“Demo damai Papua dihentikan paksa oleh polisi di Indonesia. Satu orang ditembak, lainnya luka-luka, empat orang diringkus aparat.”
Jayapura, nirmeke.com – Serangkaian demonstrasi di wilayah Papua Barat hari ini telah dihentikan secara paksa oleh polisi Indonesia, lapor Asia Pacific Report.
Protes tersebut diorganisasi oleh jaringan 111 organisasi sipil di belakang Permohonan Rakyat Papua (PPP), yang dibentuk untuk menolak rencana Jakarta untuk memperbarui Otonomi Khusus di Papua.
Demonstran juga telah memprotes rasisme, dan menyerukan pembebasan tahanan politik Victor Yeimo, seorang tokoh terkemuka dalam gerakan pro-kemerdekaan Papua Barat.
Yeimo, juru bicara asing Komite Nasional Papua Barat (KNPB), ditangkap pada Mei dan menghadapi berbagai tuduhan, termasuk pengkhianatan dan penghasutan, atas dugaan perannya dalam protes anti-rasisme pada 2019.
Demonstrasi telah berlangsung hari ini di kota-kota di seluruh provinsi Papua termasuk Jayapura, Wamena, Manokwari, dan Timika.
Di Jayapura, pasukan polisi yang didukung oleh water canon membubarkan demonstran di berbagai lokasi. Beberapa orang Papua terluka, termasuk ketua KNPB Pusat Agus Kossay.
Seorang demonstran ditembak di sebuah rapat umum di Dekai, Yahukimo, sebuah kabupaten dataran tinggi yang terpencil, sementara delapan orang dilaporkan ditangkap.
Bahkan pawai berjaga pagi ini di Jayapura yang dipimpin oleh moderator Dewan Gereja Papua Barat Benny Giay dihentikan oleh pasukan keamanan.
Seperti halnya tindakan keras mereka terhadap demonstrasi Papua bulan lalu dan Mei, polisi berdalih, karena wabah COVID-19 di Papua, mereka tidak akan mengizinkan acara publik seperti demonstrasi untuk dilanjutkan.
Petisi Rakyat Papua dilaporkan didukung oleh lebih dari 700.000 orang yang telah menandatangani petisi menolak Otonomi Khusus, dan menuntut pembebasan segera Victor Yeimo tanpa syarat apapun.
“Victor Yeimo bukan pelaku kekerasan atau kriminal. Dia adalah korban rasisme struktural yang meluas dari negara kolonial Indonesia yang terus menganiaya Orang Asli Papua,” kata Juru Bicara Nasional PRP Sam Awom.
Pendukung hak asasi manusia, termasuk Pelapor Khusus PBB untuk pembela hak asasi manusia Mary Lawlor telah menyuarakan keprihatinan atas kesehatan Yeimo yang dilaporkan memburuk di penjara.
Di Sydney, Asosiasi Papua Barat Australia (AWPA) mengutuk tindakan keras terhadap demonstran damai di Papua Barat.
Laporan awal menurut media sosial dan media lokal mengindikasikan hingga 50 orang telah ditangkap dan dua terluka, kata AWPA dalam sebuah pernyataan.
Dalam unggahan Twitter oleh pengacara hak asasi manusia Veronica Koman, dia mengatakan: Obsesi tahunan Indonesia untuk ‘Indonesianisasi’ Papua Barat menjelang Hari Kemerdekaan besok, tentara bersenjata lengkap mengibarkan bendera merah putih Indonesia di sepanjang jalan dari Tembagapura (Freeport) ke Desa Banti, Kimbeli, dan Opitawak.
Sumber: https://www.matamatapolitik.com/