Harus diakui ilmu eksak atau ilmu pasti untuk anak – anak muda di Papua masih kurang disukai. Kebanyakan memilih yang berkaitan dengan sosial politik. Assa Ohee memilih bertarung untuk sesuatu yang lebih menantang.
Tak ada papan penunjuk arah atau spanduk maupun baliho yang terpampang di gang mungil tempat dimana pemuda ini bekerja. Tak ada sesuatu yang bisa menarik perhatian dan dijadikan patokan untuk mencari lokasi tempat service elektroniknya.
Bahkan jika tidak mengurangi kecepatan kendaraan maka dipastikan akan kebablasan karena posisinya berada di jalan yang menurun. Apalagi kos – kosan yang juga digunakan untuk membuka jasa service komputer ini berada di balik kokohnya tembok ruko sehingga kencang sedikit pasti kebablasan (terlewat).
Untuk menyambangi lokasi tempat service yang dibuka oleh pemuda berusia 26 tahun ini hanya berpatokan pada swalayan Hola Mart (sekarang Hotel Horison Abepura) di Ale – ale Padang Bulan. Jarak 25 meter sebelum Hola Mart ada gang kecil yang diapit pagar seng disitulah pintu masuk menuju tempat Service Jayapura Komputer.
Kami sendiri berhasil mendapati lokasinya setelah dituntun oleh beberapa foto yang dikirim via media social dan setelah ditanya – tanya, ternyata di depan gang mungil tersebut memang sengaja tidak dipasang papan nama tempat usaha mengingat pemuda bernama Assa Ohee ini masih berjuang sendiri dan belum memiliki modal yang kuat untuk membuka usaha.
“Ia, tidak apa memang tidak ada papan penunjuk lokasi karena kalau pasang mungkin akan ada pajak dan saya belum punya modal yang cukup jadi biar saya jalan apa adanya dulu,” ujar Assa saat ditemui di tempat usahanya di Ale – ale, Padang Bulan, Sabtu (31/7).
Pemuda ini sebelumnya sekolah di SMKN Pemuda ini sebelumnya sekolah di SMKN 5 Jurusan Multi Media dan lulus tahun 2015 lalu.
Dari cerita yang disampaikan terlihat bahwa Assa sejatinya memiliki semangat dan kemampuan dalam bidang teknisi komputer maupun Hp, hanya ia terkendala soal peralatan dan sedikit anggaran untuk menjalankan usahanya.
Ia menyampaikan bahwa setelah lulus sekolah ia mencoba mencari pekerjaan apa saja yang ia bisa. Pemuda yang baru menikah tahun 2020 ini mengatakan ia pernah bekerja dengan mencuci motor, kemudian pernah menjual oli lalu bekerja serabutan lainnya.
Keinginan untuk menjadi ASN memang ada namun Assa merasa dengan potensi yang dimiliki sesunguhnya bisa dijadikan tempat untuk hidup tanpa harus menjadi pegawai.
Assa sendiri merupakan anak kedua dari 3 bersaudara dimana sang ibu bekerja berjualan kelapa di Skyline dibantu oleh kakak dan adiknya. Ia sendiri mulai tertarik mengutak atik laptop setelah belajar secara otodidak dan itu ia memulai dengan memperbaiki laptopnya sendiri.
Ketika itu laptop Axio yang digunakan bermasalah dan tak bisa menyala, setelah dicaritahu lewat Youtube kemudian mengecek alat yang rusak, ia pun mencoba memesan secara online. Dan setelah alatnya datang ia pun memasang dan ternyata laptopnya bisa hidup, disitu ia merasa bangga dan senang sekali.
“Waktu di sekolah kami belajar masih pakai windows Xp dan hanya paham dasar – dasar perangkat. Kemudian karena tertarik akhirnya saya belajar sendiri. Laptop yang saya pakai pertama belinya juga bekas, itupun hasil menabung,” kenangnya.
Usai berhasil memperbaiki laptopnya sendiri, Assa mulai mendapat support dari keluarga untuk bisa membuka usaha sendiri.
Namun saat itu ia baru menangani laptop dari keluarga atau teman dan belum berani membuka jasa secara luas. Nantinya 1 Januari 2018 barulah ia memutuskan untuk membuka jasa service di Cigombong, Kotaraja.
“Memulai dari laptop teman yang rusak kemudian ada yang meminta diinstalkan dan saya terus coba sambil belajar,” tambahnya.
Ia juga teringat bahwa kostumer pertamanya ketika itu tinggal di Entrop dan ia percaya sekali untuk laptopnya diperbaiki oleh Assa.
“Waktu itu ia (pelanggan) hanya meminta instal ulang dan suntik aplikasi dan itu selesai dalam waktu 2 hari. Bayaran pertama yang saya diterima Rp 400 ribu,” ujarnya.
Dari Januari 2018 hingga sekarang, Assa tak lagi mengingat berapa banyak laptop atau PC yang dikerjakan, namun diperkirakan hampir 100 unit yang sudah ditangani. Bahkan saat ini ada juga yang menyerahkan Asus ROG, Macbook maupun PC Gamming yang terbilang alat – alat dengan spesifikasi high.
Yang ia janjikan sendiri kepada kostumernya adalah untuk memperbaiki jika dalam kondisi rusak ringan maka minimal 1 hari kerja. Namun jika rusak berat paling tidak 3 hari. Meski demikian ada juga alat yang harus ditangani dengan waktu berbulan – bulan. Ini dikarenakan spare part yang dicari tidak dijual di Indonesia dan harus dipesan dari luar.
“Itu pernah terjadi, alatnya kecil sekali dan sampai di ekspedisi barangnya tercecer karena sangat kecil,” tambahnya.
Yang menarik dari Jayapura Computer ini adalah, Assa tidak pelit berbagi ilmu. Ia malah lebih senang ketika pelanggannya tahu kerusakan dan ala tapa yang harus diganti. Ia juga memanfaatkan Instagram untuk membagikan ilmu jika ada kerusakan ringan sehingga tidak perlu ke tukang service.
“Saya tidak mau tertutup dengan pelanggan, saya lebih suka orang tersebut tahu kerusakannya yang mana dan alat apa yang harus diganti jadi mereka bisa sambil belajar dan lebih berhati – hati dan kalaupun saya yang harus memesan alatnya biasa saya meminta waktu sekitar 4 hari dan meminta DP 50 persen sebab saya sendiri tidak punya modal besar,” bebernya.
Dalam bekerja, kata Assa ia bukan selamanya untung. Ia pernah sudah memperbaiki tapi akhirnya si pemilik Laptop menyampaikan batal dan akhirnya iapun merugi. “Ia itu pernah, sudah selesai tapi dibatalkan,” akunya.
Untuk biaya servicenya sendiri Assa mengaku tak ingin mengambil banyak keuntungan sebab ia tahu yang paling banyak memperbaiki adalah kalangan anak – anak kuliah maupun orang kantoran yang juga keuangan terbatas.
“Kalaupun saya harus ambil untung itu paling Rp 50 ribu ataupun Rp 100 ribu karena saya juga kasihan kalau anak kuliah yang perbaiki lalu saya kasi mahal, saya tidak tega,” ucapnya.
Pria kelahiran Sorong ini juga punya cerita tak mengenakkan dalam berjuang. Pernah ia menangani laptop rusak kemudian ia membutuhkan alat power supply dan laptop tersebut ia coba bawa ke tempat sevice yang sudah terkenal untuk mencarikan alat yang rusak kemudian mencoba meminjam power supply karena saat itu ia belum memiliki alat power supply. Hanya saja pihak toko tidak merespon baik sehingga iapun kecewa.
“Ketika itu saya butuh alat power supply dan saya minta tolong pinjam sebentar untuk menghidupkan dulu dan itupun saya pakai di toko itu karena saya belum punya alatnya tapi mereka tidak menanggapi akhirnya saya batal memperbaiki,” kenangnya.
Dari pengalaman itu iapun mencoba menabung dan membeli beberapa alat seperti solder uap, power suplay, kaca pembesar di kepala, alat program bios, multi tester, lem papan sirkuit, alat pembaca HD dan ada baut khusus untuk perbaiki engsel. Memang masih berupa peralatan umum namun Assa mengaku cukup terbantu. Saat diwawancarai ia juga menjelaskan soal fungsi bios termasuk papan sirkuit dari beberapa laptop yang sedang ia tangani.
Assa Ohee tidak segan – segan menjelaskan secara detail alur dan fungsi perangkat yang ia tunjukkan. Saat ini ia masih membutuhkan beberapa peralatan yang kemungkinan masih harus menunggu waktu. Alat yang dibutuhkan seperti BGA reballing untuk memasang processor. Lalu hit plate atau screen separator atau pemisah screen, lalu IFIXit tool yg memang sangat dibutuhkan.
“Tidak apa, pelan – pelan, saya juga masih menabung untuk mendapatkan alat ini satu – satu,” jawabnya penuh optimis.
Sementara dalam bulan ia mengaku paling tidak ada 4 laptop yang ia tangani dengan berbagai kerusakan.
“Yang paling sering itu ram yang rusak, biasanya terjadi karena kemampuannya hanya 2 Gb dimana hanya bisa digunakan untuk mengetik namun diinstal game dan akhirnya ram nya panas karena terlalu dipaksa. Ini juga saya jelaskan ke pelanggan agar bisa sama – sama belajar,” tutupnya. (*)
Sumber: Cendrawasih Pos