Tinjauan ekologis kelestarian lingkungan alam Jayawijaya
Oleh Raimondus Mote
Dikala air sebagai sumber kehidupan manusia Baliem yg sangat di butuhkan oleh manusia dan makhluk hidup lainnya mengering maka akan layu dan kering sudah lembah Agamua yang subur.
Jika ada kali Baliem sebagai sumber air namun tak layak di konsumsi oleh manusia selain untuk kesuburan tumbuhan dan ternak.
Kali Uweima sangat memberikan manfaat bagi kehidupan manusia selain airnya sebagai sumber pembangkit listrik tenaga air (PLTA) juga sebagai air konsumsi utk minum, masak, mandi dan mencuci.
Selain air digunakan untuk konsumsi, material kali Uwe juga sebagai kualitas nomor 1 di Wamena sebagai bahan bangunan katakanlah pasir halus, batu, pasir cor kasar. Distrik Wouma sebagai penyumbang terbesar material alami ini.
Jika dibandingkan dengan distrik Welesi sumber air kali uweima dari distrik Welesi, Walaik dan Distrik Nanggo Trikora yang merupakan dataran tinggi Pegunungan Jayawijaya. Hal ini telah menjadi cagar alam budaya dan zona inti pelestarian alamnya. Walaupun daerah ini juga sebagai penyuplai bahan material bagunan berupa papan, balok, kayu buah dan kayu pagar, bila tebang pohon maka harus tanam kembali sebagai pengantinya walau tunggu waktu puluhan tahun untuk pohon itu besar lagi.
Bila terjadi krisis air akibat musim kemarau yang panjang seperti tahun 1997 maka kali Uweima tetap eksis mengeluarkan sumber airnya bagi kehidupan rakyat Baliem. Namun amat sangat disayangkan seiring dengan pesatnya pembangunan kota Wamena dan bertumbuhnya jumlah penduduk di kota Wamena kelestarian kali Uweima sdh tidak terjaga dengan baik terutama Daerah Aliran Sungainya (DAS) sehingga menyebabkan longsor, erosi dan banjir terutama di kampung Logonoba distrik Wouma dan kampung Pipitmo distrik Wouma.
Ekosistem alam, manusia dan sang pencipta hendaknya seimbang terpelihara dengan baik agar kemurnian air pegunungan Jayawijaya bagaikan air Aqua dinginnya kali Uweima tetap terjaga selain itu limbah rumah tangga, sampah rumah tangga dan limbah pabrik tidak diperbolehkan dibuang ke kali uweima. Bila dibuang ke kali Uweima maka 100 tahun kedepan orang akan melihat kali Uweima bagaikan kali Ciliung di Jakarta yang mengalirkan sampah dan berbagai macam limbah ikut mengalir.
Kini kehidupan rakyat agamua baliem seiring perkembangan jaman sadah mulai hidup menyesuaikan dengan kehidupan pra modern. Akankah kali Uweima bisa dinikmati sedingin air dalam kulkas dan gemuruhnya bagaikan ombak di lautan pasifik sampai kedengarannya di lembah Pikhe atau Hom-hom hanya waktu yang bisa menjawab. (*)