Kamu boleh berkunjung ke Wamena pada bulan Mei besok. Menikmati keindahan panorama alam dan destinasi wisata yang berhubungan dengan owasi-owasika. Sebelum kesana, kamu perlu baca pesan-pesan, saran, masukan dan harapan kami di bawah ini. Hal ini penting untuk kita tahu, sadar dan sama-sama tidak jatuh dalam kesalahan masa lalu.
1. Tetap gunakan nama asli
Secara budaya, nama asli tumbuhan itu harus disebut seperti nama denngan bahasa setempat. Nama bahasa daerah adalah Owasi-owasika.
Orang kalau mau posting photo di media sosial, seperti Facebook, Twitter, Instagram, WhatsApp dan lainnya harus menggunakan nama Owasi-owasika. Bukan rumput Mei.
Rumput ini memiliki sejarah, jejak, fungsi, manfaat, dan nilai. Jadi, orang tidak boleh sebut “Rumput Mei” sesuka hati.
Harus dan wajib hukumnya untuk disebut menggunakan nama yg di berikan orang asli setempat. Bukan pendatanh baru untuk tumbuhan itu.
Karena kalau orang sebut dengan bahasa setempat, berarti disini merasa sihargai dan dihormati. Ini jauh lebih penting dari orang bantu promosikan nama, lokasi, kota dan lainnya.
Orang yang pakai nama rumput Mei itu, pasti orang yang tidak tahu nama asli rumput itu (owasi-owasika).
Jadi perlu semua orang yang berkunjung, yang posting photo dan menulia tentang rumput tersebut perlu mempertimbangkan secara bijak.
Bukan apa. Tapi kalau pakai bahasa asing, bahasa lain sama halnya tak hanya tidak menghargai dan menghormati rumput, lokasi, tokoh, dan lain sebagainya.
Tetapi lebih dari pada itu, secaar tidak langsung mengancam bahasa Hugula, menghilangkan jejak, sejarah, fungsi, manfaat dan lain sebagainya.
Wisatawan yang berkunjung untuk kalau posting pemandangan rumput itu harus dengan nama asli, menyebutkan lokasi asli dan seterusnya.
2. Dilarang buang sampah sembarangan
Kita masih ingin alam kita bersih. Tidak ingin melihat sampah-sampah di tempat-tempat dimana pengunjung foto, mengabadikan momen dengan orang terkasih, tersayang dan tercinta.
Kita tidak ingin gelisah dan rasa malas ketika melihat sampah-sampah berhamburan disana sini.
Kita ingin menikmati udara yang segar. Tidak mau sakit, menderita dan mati karena sampah. Kalau kamu mau hargai dan hormati kita, tidak harus berlutut di tanah di hadapan kami.
Cukup kami bawah kantong, plastik, noken dan apa saja.
Isi semua sisah bawahan barang Anda ke dalam kantong, plastik dan noken atau apa saja. Lalu kalau mau pulang, tolong bawah sama-sama.
Kemudian silahkan buang sampah itu ke tempat sampah yang sudah disiapkan pemerintah atau masyarakat sering buang.
Kalau tidak tahu tempat pembuangan sampah, tanya ke orang yang ada di sekitarnya. Pasti mereka akan kasih tahu dengan baik-baik. Kalau tidak ada lagi, bawah ke rumah atau tempat penginapan Anda. Lalu buang di tempat sampah yang telah disediakan.
Beberapa tahun belakangan ini banyak sampah plastik, puntungw rokok, pinang, gula-gula dan lainnya dibuang tanpa rasa peduli terhadap lingkungan.
Sampah-sampah jenis ini merusak sekali. Tak hanya lingkungan, tapi juga keindahan alam di tempat destinasi wisata.
Kita tidak harus menunjukkan sikap acuh tak acuh, atau seperti orang tak bermoral. Sebaiknya, kalau menikmati keindahan alam secara cuma-cuma, paling kurang bisa menjaga kebersihan.
Membawah sampah, berarti dengan sadar dan rasa tanggungjawab penuh, harus buang di tempat yang tepat.
Tempat wisata harus benar-benar menjadi tempat wisata. Tak perlu satu dua sampah bertumpuk satu dua tahun, kemudian menghilangkan jejak wisata dan merubah tempat wisata menjadi tempat sampah.
Kita tidak ingin kelak ada cerita seperti itu. Kita ingin Wamena bersih seperti tempo dulu. Kita Wamena yang nyaman seperti sedia kala. Kita ingin Wamena yang damai seperti dahulu kala.
Utamakan kepergianmu dengan rasa kepedulian. Berkunjung dengan rasa memiliki yang besar. Menikmati alam dengan merasa bahwa Lembah Agung juga rumah kamu.
Bumi ini adalah rumah bersama begitu kata Paus Fransiskus dalam pesan Ensiklik yang termuat dalam “LAUDATO SI”. Jadikan Wamena juga bagian dari rumahmu, yang perlu dijaga, dirawat dan bersih.
Seperti kamu ingan diri kamu, rumah kamu, keluarga kamu, kekasih kamu dan lainnya hidup sehat. Utamakan prinsip itu ketika berkunjung ke Agamua-kota dingin.
3. Hindari kebakaran
Selain itu, cuaca di Wamena itu kadang kala tidak pasti. Kadang-kadang hujan dan kadang musim kemarau. Jadi kalau berkunjung pada saat kemarau harus ingat ini baik-baik.
Owasi-owasika itu batangnya ditutupi dedaunan yang kering. Dia sangat sensitif dengan api.
Jadi, tolong supaya kalau berkunjung jangan buang puntung rokok yang masih ada api ke dalam rumput itu. Atau sekali-kali yang mencoba membakar rumput kering di sekitarnya. Sebab dia mudah terbakar.
Angin Kurima itu sangat kencang. Andai saja, kamu buang puntung rokok yang masih menyalah dan membakar rumput dengan dalil main-main, pasti angin akan merespon cepat.
Apalagi itu terjadi pada musim kemarau. Itu resikonya paling bahaya.
Bisa membumihanguskan hamparan rumput itu dalam waktu tidak terlalu lama. Angin Kurima itu tidak baik.
Dia cukup banyak menelan hutan-hutan di tepian kota Wamena. Lebih baik kamu menghindari itu ketimbang menanggung resiko yang lebih berat lagi.
4. Hati-hati
Kita semua harus akui ini. Wamena kini berbeda dengan Wamena dulu. Dulu sangat aman dan damai. Tapi sekarang berubah total.
Orang semua mengeluh, dan takut. Tidak bisa jalan sendiri di tempat yang jauh dan sunyi. Tentu saja ini sebuah wajah kota yang kita sama-sama tidak inginkan.
Sebab kadang kala orang manfaatkan momen ini untuk palang-palang jalan, jambret dan menuntut uang yang berlebihan. Sungguh sesuatu yang kita tidak inginkan.
Tapi kamu haru ingat, bahwa yang melakukan hal Sebab kadang kala orang manfaatkan momen ini untuk palang-palang, jambret dan menuntut uang yang berlebihan.
Tapi kamu harus ingat, bahwa yang melakukan itu hanya oknum-oknum tertentu yang sengaja mambuk atau apa supaya bisa memenuhi kebutuhan hidup mereka dengan cara yang kurang baik.
Kami sadar bahwa itu sebuah penyakit baru, bukan budaya masyarakat asli. Fenomena baru mulai ada setelah orang bebas minuman keras, ada pemekaran dan lainnya.
5. Bawah kebutuhan dan peralatan secukupnya
Tapi jangan takut berlebihan. Sebab setiap masalah ada solusi. Setiap hambatan, tantangan atapun rintangan ada jalan keluarnya.
Kamu harus meminta tolong agar orang-orang yang lama disana bisa temani kamu. Ajak seorang yang tahu lokasi, kenal masyarakat, bisa berbahasa Hugula dan bisa ajak komunikasi dengan masyarakat setempat.
Bila perlu jalan rombongan. Ramai-ramai–lebih dari tiga orang lebih baik ketimbang jalan sendiri atau dua tiga orang. Itu jauh lebih aman dibandingkan dengan cara lain.
Persiapan lain yang kamu bisa bawah adalah, misalnya rokok, pinang dengan uangi saku yang secukupnya. Hal itu bisa membantu kamu untuk menghindari hal-hal seperti itu.
Bawah juga makan minum. Biar kamu tidak kelaparan dan haus. Kadang kala lokasi wisata jauh dari kota, warung, kios dan lainnya. Jadi kamu bisa pikirkan kebutuhan seperti itu.
Pada intinya kan kamu mau nikmati keindahan alam, foto-foto, abadikan momen dan kenangan terindah kan? Jangan lupa bawa kamera, handphone, siapkan baterai, cas baik-baik, dan lainnya.
Wamena dijuluki kota dingin karena satu jalan hampir setiap Minggu pasti saja ada hujan. Kamu bisa membawah pakaian ganti, jakat, payung, mantel dan lainnya.
*Tuisan ini digabungkan dari beberapa tulisan dari Nyongki Olua. Anak lahir besar Wamena-Jayapura. Semoga bermanfaat. Tuhan Yesus Memberkati.