Oleh; Soleman Itlay
Kontak mula-mula orang Hugula dan Eropa terjadi pada 113 tahun yang lalu di sekitar Kurima, bagian selatan dari Lembah Baliem. Tapi tempat yang pastinya belum dapat disebutkan dengan baik oleh sejumlah peneliti dan penulis.
Sehingga ini menjadi pekerjaan berat dalam rumah bagi orang Hugula, terutama generasi penerus untuk menelusuri lokasi itu, nama tokoh sentral, klen dan lainnya. Untuk itu perlu memikirkan jalan keluarnya.
Tidak salah apabila menjadikan tempat tersebut sebagai lokasi peradaban orang Hugula dan membangun sebuah tugu atau membuat taman wisata tertentu.
Menurut dugaan Pater Frans Lieshout OFM dalam buku “Sejarah Gereja Katolik di Lembah Baliem, Kebudayaan Balim Tanah Subur Bagi Benih Injil (hal. 2)” tokoh utama dari Hugula bermarga “Pesegem” yang sebenranya mungkin “Hesegem” dari Kurima.
Meski demikian pater Lishout dan sejumlah dokumen yang dirujuknya tidak menyebutkan nama dan latar belakang orang ini.
Dia ini bisa saja seorang kepala suku atau masyarakat biasa. Yang jelas sampai saat ini latar belakang ketokohan orang ini belum jelas. Tetapi dari marganya bisa “tebak” bahwa dia ini berasal dari wilayah Kurima.
Kesulitan terbesarnyaadalah karena tidak mencantumkan namanya. Sehingga orang mau memastikan dari klen mana, sub suku mana dan lainnya agak sulit. Kesulitan ini akan menjadi pekerjaan besar bagi generasi penerus Hugula untuk memastikannya.
Sedangkan tokoh utama dari luar (Eropa) adalah H. A. Lorentz, seorang ahli ilmu hewan Belanda bersama beberapa ahli dan peneliti di bidang geologi, antropologi, flora dan fauna.
Sejumlah suku bangsa di dunia memiliki pengalaman yang berbeda dalam kaitan dengan proses peradaban awal manusia. Ada yang bertemu dengan saudagar, misionaris, pegusaha rempah-rempah dan peneliti. Dari semua itu, sebelum kontak dengan misionaris, orang Hugula membangun kontak lebih dulu dengan seorang ilmuan.
Tentu ini akan menjadi motivasi historis. Dimana para ilmuan merintis jalan dan misionaris mulai menenamkan benih untuk membantu orang Hugula melihat dunia.
Sisi gelap bagi orang Hugula dari sejarah ini adalah mereka bertemu seorang ilmuan yang hendak melakukan ekspedisi terhadap sumber daya alam di sekitar pegunungan Irimuliak, Hiriakup dan sekitarnya, yang orang Eropa menyebutnya kawasan taman Lorentz dan pemerintah Indonesia memberikan nama pegunungan Jayawijaya dan Trikora yang sarat dengan “pendudukan”.
Hasil penelitiannya akan membantu dan merangsang sejumlah perusahaan di luar negeri. Salah satunya adalah PT. Freeport Sulphur yang berbasis di kota Havana, Kuba. Ekspedisi ini kemudian membuka jalan bagi Jean Jacques Dozy, peneliti arkeolog dari Belanda untuk menemukan gunung gletser Jayawijaya dan menemukan Ertsberg bersama A. H. Colijn, dan F. J. Wissel.
Dozy menemukan itu setelah 27 tahun Lorentz membangun kontak dengan orang Hugula. Apa yang dibuka oleh Lorentz dan Dozy selanjutnya mempermudah akses penelitian pada penerusnya, yaitu; Forbes Wilson dan Del Flint yang memimpin ekspedisi Freeport pada 1963, sebelum akhirnya Kontrak Karya Freeport diteken pada 7 April 1967.
Lorentz menjadi ilmuan yang kontroversial. Pada satu sisi datang dengan misi untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, tapi di lain sisi ikut membantu para pengusaha raksasa dari luar untuk membuka saham di Papua.
Dia menjadi pembuka jalan malapetaka sekaligus memberikan dorongan bagi orang Hugula juga untuk menjadi ilmuan meskipun tak ada bukti dan memerlukan waktu untuk memwujudkannya.
Tanggal 29 Oktober 1909 menjadi hari peradaban penting bagi orang Hugula dari perspektif lain yang terlepas dari para misionaris, yang dikenal pada 5 April 1954.
Misi CAMA (Christian And Missionary Aliance) dibawah pimpinan Pdt. Einar Mickelson dari Amerika melakukan pendaratan pertama di lembah baliem Wamena pada 5 April itu. Sedangkan dari Misi Katolik melalui Pater Blokdijk OFM masuk pada 19 Januari 1958 (Sloot:2012:299).
Pada 29 Oktober 2022 ini akan mencapai usia ke-113 tahun.
Pertanyaannya: apa gunanya 29 Oktober bagi orang Hugula? Apakah harus diperingati sebagai hari peradaban atau tidak, lantas dia tidak pernah mendidik orang, memanusiakan orang Hugula dan lainnya; hanya datang untuk membuka jalan perintisan bagi perusahan-perusahaan dan orang luar?
Selamat memikirkannya.