Jayapura, nirmeke.com – Majelis Rakyat Papua (MRP) dan kampus IPDN Papua diminta untuk melihat adanya pengalihan nama kuota calon siswa IPDN untuk formasi Afirmasi kabupaten Tolikara diisi dari kabupaten lain.
Hal ini di ungkapkan, salah satu Purna Praja IPDN yang juga bekerja di BPKD Tolikara Misael H. Wakerkwa. Ia menyayangkan adanya perubahan nama afirmasi IPDN anak asli Tolikara dari kabupaten Lain.
“Saya sebagai Purna Praja angkatan 23 Wamena yang bekerja di Kabupaten Tolikara sangat menyayangkan panitia penerimaan Karena kuota IPDN tahun ini Kabupaten Tolikara di Tiadakan,” katanya melalui sambungan telepon selulernya, Kamis, (2/8).
Dia mempertanyakan tidak adanya kuota untuk anak-anak kabupaten Tolikara sementara dalam kuota afirmasi Kabupaten Tolikara mendapat tempat namun tidak ada nama.
“Tidak ada nama anak asli Tolikara dalam kuota afirmasi, mereka sementara yang diisi dari kabupaten lain contohnya, nama yang lulus, ada dua orang dari Tolikara tapi nama di sini dari kabupaten lain, sama halnya dengan kabupaten lain meski mendapat kuota tetapi tidak ada nama,” katanya.
Kata Misael, hal ini perlu menjadi perhatian serius dari panitia penerimaan dalam hal ini Pihak IPDN sesuai kuota kabupaten karena merugikan anak asli dan pemerintah daerah untuk menjadi aset dalam pemerintahan.
“Hal ini harus di evaluasi ini sudah merugikan daerah sebab bukan kuota anak asli yang diangkat tetapi malah orang lain dari daerah lain, ini yang sangat di sayangkan dan ini ada kesengajaan maka harus dilihat ada permainan orang orang tertentu,” katanya.
Untuk itu, Wakerkwa meminta kepada Lembaga Majelis rakyat Papua dan juga kampus IPDN Papua untuk melihat hal ini secara serius karena ada permainan dari pihak-pihak tertentu.
“Afirmasi saja bisa di permainan, apalagi yang lain dan saya sebagai Purna Praja IPDN merasa sangat dirugikan apalagi untuk kabupaten Tolikara yang di mana kuotanya dirampas oleh kabupaten lain, karena SDM anak asli Tolikara tahun dihilangkan maka ini harus diikuti dan ditanggapi serius, ” katanya. (*)
Reporter: Nobi
Editor: Aguz Pabika