Oleh; Agusta Bunai
Dia adalah Bapak Wamsik Elopere, berusia 60 tahun lebih. Bapak Wamsik dan keluarga tinggal di Napua di kompleks SD YPPGI Napua, di samping rumahnyalah beliau membuat perkebunan semak yang berjejer di bedengan-bedeng
Week end ini.. Sabtu 18 Februari saya berkunjung ke perkebunannya karena sebelumnya memang penasaran mendengar ceritra bahwa didaerah tersebut ada kebun stroberi milik petani lokal.
Diantar adik laki-laki K’dek Buselek, kami sampai disana sekitar pukul 10 pagi waktu Papua dengan perjalanan hanya 15 menit dari kota Wamena menggunakan sepeda motor.
Setibanya di kompleks SD kami bertemu beberapa anak yang melanjutkan permainan karet usai pulang sekolah, kami pun bertanya kepada arah ke kebun strobo dan seorang anak laki-laki secara sukarela mau mengantar namun temannya mengingatkan dengan bahasa wamena “Yeke arek” yang artinya ada anjing, sehingga kami pun menuju ke sekelompok ibu yang lagi duduk di bawah sombar salah satu bangunan di kompleks itu, karena cuaca hari ini cerah dan panas menyengat.
Kami menyapa dan merekapun membalas, kemudian salah satu ibu yang memegang tongkat “Sege” untuk menggali ubi atau membersihkan kebun, menghampiri kami dan menyampaikan bersedia mengantar kami.
Ternyata jarak ke rumah pemilik kebun bapak Wamesik, sangat dekat.
Ketika kami sampai, bapak Wamesik menyapa kami dengan sangat ramah dan meminta kami bersabar sedikit. tentunya ada sedikit pekerjaan yang harus diselesaikannya.
Sekitar 5 menit menunggu, bapak Elopere mendekati kami dengan memegang dua keranjang kecil dan memberikan satu kepada kami dan satunya dipegangnya.
tanpa menunggu lama, pria berambut putih ini mengajak kami ke kebunnya, selanjutnya dirinya mempersilahkan kami untuk memetik sendiri, ai pun membantu memetik sambil menjelaskan harga per keranjang buah stoberi harganya Rp100 ribu sedangkan bibitnya Rp20 ribu rupiah/anakan.
Sambil mencari stroberi yang merah dan siap dipetik, saya pun membangun percakapan dengan bapak beranak 5 ini.
“Nak, bapa tidak bekerja, bapa hanya petani dan bapa juga piara babi, tapi bapa bersyukur karena bapa punya anak-anak semua sekolah,” kata bapa Elopere.
Dari penjelasannya, anak pertamanya sarjana, anak kedua sekolah dokter hewan di Bali, anak ketiga sekolah bahasa Inggris “OB Anggen” di Bokondini, anak ke empat SMA dan anak bungsunya SD kelas 5.
Dalam perbincangan kami, dirinya menceritakan awal menanam stroberi dari tahun 1976, namun ketika Gejolak tahun 1977 mereka mengungsi ke daerah Tiom (Kini Kabupaten Lanny Jaya). Selang beberapa tahun kemudian melihat keadaan sudah aman, mereka kembali ke Napua dan dirinya melanjutkan menanam stroberi .
Ia sudah beberapa kali mengikuti kegiatan petani keluar Papua, diantaranya ke Kalimantan dan rupanya, dirinya semakin termangu setelah melihat petani-petani dari Indonesia Barat dan Tengah lainnya yang ia temui dalam kegiatan tersebut.
Namun, dirinya menyayangkan ketidakkompakan
Saya pun penasaran dan melanjutkan pertanyaan, kenapa bapa tetap mau menanam tanaman ini, padahal petani lain sudah berhenti.
Dia menjelaskan.
“Anak.. buah ini manfaatnya banyak, bapa dengan mama biasa jual ke orang barat dorang, dan sekali waktu mama bawa dan jual di pasar misi, tapi biasa juga orang datang beli disini,” katanya.
“Tapi… sekarang ni bapa dengan mama sendiri yang piara jadi rumput biasa naik tinggi-tinggi, tidak ada yang merawat untuk cabut rumput-rumput ni,” ujarnya.
Pemerintah berjanji akan mengembangakn tanaman stroberi di daerah itu, selain tanaman ubi jalar.
Selain itu, dari pihak Kodim pun pernah mendatanginya dan berjanji akan membantu mengembangkan perkebunan itu.
“Semoga janji-Janji ini ditepati,” kata bapa Elopere.
Karena penasaran dengan kesabaran dan kegigihan bapak Elopere ini, saya terus bertanya,
Dengan nada halus dan penuh senyum bapa Elopere bilang,
“Anak… Bapa hanya berpegangan ayat, Amsal 12:24. Tangan orang rajin memegang kekuatan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa.”
Akhirnya saya pun mendapatkan berkat dobol, buah stroberi satu kantong, bibit stroberi 8 anakan, dan yang terpenting adalah berkat Rohaninya. (*)
Sumber: http://agustabunai.blogspot.com/