Jayapura, nirmeke.com – Mahasiswa dari wilayah adat Meepago menilai jika gubernur Papua Lukas Enembe memilih calon wakil gubernur dari satu kabupaten asal, jelas gubernur terapkan sistim dinasti satu wilayah.
Hal ini ditegaskan aktifis mahasiswa Meepago, Apniel Doo mereka menilai, kehidupan sosial, kekeluargaan, keserasian hidup bagi warga di Papua sangat unik dan perlu di lestarikan.
Apeniel menilai sangat memprihatinkan sistem pemerintahan yang dianut Gubernur Papua pada periode pertama dan ke dua, di mana jabatan pucuk pimpinan di tanah Papua seperti Gubernur, DPRP, MRP, bahkan beberapa jabatan struktural di dok 2 di dominasi oleh satu daerah.
“Seperti halnya juga pada pengusungan bursa Cawagub di sisa waktu periode ke dua pengganti almarhum KT, sangat terlihat jelas bahkan menonjol terhadap pengusulan beberapa nama calon yg di usulkan oleh partai kualisi,” katanya.
Dikatakan Doo, Papua sesungguhnya bukan didiami satu suku, ras, bahkan satu agama, bagaimana mau menyatuhkan tekat kalau Papua besar ini di isi oleh satu golongan tertentu.
“Gubernur Papua Lukas Enembe, dan Partai koalisi sejatinya suda harus melihat kondisi ini. Papua bukan milik satu golongan suku, ras, agama, oleh karenanya berikan kesempatan kepada putra/i Papua lain untuk berdikari bagi negri Papua agar tercipta kebersamaan dan menyatu antar sesama suku, golongan, agama yg ada di tanah Papua,” katanya.
Meski demikian Doo, juga sangat menyangkan karena yang menonjol sebagai pucuk pimpinan di Papua itu semua berasal dari Puncak Jaya.
“Tentu kita kagumi kemajuan mereka, tetapi sikap ini tidak meninggalkan kesan buruk dan bencana bagi generasi berikut. Untuk itu yang kami hormati Tim koalisi dan Gubernur Papua berilah kesempatan pengisian kekosongan jabatan Wagub ini kepada putra putri lain di luar dari puncak Jaya, karena satu kabupaten tidak bisa mewakili satu wilayah adat di Papua,” katanya. (*)
Reporter: Iman Untung
Editor: –