Adil Untuk PerubahanAdil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
  • Tanah Papua
  • Berita Papua
    • Polhukam
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Perempuan & Anak
    • Ekonomi & Bisnis
    • Infrastruktur
    • Lingkungan
    • Olaraga
  • Jendela Papua
    • Kuliner
    • Lensa
    • Pariwisata
    • Travel
    • Seni & Budaya
  • Pena Papua
    • Catatan Aktivis Papua
    • Sastra
    • Cerpen Papua
    • Artikel
    • Siaran Pers
    • Berita Foto
  • Editorial
  • Advertorial
Reading: Hari Misi Pekabaran Injil di Lembah Hugulama
Share
Sign In
Notification
Font ResizerAa
Adil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
Font ResizerAa
  • Headline
  • Tanah Papua
  • Kesehatan
  • Ekonomi & Bisnis
  • Pendidikan
  • Artikel
  • Cerpen Papua
  • Pariwisata
  • Editorial
  • Tanah Papua
  • Berita Papua
    • Polhukam
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Perempuan & Anak
    • Ekonomi & Bisnis
    • Infrastruktur
    • Lingkungan
    • Olaraga
  • Jendela Papua
    • Kuliner
    • Lensa
    • Pariwisata
    • Travel
    • Seni & Budaya
  • Pena Papua
    • Catatan Aktivis Papua
    • Sastra
    • Cerpen Papua
    • Artikel
    • Siaran Pers
    • Berita Foto
  • Editorial
  • Advertorial
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2025 Nirmeke. Design by Team IT Nirmeke. All Rights Reserved.
Adil Untuk Perubahan > Pena Papua > Artikel > Hari Misi Pekabaran Injil di Lembah Hugulama
Artikel

Hari Misi Pekabaran Injil di Lembah Hugulama

admin
Last updated: April 27, 2023 15:45
By
admin
Byadmin
Follow:
2 years ago
Share
6 Min Read
SHARE

Oleh Soleman Itlay

Iklan Nirmeke
Ad image

Kita baru saja merayakan Hari Misi Pekabaran Injil di Lembah Hugulama pada akhir April 2023 ini. Sebuah hari yang sesungguhnya masih kontroversial, dan belum final.

Pada hakekatnya [dalam konteks sejarah], suatu daerah menentukan hari besar apabila memenuhi kriteria dan dapat dipertimbangkan secara bijak, baik secara de joure dan de facto.

Dua hal ini menjadi catatan penting untuk diperhatikan agar tidak salah berpikir dan menentukan hari besar di suatu daerah (Hugulama) nanti.

Dalam hal ini, secara de joure berkaitan dengan dokumen resmi gereja. Misalnya, seorang pendeta atau pastor diberikan tugas dan kewenangan tertulis oleh atasan atau kongregasi tertentu untuk melayani orang di suatu daerah.

Dokumen gereja itu semisal berkaitan dengan :

1. Surat tugas dari pimpinan gereja,
2. Surat keterangan,
3. Surat kewenangan,
4. Berita tertulis di media massa,
5. Bukti surat kesedihan bertugas,
6. Bukti pembelanjaan tiket pesawat, kapal dan lainnya

Sedangkan secara de facto berhubungan dengan kontak awal para utusan dengan alam sekitar dan terutama masyarakat lokal setempat.

Secara de facto, suatu hari diangkat menjadi Hari Injil Masuk apabila ada tanda-tanda atau memenuhi beberapa aspek yang berkaitan dengan kontak langsung ini, antara lain :

1. Saling bertemu,
2. Saling menyapa atau bercakap,
3. Saling jabat tangan,
4. Saling berkenalan satu sama lain,
5. Cerita bersama,
6. Makan minum bersama,
7. Tidur bangun sama-sama,
8. Membangun pos darurat (pastoran, sekolah, dan pos pelayanan kesehatan),
9. Merayakan ibadah,
10. Membaptis orang,
11. Membuat sumur dll.

Secara de facto, pada Yubelium 50 Tahun Injil Masuk di Lembah Hugulama yang diselenggarakan di Hitigima (2005), sejumlah tokoh dari beberapa denominasi gereja sepakat agar menetapkan 20 April 1954 sebagai Hari Misi Pekabaran Injil di Lembah Hugulama.

Baca Juga:  Diam yang Terluka

Penetapan tanggal 20 April 1954 tidak kuat dan perlu ditinjau kembali, karena beberapa alasan, antara lain :

Iklan Nirmeke
Ad image

Pertama, para tokoh ini berpatokan pada peristiwa orientasi parstoral atau dengan kata lain survei awal setelah membaca laporan tim ekspedisi Richard Archbold (1938-1939).

Keyakinan mereka ditandai dengan peristiwa pendeta Einar Mickelson dkk mendarat di Minimo pada 20 April 1954. Disini secara de facto masih berada pada tahap survei awal.

Dikatakan demikian, karena pada saat itu, pendeta Einar Mickelson dkk hanya bersentuhan dengan alam semesta (sungai Palim, kali Minimo dan alam sekitar).

Artinya, belum bersentuhan ataupun membangun kontak awal dengan [manusia] masyarakat setempat. Inilah boleh dikatakan telah mendarat di Lembah Hugulama apabila sudah bersentuhan dengan manusia.

Tetapi pada 20 April 1954 ini, tidak ada aktivitas macam itu. Masyarakat sudah melihat pesawat mendarat disitu dan mencium aroma akan adanya keberadaan orang asing.

Tetapi mereka belum berani untuk membuka diri. Mereka sangat hati-hati dan menunggu momen yang tepat agar mengetahui siapa yang masuk dari dekat.

Begitupun para misionaris Eropa bersama Elisa Gobay. Mereka tidak berani jalan sembarangan karena takut diculik, dipanah dan dibunuh. Selama satu hari mereka mengisolasi diri di pinggiran sungai Palim.

Kedua, kalau berpatokan pada relasi misionaris [Eropa] dengan alam sekitar, pendeta Troutman dan Jerry Rose dkk lebih dulu membangun kontak awal dengan alam sekitar.

Pada 1951, bersama Franz Titaheluw, Robert Mayer-Ranneft (pejabat pemerintah Belanda), dan Van der Pant (inspektur Polisi pemerintah Belanda) masuk di kampung Ibele, distrik Pelewaga.

Mereka masuk disitu dengan tujuan yang sama dengan pendeta Einar Mickelson dkk, yaitu; bawa masuk Injil, tetapi belum membangun kontak dengan masyarakat setempat.

Mereka kembali ke Enarotali setelah mempertimbangkan soal keamanan dan keselamatan hidup mereka atas konflik dan peperangan di Lembah Hugulama.

Baca Juga:  Perjalanan Wisisi Asep Nayak

Usaha mereka ini boleh dikatakan survei awal atau masih berada pada orientasi parstoral. Oleh karena itu, belum bisa dianggap sebagai Hari Misi Pekabaran Injil di Lembah Hugulama.

Sama seperti masa orientasi parstoral dari pendeta Einar Mickelson dkk pada 20 April 1954, yang dikatakan demikian karena belum membangun kontak awal dengan orang.

Secara de facto, saya berpendapat bahwa Hari Misi Pekabaran Injil di Lembah Hugulama yang benar dan tepat adalah 21 April 1954. Berikut alasannya.

Pertama, pada tanggal inilah (21 April 1954), secara resmi orang Hugula di Hugulama melalui Lopipi Hisage membangun kontak awal dengan orang luar.

Orang luar yang dimaksud adalah dua orang misionaris dengan tiga orang lokal asal Mee. Dua orang Eropa itu adalah pendeta Einar Mickelson dan Lloyd van Stones.

Sedangkan tiga orang masyarakat lokal adalah Elisa Gobay, bersama istri dan anaknya, yaitu; Ruth Yogi dan Dorkas Gobay.

Dimana-mana ada yang bawa masuk Injil dan ada yang menerima. Relasi ini tidak akan dibangun baik kalau tidak ada yang dapat menjembatani hal tersebut.

Dalam hal ini, Elisa Gobay, Ruth Yogi dan Dorkas Gobay menjembatani relasi antara dunia komunal orang Hugula dan dunia modern orang Eropa.

Lopipi Hisage menjadi tokoh paling sentral yang menerima Injil, orang Eropa, misionaris dan dunia modern. Sedangkan pendeta Einar Mickelson dan Lloyd van Stones menjadi tokoh sentral yang membawa masuk Injil dan kepentingan ‘antropologis’ di samping menerima orang Hugula dalam “lompatan waktu.”

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kalau mempertimbangkan pendasaran dari aspek de joure dan de facto, maka tanggal yang paling tepat untuk dijadikan Hari Misi Pekabaran Injil di Lembah Hugulama adalah 21 April 1954. Noth!

PN | Rabu, 26 April 2023

You Might Also Like

Ini Alasan Krisdahim Kogoya menempuh Pendidikan di China

Sistem Noken dan Konflik Pemilu di Papua: Antara Kearifan Lokal dan Ancaman Demokrasi

Allpino Tabuni: Dari Lanny Jaya Mengelilingi Dunia, Membuktikan Fotografi Bukan Sekadar Hobi

Menguak Simbolisme Kuno Noken dalam Tradisi Pernikahan Adat Lembah Baliem

Pembangunan Lanny Jaya Dari Kampung ke Kota

TAGGED:Gereja Katolik di Tanah PapuaHari Misi Pekabaran Injil di Lembah HugulamaHuwulamaSoleman Itlay

Gabung Channel Whatsapp

Dapatkan berita terbaru dari Nirmeke.com di Whatsapp kamu
Klik disini untuk bergabung
Dengan anda klik untuk gabung ke channel kami , Anda menyetujui Persyaratan Penggunaan kami dan mengakui praktik data dalam Kebijakan Privasi kami. Anda dapat berhenti mengikuti kapan saja.
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link
Previous Article Bukan Rumput Mei
Next Article Harta Benda Milik Masyarakat Sipil di Kwiyawage Dijarah Militer Indonesia Ketika Melakukan Pencarian Pilot Susi Air
Leave a Comment Leave a Comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Hangat

Bupati Jayawijaya Serahkan Bantuan untuk Anak-Anak di Rumah Singgah Generasi Anak Panah
Tanah Papua
3 days ago
Bertahan di Tengah Globalisasi: Sekolah Adat Harus Jadi Prioritas!
Pendidikan Tanah Papua
4 days ago
Digerebek! Enam Pengedar Miras Ditangkap, Diduga Dibekingi Oknum TNI
Tanah Papua
4 days ago
KemenHAM Didorong Bertindak: Rekomendasi KOMNAS HAM dan Jeritan Masyarakat Adat Papua atas PSN
Siaran Pers Tanah Papua
1 week ago
Iklan
Ad image

Lihat Topik Berita Lain Dari Nirmeke

Baca juga
ArtikelCatatan Aktivis Papua

Dana 15 Miliar Untuk Gereja Ditengah Ribuan Umat Gereja Terendam Musibah Banjir Sungai Balim

2 weeks ago
Artikel

Sa Pu Kaka Adalah Sa Pu Guru

2 years ago
ArtikelOlaraga

Norfince Boma, Mutiara Dari Papua

2 years ago
ArtikelEditorial

Mengenal Suku Hugula di Papua

11 months ago
Artikel

Melihat 7 Buku Karya Markus Haluk Tentang Perjuangan dan Masa Depan Papua

2 years ago
ArtikelEditorial

Sejarah Misi Katolik di Kampung Yogonima

11 months ago
Artikel

Perjalanan Wisisi Asep Nayak

4 years ago
Artikel

Kapan Orang Hugula Menetap Dan Menganut Agama Lokal di Wilayah Hugulama?

2 years ago
Artikel

Diam yang Terluka

2 years ago
Previous Next
Adil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
Follow US
© 2025 Nirmeke. Design by Team IT Nirmeke. All Rights Reserved.
  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Cyber
  • Iklan
  • Jasa Buat Website
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?