Adil Untuk PerubahanAdil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
  • Tanah Papua
  • Berita Papua
    • Polhukam
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Perempuan & Anak
    • Ekonomi & Bisnis
    • Infrastruktur
    • Lingkungan
    • Olaraga
  • Jendela Papua
    • Kuliner
    • Lensa
    • Pariwisata
    • Travel
    • Seni & Budaya
  • Pena Papua
    • Catatan Aktivis Papua
    • Sastra
    • Cerpen Papua
    • Artikel
    • Siaran Pers
    • Berita Foto
  • Editorial
  • Advertorial
Reading: Negara Jangan Mensederhanakan Persoalan Papua, Otsus dan Pemekaran DOB Bukan Keinginan Rakyat Papua
Share
Sign In
Notification
Font ResizerAa
Adil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
Font ResizerAa
  • Headline
  • Tanah Papua
  • Kesehatan
  • Ekonomi & Bisnis
  • Pendidikan
  • Artikel
  • Cerpen Papua
  • Pariwisata
  • Editorial
  • Tanah Papua
  • Berita Papua
    • Polhukam
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Perempuan & Anak
    • Ekonomi & Bisnis
    • Infrastruktur
    • Lingkungan
    • Olaraga
  • Jendela Papua
    • Kuliner
    • Lensa
    • Pariwisata
    • Travel
    • Seni & Budaya
  • Pena Papua
    • Catatan Aktivis Papua
    • Sastra
    • Cerpen Papua
    • Artikel
    • Siaran Pers
    • Berita Foto
  • Editorial
  • Advertorial
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2025 Nirmeke. Design by Team IT Nirmeke. All Rights Reserved.
Adil Untuk Perubahan > Negara Jangan Mensederhanakan Persoalan Papua, Otsus dan Pemekaran DOB Bukan Keinginan Rakyat Papua

Negara Jangan Mensederhanakan Persoalan Papua, Otsus dan Pemekaran DOB Bukan Keinginan Rakyat Papua

admin
Last updated: April 22, 2022 15:08
By
admin
Byadmin
Follow:
3 years ago
Share
4 Min Read
SHARE

Jayapura, nirmeke.com – Pemerintahan Jokowi saat ini memandang Papua dengan cara kaku sehingga persoalan masalah kekerasan di Papua terus mengulang sebab Papua memiliki memori passionisme yang panjang.

Iklan Nirmeke
Ad image

Kebijakan yang di buat negara untuk mensejahterakan rakyat Papua malah membuat rakyat Papua marah sebab kebijakan yang diambil negara adalah kebijakan rasis, otoriter melalui perubahan kedua UU Otsus Papua dan Pemekaran DOB.

Hal tersebut disampaikan Ambrosius Mulait, Sekjen AMPTPI, Jumat, (22/4/2022). Ia menilai negara terus memaksakan kebijakan atas nama pembangunan dan kesejahteraan, namun nyatanya rakyat Papua saat ini terus menolak semua kebijakan tersebut.

“Kebijakan Otsus dan Pemekaran DOB di Papua rasis dan memaksakan kehendak oleh pemeritahan Jokowi, sebab kebijakan tersebut tidak akan menjawab rintihan penindasan, penderitaan rakyat Papua selama 60 tahun setelah dilakukan aneksasi paksa kedalam NKRI,” tegas Mantan Tapol Papua ini.

Lanjutnya, Persoalan Papua tidak bisa diselesaikan dengan pendekatan militer, apalagi Jendral Andika Perkasa mengubah pendekatan Menagkawi diubah dengan Cartens

“Inikan nama saja yang diubah pendekatan yang dilakukan militer dalam pelaksanaanya sama saja, tidak merubah keadaan malah masih ada korban yang berjatuhan,” kata Mulait.

Sedangkan aparat memanfaatkan mahasiswa Papua diluar Papua untuk  sosialisasi operasi Cartens di Jawa Barat Bandung, Jakarta walaupun pelaksaan operasi Cartens di Papua kenapa tidak dilakukan sosialisasi kepada masyarat di Papua.

“Praktek operasi  militer di Papua tapi  sosialisasi di Jawa Barat itu  konyol atau pembenaran atas tidakan pelanggaran HAM di Papua. Orang Papua tidak bisa dibodohi lagi dengan cara-cara busuk sebab orang Papua memiliki harkat dan martabat telah ikuti sejak lama,” ujarnya.

Kebijakan Otsus dan pemekaran akan memakan korban jiwa, senjata api aparat akan terus memakan korban rakyat Papua, meskipun rakyat Papua menuntut negara untuk menegakan harkat dan martabat OAP namun akan dibalas dengan operasi militer.

Laporan terbaru Amnesty International Indonesia mengungkapkan, 95 warga sipil di Papua menjadi korban pembunuhan di luar hukum dari 2018 hingga 2021.

Menurut Direktur Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, pelaku pembunuhan di luar hukum itu umumnya diduga aparat keamanan.

“Jumlah warga yang dibunuh oleh aparat negara mayoritas adalah orang asli Papua. Jumlah ini seluruhnya merupakan pembunuhan di luar hukum yang dilakukan aparat keamanan terhadap orang asli Papua dengan jumlah 94 orang. Sedangkan, bukan orang asli Papua ada satu korban warga sipil,” kata Usman dalam konferensi pers daring, Senin (21/3).

Iklan Nirmeke
Ad image

Usman memaparkan, pada tahun 2018 tercatat ada 12 kasus dengan korban 18 orang, sementara tahun 2019 ada 16 kasus dengan korban 32 orang.

Masih menurut Usman, pada tahun 2020 ada 19 kasus dengan jumlah korban 30 orang dan pada tahun 2021 ada 11 kasus dengan korban 15 orang. “Ini semuanya dilakukan oleh aparat keamanan negara,” ujarnya.

Usman menjelaskan, operasi aparat keamanan militer menimbulkan paling banyak korban, yakni 37 orang, diikuti oleh operasi Polri dengan jumlah korban 17 orang, dan operasi gabungan TNI-Polri dengan korban 39 orang. Aksi petugas penjara dilaporkan mengakibatkan jumlah dua warga sipil tewas.

“Kalau kita lihat per tahun dibandingkan siapa pelakunya. Maka kita lihat di dalam kasus-kasus yang dibagi per tahun untuk tahun 2020 banyak dilakukan oleh aparat militer. Kalau tahun 2019 banyak dilakukan oleh aparat kepolisian, demikian pula di tahun 2018. Sementara di tahun 2021 masih didominasi oleh aparat militer,” ungkapnya. (*)

Gabung Channel Whatsapp

Dapatkan berita terbaru dari Nirmeke.com di Whatsapp kamu
Klik disini untuk bergabung
Dengan anda klik untuk gabung ke channel kami , Anda menyetujui Persyaratan Penggunaan kami dan mengakui praktik data dalam Kebijakan Privasi kami. Anda dapat berhenti mengikuti kapan saja.
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link
Previous Article Temui Menkopolhukam, MRP Minta DOB Papua Ditunda
Next Article Jalan Kolam-Kolam Dalam Ibukota Provinsi
Leave a Comment Leave a Comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Hangat

Bupati Jayawijaya Serahkan Bantuan untuk Anak-Anak di Rumah Singgah Generasi Anak Panah
Tanah Papua
3 days ago
Bertahan di Tengah Globalisasi: Sekolah Adat Harus Jadi Prioritas!
Pendidikan Tanah Papua
4 days ago
Digerebek! Enam Pengedar Miras Ditangkap, Diduga Dibekingi Oknum TNI
Tanah Papua
4 days ago
KemenHAM Didorong Bertindak: Rekomendasi KOMNAS HAM dan Jeritan Masyarakat Adat Papua atas PSN
Siaran Pers Tanah Papua
1 week ago
Iklan
Ad image

Lihat Topik Berita Lain Dari Nirmeke

Adil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
Follow US
© 2025 Nirmeke. Design by Team IT Nirmeke. All Rights Reserved.
  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Cyber
  • Iklan
  • Jasa Buat Website
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?