pasukan Taliban di Afganistan. Selama dua puluh tahun berperang melawan pasukan Taliban yang lebih menguasai medan tempur, membuat pasukan Amerika kalah dan harus meninggalkan Afganistan.
Pasukan OPM di untungkan dengan menguasai seluruh medan pertempuran dan mampu bertahan pada cuaca yang sangat ektrim pada suhu minus 14 derajat celsius, dan juga di ketinggian 4.000 kaki dari atas permukaan laut.
Sulitnya juga membedakan antara pasukan OPM dan masyarakat sipil yang ada di tempat, dan selalu saja terjadi pelanggaran HAM akibat salah sasaran atau salah tembak dan korbanya adalah masyarakat sipil, itu juga membuat sorotan dunia Internasional pada kasus pelanggaran HAM.
Berberapa petinggi di Republik ini juga sering mengeluarkan pernyataan yang demikian bahwa medan yang begitu sulit dan cuaca ekstrim membuat sehingga, sulit berhadapan atau menuntaskan OPM hingga tuntas hingga ke akar-akarnya.
Mahfud MD juga mengatakan bahwa biaya yang terbatas menjadi faktor untuk mengerakan pasukan, belanja logistik atau bahan makan bagi pasukan di medan pertempuran, dan berakibat pada kelaparan yang melanda pasukan TNI dan Polri untuk bertahan.
Perang membutuhankan biaya yang sangat banyak, dan situasi perang biasanya paling banyak menghabiskan banyak angggaran. Bisa saja anggaran untuk sektor atau bidang lain di potong/di pangkas untuk membiayai perang dalam rangka membunuh orang.
Jumlah kekuatan atau pasukan OPM di hutan yang melakukan aksinya tidak banyak, dan tidak lebih dari ratusan atau sekitar puluhan saja, di banding pasukan TNI/POLRI yang jumlahnya ribuan dengan alutista yang begitu canggih dan sangat lengkap untuk membasmi musuh.
Berbagai kecurigaan bahwa OPM juga memiliki akses dan mendapatkan bantuan dari luar Negeri berupa makanan, dan bantuan senjata atau juga ada tentara bayaran yang membantu OPM, namun hal itu belum bisa di buktikan.
Belum lagi ada 24 kasus penjualan senjata dan amunisi yang di lakukan oleh oknum aparat kepada pihak TPNPB yang hanya menambah kekuatan persenjataan mereka, kemudian balik menyerang TNI atau Polri yang berada di tempat tersebut.
Di akui oleh mahfud MD bahwa hampir setiap minggu ada korban dari pihak aparat militer Indonesia yang kena tembak dan kehilangan nyawa mereka, di banding dengan TPNPB yang menjadi korban tembakan oleh aparat TNI dan Polri.
Cuaca yang ektrim juga kadang membuat pesawat sulit untuk mendarat di bandara yang ada, dan ini menyulitlan bagi pendropan logistik bagi pasukan tempur yang ada di lokasi perang, akibatnya persipan logistik berkurang dan menipis.
Penerbangan sipil enggan juga memberi pelayanan penerbangan ke daerah konflik akibat dari keamanan dan kenyaman yang terus terganggu, dan ini membuat akses mobilisasi menjadi terganggu dan terhalang oleh cuaca maupun keamanan.
Pasukan OPM lebih banyak mengetahui dan megguasai medan pertempuran. Alam dan hutan, gunung dan lembah adah rumah mereka yang mereka tempati dan tentunya mereka lebih tau kemana mereka harus pergi dan dari arah mana mereka akan kembali.
Cuaca yang ektrim dingin menyengat dan menusuk daging bagaikan jarum yang menusuk hingga menembus tulang adalah obat yang manjur dan mujarab bagi tubuh mereka, sementara kabut tebal yang dingin adalah selimut hangat yang membungkus mereka.
Jika perang terus berlanjut maka Negara harus banyak mengeluarkan uang hanya untuk di bunuh dan membunuh, tak akan ada yang di untungkan atau menguntungkan. Semua kerugian bisa terjadi baik harta benda maupun jiwa.
Solusinya pemerintah harus berbesar hati untuk melakukan perundingan, bersama OPM-TPNPB semua ini demi menghindari korban yang terus berlanjut dan tidak tahu sampai kapan bisa berhenti. Harus ada solusi yang baik salah satunya adalah perundingan dari kedua pihak.
Perundingan akan menghindari jatuhnya banyak korban dari pihak TNI dan POLRI,serta menghindari pemborosan anggaran untuk perang. Negara perlu kedamaian dan masyarakatya perlu ketenangan maka jangan lagi ada perang.