Oleh; Ali Mirin
Jangan biarkan dia bawa penyakit dirumah ini, lebih baik dia jalan ke rumah orang-orang yang selama ini baku bawa dikota sana. Kalau ada yang izinkan dia atau dia berani kesini saya akan kasih putus leher, anak kecil baru bikin diri hebat eh lihat saja sebentar apa yang akan terjadi kalau dia masuk dirumah ini, dengan nadah tegas dan penuh emosi terdengar jelas dari suara kaka Obed.
Mince yang baru saja tiba di gapura dari kota dengan kaki agak pincang-pincang karena berjalan kaki dari kampung tetangga, mendengar suara keributan dirumah jadi berhenti sejenak dan memastikan bahwa semua kata-kata hinaan itu alamatkan kepada dirinya. Bingung biasanya rumah kami sepi, hanya pace yang suara nyaring tapi hari ini ribut sekali, mungkin semua keluarga tidak senang dengan saya.
Mince yang baru saja tiba dikampungnya setelah lebih dari tiga tahun dikota, sebenarnya pagi tadi tiba dirumah, seandainya dia naik pesawat yang langsung kekampungnya. Tapi dia tiba sore itu karena Mince naik pesawat dari kota dan turun di kampung tetangga kemudian jalan kaki satu hari ke kampung kelahirannya dengan kerinduan dan dendam akan memeluk ibu dan ayahnya serta kakak-kakaknya. Sudah lama merantau dikota jadi waktu siang tadi pada saat singgah di tempat peristrahatan di gunung sana, sambil makan siang terlihat jelas kalau dikebun mereka ada asap kecil naik baru ada tanda bekas kebun.
Teringat kenangan masa kecil bersama orang tuanya jadi Mince tidak bisa tahan air mata. Orang-orang dari kampung tetangga yang antar juga merasakan apa yang Mince rasakan sambil memandang tempat-tempat yang ia pernah menghabiskan waktu dimasa kecilnya, salah satu dari mereka tanya kaka kenapa menangis? baru dia hanya bilang ah tidak menangis tadi ada kena sesuatu di mata jadi za lap air mata saja, oh yio. Selanjutnya mereka antar sampai disitu, bisa jalan sendiri toh? Kami akan balik lagi dari sini!
Iyah, tra papa terima kasih banyak lagi sudah bantu antar saya sampai disini. Selamat natal dan selamat berjumpa dengan orang tua lagi! Terima kasih jawabnya. Mince berjalan pelan karena ada bawa barang-barang berupa beras, supermi, garam, minyak goreng dan banyak lagi karena Mince ini anak yang ke delapan dari sebelas bersaudara. Dia harus belanja barang banyak supaya pada saat kumpul bersama keluarga, dia bisa bagikan mereka sebagai hadia natal, dia juga berharap pasti ibu atau ayah jemput, tapi setela melewati sungai-sungai deras dan jurang terjal yang curam tidak ada yang datang menjemput dirinya, mungkin mereka semua belum tahu kedatangannya jadi bagus saya akan surprise mereka semua pikirnya.
Tapi dalam perjalanan hujan deras sampai basah kuyup, jadi pukul 18.30 begitu baru tiba di kampung, jadi didaerah gunung biasanya jam lima sore itu sudah mulai gelap, karena mata hari terbenam dibalik gunung dengan cepat. Akhirnya tiba dikampung, hanya saja dirumah ada ribut dan suara dari kakak laki-lakinya terdengar jelas di telinganya bahwa mereka sedang merencanakan rencana jahat terhdap dirinya.
Berdiri didekat rumah dan terdengar suara jelas dari sang ayahnya dengan suara nyaring dari honai ditengah keributan bilang tidak usah bicara banyak. Pada intinya kalau manusia itu (Mince) taruh batang hidung disini berarti usir saja. Saya sendiri tidak setuju dengan kelakuannya selama ini dikota baru bikin diri baik disini tra usah, saya perintahkan buang dia dikali atau usir dia kembali jalan kaki ke kota malam ini juga.
Sungguh hati Mince hancur, dan bingung dengan kata-kata yang baru saja dia dengar dari ayahnya. Kata-katanya membuat Mince hancur lebur dan tidak mau bergerak. Sudah cape dan lapar lagi tapi terpaksa Mince segera move on dari tempat itu. Dia harus mengetok pintu teman yang kemarin naik pesawat dari kota ke kampung, Mince langsung ketok pintu tanpa keraguan sedikitpun! Saya bisa masuk isterahat sebentar kah kawan? Hujan jadi basah sekali.
Kawannya buka pintu, tapi malah sambil berdiri di pintu bilang oh jadi baru datang? Sendiri kah? Baru kaka ipar? Mince tidak ada kata-kata untuk jawab semua pertanyaan yang baru saja lontarkan, kerongkongan macam sesuatu yang tasangkut begitu jadi hanya jawab singkat saja iyo kawan.Tapi maaf satu kampung ini sudah umumkan kemarin bahwa tidak boleh terima orang baru jadi tidak bisa izinkan orang” yang tra jelas masuk dirumah-rumah warga, kawan so mengerti toh! Sungguh kata –kata yang teman sejalan sejak SD sampai tinggal sama-sama satu rumah dikota ini lebih tajam bagaikan pedang dari pada orang tua dorang yang bicara tadi. Mince tidak bicara, dia kembali lagi sambil memikul barang –barang yang dia bawa ke arah gapura, waktu semakin gelap tidak ada pilihan lain kemana dia pergi karena sudah pukul 19: 20 menit lagi pukul delapan.
Tuhan tolong, saya sudah hidup susah-susah dikota, dan sore ini seharusnya hari yang bahagia bersama orang tua, tapi semua terbalik 90 derajat. Saat berdiri di gapura dan bingung mau ke arah mana, tapi beruntung tantanya ada seorang diri dikampung atas jadi datang bawa dia kerumahnya setelah dengar orang cerita kedatangan dirinya.
Tidak ada semangat makan, hanya minta tanta bikinkan teh panas saja untuk compress akan mulut yang kering. Tanta bilang tidak usah takut sedikitpun nanti kita hadapi sama-sama. Hari esoknya Mince bangun pukul 9 pagi karena kecapean, tanta siapkan sarapan jadi setelah makan tanta kasih surat yang baru saja diantar salah satu pemuda dikampung.
Tanta belum bisa membaca jadi langsung saja kasih, Mince baca begini mereka bilang dalam suratnya demi keselamatan banyak orang di kampung ini, kami tidak izinkan saudari Mince bersosialisasi dengan masyarakat disini, jangan ke tempat umum juga cukup tinggal di tempat dimana anda berada sekarang sampai naik pesawat lagi, ke tempat asalmu. Mince menangis hancur disitu dan menyesal karena tanpa ada bukti otentik dari rumah sakit bahwa Mince ada penyakit dan lain-lain baru menjudge.
Ternyata teman-temannya sendiri yang menyebarkan berita bohong ke orang-orang di kampung termasuk sama orang tua Mince. Jadi sebenarnya sejak Mince selesai sekolah menengah pertama di kampungnya dia bersama teman-teman seusianya pindah ke kota untuk lanjut Sekolah Menengah Atas (SMA). Waktu dikota mereka merasakan apa itu susah dan senang bersama, biasanya kalau ada teman satu ada uang beli beras dan masak, tapi itupun kalau orang tua mereka kirim uang.
Mince sendiri tidak pernah menerima kiriman berupa uang atau hadia natal satupun dari orang tua seperti teman-teman lainnya. Mereka sering terima kiriman bahkan ada yang orang tua kirim uang setiap bulan, tapi itu bukan persoalan besar bagi dia. Setelah selesai SMA teman-temannya daftar di Universitas-Universitas Negeri yang terkenal dan mahal.
Sedangkan Mince masih dihantui dengan situasi yang selama ini dia alami, tidak ada uang, dan tidak ada sponsor misalnya bantuan dari ortu begitu tidak ada juga. Sering ambil bagian di gereja yang dia selama ini ikut ibadah tapi kadang pulang terlambat karena ikut kegiatan youth group, tapi orang yang selama ini tinggal bersamanya melarang untuk tidak boleh lagi ikut ibadah disitu, karena dia tidak mau ambil resiko apabila ada masalah.
Mince benar –benar tidak ada harapan untuk lanjut kuliah, karena tidak ada persiapan seratus ribu rupiah pun di dompet. Minggu itu teman-temannya sedang mempersiapkan diri untuk hari Senin ikut Orientasi Studi dan Pengenalan Kampus (OSPEK) ada yang minta tolong bantu anyam rambut. Tapi Mince ambil keputusan untuk ke gereja, setelah ibadah, ada orang yang kasih pengumuman kalau ada ade-ade yang mau kuliah tapi tidak mampu berarti kami mau bantu jurusannya ada beberapa katanya tapi Diploma III. Banyak orang yang awalnya mau ikut tapi setelah dengar kata diploma tiga, satu-persatu menghilang hanya Mince saja duduk disitu.
Mereka tanya ade mau dengar informasi yang tadi kah? Silahkan keruangan sebelah kanan disitu ada ibu yang akan kasih informasi lanjutan tutur salah satu pengurus jemaat. Mince ketemu salah satu pendiri sekolah business, tapi Diploma tiga. Mereka ceritakan sekolahnya diploma tiga dan lebih ke business. Ada beberapa jurusan, kalau ade tertarik besok datang langsung ke kampus dengan membawa persyaratan yang dibutuhkan saat ini yang lain nanti baru sesuaikan.
Mereka juga kasih brochure untuk baca-baca dirumah dan pilih jurusan yang tertarik. Besoknya Mince langsung ke alamat yang kemarin kasih, dan didaftarkan sebagai student di Kampus yang baru itu. Selanjutnya dia pilih jurusan cookery, Cookery ini jurusan yang dikhususkan untuk menjadi ahli masak. Sejak itu dia jadi orang yang tersibuk, setiap kali pulang malam, kadang sampai dua sampai tiga hari baru pulang kerumah. Karena dikampusnya mendorong individual skills jadi Mince fokus di bagian masak, karena kepribadian dan work ethic termasuk time flexibility yang dimilikinya menjanjikan pihak kampus untuk kasih kesempatan kerja di restaurantnya salah satu pimpinan di kampus.
Sebagai siswa yang teladan Mince pernah ikut pameran masakan kuliner se-Asia di Korea Selatan. Kebetulan yang punya sekolah itu orang Korea jadi dia memperkenalkan culinary lokal ke internasional. Semua biaya ditanggung oleh pihak kampus termasuk teman-teman lainnya yang ikut pameran masakan lokal seluruh Asia. Disisi lain Mince menjadi orang yang sibuk dan terorganize di kampusnya, artinya sekarang Mince bukan Mince yang dulu lagi.
Duduk tahan lapar di gubuk belakang, dan kadang jalan ke pasar terdekat pura-pura berdiri dekat jual gorengan dengan harapan orang bisa kasih jatuh seribu rupiah atau koin agar beli gorengan. Tapi kini Mince punya penghasilan $1,500 -$2,000 berbulan kalau dirupiahkan berarti Rp15 – 20 juta karena warung makan yang dia kerja adalah restaurant berstandard international yang customersnya orang asing semua.
Mince punya penghasilan juga tidak ada waktu untuk menghabiskan karena dia sibuk masak dan belajar di kampus jadi uang semua di rekeningnya saja, di restaurant ada sediakan makanan untuk employee juga jadi tidak pernah eat out. Setelah dua tahun kuliah dan jadi cookery specialist posisi dia naik jadi supervisor. Diposisi ini baru legah sedikit, dia sering pulang ke teman-temannya pukul 22.00 malam begitu, tapi tidur nyenyak sampai ngorok.
Jadi teman-temannya rekam video clip saat dia tidur, baru waktu mereka ke kampung mereka ceritakan dan tunjukan semuanya ke orang tua bahwa Mince kawin dan sekarang sudah jadi pekerja seks komersial (PSK). Mereka ceritakan bahwa Mince sudah kena penyakit, jadi dilarang untuk mendekati atau makan bersama karena penyakitnya bisa tertular. Cerita teman-teman dari Mince meyakinkan banyak orang dikampung bahwa memang dia tidak kuliah justru jual diri di kota. Padahal sebelumnya Mince adalah anak kesayangan orang tuanya. Tapi karena ada video record pada saat dia tidur itu diedit baru kasih lihat ortu dong jadi orang tua mereka nonton baru emosi dan benci dia sejak itu.
Karena itu mereka tolak Mince pada saat ke kampung untuk ikut natal bersama orang tua, tetapi tantanya meyakinkan dia bahwa kalau ada yang macam –macam dirumah sini saya akan usir. Yang penting tenang dirumah saja tidak usah keluar rumah sendiri, tanta dia atur waktu jadi pagi-pagi sekali mereka ke kebun dan bakar batu disana sampai sudah mau gelap baru ke rumah. Artinya walaupun keluarga tolak, tapi dia bisa menikmati indahnya alam di daerah mereka serta melepaskan rinduh yang terpatri di sanubarinya bersama tanta.
Hari pertama dan kedua stress dan upset tapi selanjutnya merasa tidak papa, semua ini kenyataan bukan mimpi, mereka usir saya tanpa masalah yang jelas. Hanya dengar dari orang saja mau bertindak tapi biar sudah. Mince fokus bikin roti dan kue dari bahan alami dari kampung dan ada resep kue dan roti yang dia bawa dari kota untuk bikin roti yang terbaik, yang akan disenangi oleh orang tua dan semua keluarga di kampungnya, tapi dia bikin dan suruh tanta jual lain mereka makan.Tanta dia jual baru orang beli habis, ada yang pesan termasuk Bapak Pendeta memesan roti, jadi tanta dia jual mahal, tapi tetap saja orang beli habis. Obed, kaka dari Mince juga datang mau beli tapi tanta dia usir, dia bilang sebelum parang sawit melayang di ko pu kepala lebih baik ko pergi dari sini.
Selama dikampung Mince terkurung dirumah saja, sering-sering saja ke tempat-tempat wisata bersama tantanya serta tempat yang dia rindukan selama di kota. Kemudian sebelum ke kota sebagai ucapan terima kasih semua barang yang dia bawa dari kota kasih semua untuk tantanya, jangan pernah kasih orang-orang yang pernah membenci saya pintanya. Kemudian uang yang mereka dapat dari jualan kue dan roti kasih tantanya, tapi tantanya tidak mau ambil karena sering simpan uang dirumah baru kakak-kakak dari Mince curi jadi.
Setelah natalan selesai Mince minta tolong tanta belikan tiket untuk ke kota. Pagi itu pesawat MAF yang mau jemput Mince tidak masuk kampung karena awan tutup di pintu masuk pesawat. Tapi pesawat kecil yang dipiloti missionary itu balik lagi agak siang sekitar pukul10.00 pagi begitu. Mince tutup muka dengan hoodie, sepertinya dia malu juga.
Apalagi isu tersebar ke semua kampung jadi tidak enak sama orang-orang disitu dan perasaan malu juga.Seterusnya naik pesawat kemudian duduk dibelakang dan tutup muka, tapi tidak bisa menahan kesedihan dan air mata, dari dalam pesawat terlihat jelas melalui zooming camera hp Samsung S21 pengeluaran baru yang dia beli di Seoul ibu kota negara Korea Selatan, ibu kandungnya menahan kesedihan.
Sedangkan ayahnya juga terlihat jelas muka sedih atas keberangkatan anak yang sebelumya disayangi, hanya saja tertipu karena cerita orang lain, berdiri di pinggir lapangan terbang dan mata berkaca-kaca melihat Mince naik pesawat, tapi apalah gunanya air mata? kalau sudah terjadi dan Mince sekarang sudah dalam pesawat. Tanta sendiri yang bawa parang sawit yang biasa babat rumput dikebun dan jaga kalau ada yang macam-macam sama Mince bearati parang sawit melayang dimuka.
Akhirnya Mince dibawa pesawat cesna ke kota, dengan keadaan yang aman dan sehat walaupun ada sakit hati. Begitulah kisah Mince, tidak selalu orang –orang yang kita anggap mereka sayang kita menghargai perjuangan kita. Begitu juga teman, tidak ada teman abadi yang bisa mengerti kekurangan kita.
Bersambung …..)
* Akhir kata penulis mohon maaf, jika ada menyinggung perasaan pembaca atau kesamaan nama. Saran dan kritik dari pembaca akan membantu Penulis kedepan
Akh mince….
Cerita yang keren