Danowage, nirmeke.com – Gubernur Papua, Lukas Enembe, meminta kepada Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan Provinsi Papua, secara optimal menangani masalah pendidikan dan kesehatan di Korowai, sebab Korowai adalah suku terasing yang terakhir di Papua.
Ia mengatakan, dengan adanya bandara baru, Korowai Batu, di Danowage, diharapkan akses pelayanan pendidikan dan kesehatan jauh lebih baik.
“Saya harap jenis-jenis penyakit apa pun yang diderita masyarakat Korowai, harus ditangani serius oleh Dinas Kesehatan. Korowai harus jadi prioritas,” tegasnya.
Enembe berharap dengan dikirimnya tim kesehatan dari provinsi selama sepekan, dapat menangani apa saja keluhan penyakit masyarakat Korowai.
Sementara itu Kepala Dinas Kesehatan Papua, dr. Aloisius Giyai, berharap selama sepekan di Korowai, masyarakat dan tim kesehatan dapat bekerja-sama, sama halnya yang terjalin selama ini antara masyarakat dan misionaris Pdt. Trevor di Danowage.
“Kami bersama Kementerian Kesehatan, berkoordinasi dengan dinas terkait di empat kabupaten, di antaranya Dinas Kesehatan Boven Digoel, Asmat, Yahukimo dan Mappi. Yang paling utama melakukan pendataan status kesehatan masyarakat Korowai dari rumah ke rumah,” katanya.
Lima daerah di Korowai, diminta jadi perhatian serius Pemprov Papua
Pemerintah Provinsi (Pemprov) Papua harus mengambil-alih lima daerah perbatasan yang ada di Korowai, dan menetapkannya menjadi satu daerah khusus, yang butuh pelayanan serius di bidang kesehatan dan pendidikan.
Hal tersebut disampaikan misionaris Gereja Injili di Indonesia (GIDI), Trevor Johnson, Rabu, (18/10/2017), di Danowage, Boven Digoel.
“Lima daerah perbatasan dari empat kabupaten itu, di antaranya Distrik Firiwage dan Distrik Yaniruma Kabupaten Boven Digoel, Distrik Amasu Kabupaten Mapi, Distrik Suator Kabupaten Asmat, dan Distrik Siradela Kabupaten Yahukimo. Lima daerah ini tidak pernah sekali pun dilirik pemerintah soal kesehatan dan pendidikannya,” katanya.
Ia mengatakan, Korowai seakan-akan dilupakan pemerintah. Trevor berharap Pemda maupun Pemprov Papua memperhatikan kesehatan masyarakat yang ada di beberapa kampung terpencil di Korowai.
“Karena di setiap kampung tersebut tidak ada pelayanan kesehatan rutin. Harus ada tenaga medis tetap di sini,” katanya.
Sementara itu guru perintis di Danowage, Jimmy Weyato, mengatakan masyarakat hanya tahu istilah Otsus, tapi orang Korowai tidak tahu Otsus itu seperti apa.
“Juga apa manfaat Otsus, orang Korowai tidak mengerti,” katanya.
Ketua Kopkedat Papua, Yan Akobiarek, menyayangkan tindakan pemerintah yang memberikan dana tanpa pengawasan kepada masyarakat. Karena dana yang diberikan tidak dimanfaatkan dengan baik.
“Harusnya dana digunakan untuk tenaga pengajar atau medis. Kalau bangun jalan tidak terlalu penting,” katanya.
Penginjil minta dibangun RS Sentral Korowai di Danowage
Jimmy Weyato, seorang guru perintis sekaligus penginjil di Korowai, Rabu (25/10/2017), di Danowage, meminta Kementerian Kesehatan dan Gubernur Provinsi Papua, agar membangun Rumah Sakit (RS) Sentral Korowai di Danowage, sebagai pusat pelayanan kesehatan.
“Kami menyampaikan terima kasih kepada tim Kementerian Kesehatan dan tim terpadu Dinas Kesehatan Provinsi Papua, yang mengunjungi Korowai untuk melakukan pendataan dan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat. Ini tandanya pemerintah sudah buka mata untuk masalah kesehatan di Korowai,” katanya, mengulangi penyampaiannya ketika bertemu Gubernur Papua Lukas Enembe dan tim terpadu Provinsi Papua, bersama Kementerian Kesehatan saat mengunjungi Danowage, Senin, (23/10/2017), lalu.
Lanjutnya, Danowage sudah seperti pusat pelayanan kesehatan, yang mana menjadi tempat Pdt. Trevor dan Teresa melayani masyarakat Korowai.
“Mereka datang berobat dari beberapa kampung yang ada di sekitar Korowai baik Kampung Burukmahkot, Okhmakot dan Ayak, juga beberapa kampung yang berbatasan dengan empat Kabupaten yakni Asmat, Yahukimo, Boven Digoel dan Mappi,” jelasnya.
“Kami di sini butuh rumah sakit dengan petugas tetap yang siap melayani pasien setiap hari. Kami tidak mau tim atau Dinas Kesehatan datang dan pergi tiap bulan, karena itu tidak akan menurunkan angka kematian masyarakat Korowai,” tambahnya.
Ia menyampaikan di Danowage sendiri sudah ada lapangan terbang, sehingga pasien darurat bisa dievakuasi secepatnya mengunakan pesawat menuju rumah sakit besar, seperti RS Yawari Sentani, RS Wamena dan RS Tanah Merah.
“Kalau Dinas Kesehatan empat kabupaten tidak peduli dengan daerah perbatasan Korowai, katanya Pemprov Papua akan memotong dana kesehatan untuk membangun rumah sakit di Danowage, karena masyarakat membutuhkan itu,” sampainya.
Sementara itu Gubernur Papua Lukas Enembe mengingatkan kepada empat kabupaten dalam hal ini Dinas Kesehatan Yahukimo, Asmat, Boven Digoel dan Mappi agar jangan hanya saling mengklaim wilayah, tapi harus memperhatikan orang-orangnya. (*)
Editor: Aguz Pabika