Jayapura, nirmeke.com – Dalam rangka memperingati hari Pekabaran Injil di Lembah Hugulama setiap tahun pada tanggal 21 April, umat katolik Hugulama di Jayapura mengelar diskusi santai.
Diskusi santai yang di gagas oleh tim inisiator tersebut dengan topik Sejarah Perkembangan Misi Katolik di Hugulama, berlangsung di aula Seminari Menengah St. Fransiskus Asisi Waena, Jumat (21/4/2023), dihadiri ratusan peserta kaum muda Katolik dan juga simpatisan.
Dalam proses diskusi santai tersebut tim inisiator menghadirkan narasumber dengan masing-masing materi dalam memberikan penguatan topik diskusi Sejarah Perkembangan Misi Katolik di Hugulama.
Narasumber pertama Markus Haluk, dengan materi Sejarah interaksi orang Papua dan luar Papua, Kedua, Eman Petege, tentang Ekspedisi demi ekspedisi dan Upaya Misionaris Masuk di Lembah Hugulama, Ketiga Berto Namsa, tentang Karya Para Misionaris Fransiskan di Lembah Hugulama, dan Keempat Meki Wetipo tentang Ancaman dan Peluang Bagi Orang Hugulama untuk 100 – 1000 tahun Besok.
Jasman Yaleget, sekretaris diskusi santai Sejarah Perkembangan Misi Katolik di Hugulama, mengajak semua orang yang ada di lembah Hugulama, termasuk orang Hugula yang ada di luar Hugulama untuk bersama-sama memperingati hari Pekabaran Injil di Lembah Hugulama setiap tahun pada tanggal 21 April 1954 – 21 April 2023 yang jatuh hari ini.
“Kami menginisiasi kegiatan ini dengan panggilan moral dan dengan hati nurani. Kami mulai dari titik nol, hanya dengan modal semangat anak muda untuk melawan lupa masa lalu dan merawat ingatan masa depan,” kata Jasman.
Tim inisiator juga berharap dengan hadirnya para narasumber dapat memberikan penguatan pemahaman akan sejarah Perkembangan Misi Katolik di Hugulama dulu dan tantangan saat ini dibahas secara komprehensif oleh para narasumber dengan harapan bisa menjadi pengetahuan generasi muda Katolik saat ini.
Baca Juga: Menelusuri Sejarah Perkembangan Misi Katolik di Hugulama
Sementara itu, Markus Haluk yang hadir sebagai pembicara dalam diskusi santai tersebut mengajak generasi muda Katolik Hugulama untuk aktif mengasah kemampuan intelektual yang baik dengan mengelar diskusi maupun forum ilmiah seperti ini.
“Perubahan interaksi orang Papua dulu dengan orang luar berbeda dengan sekarang, banyak perubahan terjadi karena politik ideologi antara Indonesia dan Bangsa Papua, sehingga disini peran mahasiswa untuk ikut ambil bagian aktif menyuarakan persoalan yang terjadi di atas tanah Papua atas dasar kebenaran melalui tulisan, diskusi dan buat buku sehingga itu menjadi bagian dari sejarah perjuangan ini,” tegas Haluk.
Ditempat yang sama, Meki Wetipo dalam penyampaian materinya menekankan pentingnya melindungi nilai-nilai budaya manusia Hugula dari ancaman yang datang dari luar.
“Selain ancaman dari luar, ada juga ancaman dari dalam yang ditimbulkan oleh kita sendiri karena tidak pernah belajar nilai-nilai budaya yang ada di honai/klan kita tentang kebaikan dan larangan,” ujarnya.
Meki juga mengajak generasi muda Katolik saat ini untuk merefleksikan diri dari hasil diskusi santai hari ini, sudahkan kita hidup dalam terang kesejukan Injil Tuhan di Lembah besar Hugulama? atau sederhananya adalah sejak Injil diwartakan dalam hidup orang Hugula, bagaimana kita merasakan, mengalami dan bertindak dalam relevansinya dengan budaya, manusia, alam semesta dan leluhur.
“Bila ya, saya yakin orang Hugulama akan tetap eksis untuk 100-1000 tahun mendatang,” pesannya.
Ia juga merekomendasikan agar diskusi seperti ini terus di bangun dan berlanjut di kalangan mahasiswa, pemuda dan orang tua agar ancaman dan peluang yang terjadi saat ini bisa di atasi bersama. (*)