Jayapura, nirmeke.com – Tim Kemanusiaan untuk Intan Jaya, saat melakukan investigasi menemukan identitas oknum TNI yang diduga terlibat pembunuhan Pendeta Yeremia Zanambani di Kampung Bomba, Distrik Hitadipa, Kabupaten Intan Jaya pada 19 September 2020 lalu.
Demikian disampaikan Ketua Tim Kemanusiaan untuk Intan Jaya Haris Azhar, didampingi Anggota Viktor Mambor dan Pendeta Dora Balubun, ketika menyampaikan keterangan pers di Hotel Horison, Jayapura, Kamis (29/10/2020).
Haris Azhar mengatakan, oknum TNI tersebut adalah anggota Koramil Persiapan Hitadipa bernama Alpius.
Ia membeberkan kronologis pembunuhan Pendeta Yeremia Zanambani sebagai berikut.
Pada 19 September 2020 sekitar pukul 14.55 WIT, Meriam Zanambani, istri Pendeta Yeremia Zanambani menyampaikan bahwa ia bertemu rombongan anggota TNI di ujung Lapangan Terbang Hitadipa.
Mereka berjumlah cukup banyak, barisannya sepanjang 50-60 meter dipimpin Alpius, anggota Koramil Persiapan Hitadipa.
Meriam terkejut dan takut melihat rombongan tersebut. Tapi ia agak sedikit lega, ketika melihat Alpius. Keduanya sempat saling tatap mata.
Meriam dan Pendeta Yerimia Zanambani menganggap Alpius seperti anak sendiri, karena Alpius kerap beberapa kali ke rumah mereka untuk mandi, makan bersama, mengambil air untuk kebun yang dikelola Alpius.
Alpius sendiri biasa menyapa Meriam dengan “Mama”. Keluarga Yeremia Zanambani juga tahu bahwa Alpius mengenal baik warga di sekitarnya.
Pada saat pertemuan tersebut Alpius tanya ke Meriam, “Apa Mama lihat orang?”Mama jawab, “tidak”. “Apa Mama lihat orang di jalan?” dijawab, “tidak”.
Meriam mengatakan bahwa “Dia seharian hanya bersama Pendeta Yeremia yang saat ini masih ada di kandang babi”. Kemudian Alpius bertanya lagi. “Jadi bapak ada di kandang babi?” dijawab oleh Meriam “iya”.
Pada pukul 15.25 WIT, anggota TNI dengan atribut lengkap lewat Jembatan Induk Sungai Hiyabu sampai di kampung Taundugu ada yang berjaga-jaga di jalan, sementara ada anggota TNI lain turun ke kampung Taundugu langsung membakar bangunan kesehatan dan rumah dinas tenaga kesehatan, yang digunakan masyarakat di Taundugu.
Alasan anggota TNI membakar fasilitas kesehatan dan rumah masyarakat ini, karena diduga Organisasi Papua Merdeka (OPM) berada dibalik bangunan dan rumah masyarakat. Insiden itu menewaskan satu anggota TNI pada tanggal 19 September 2020.
Akibatnya, kerugian milik warga berupa kehilangan tempat tinggal, ijazah SD dan SMP, perlengkapan rumah tangga, satu unit motor ikut terbakar dan bangunan rumah fasilitas kesehatan milik pemerintah daerah dibakar.
Pukul 15.30 WIT, 4 anggota TNI menuju kandang babi milik Pendeta Yeremia Zanambani. Dua Anggota TNI berdiri dari jarak 23,79 meter. Sedangkan 2 anggota lainnya, salah satunya Alpius langsung menuju bangunan kandang babi.
Langsung ada perintah “angkat tangan!” Pendeta Yeremia Zanambani pun angkat tangan sembari mengatakan bahwa saya adalah “Hamba Tuhan”.
Tapi dua anggota TNI tetap melakukan 2 kali tembakan. Satu tembakan ke tangan kiri dan tembakan lainnya kearah dinding.
Pendeta Yeremia jatuh lalu diduga ditusuk dengan pisau tajam pada bagian belakang badan.
Pukul 18.00 WIT, hari mulai gelap Pendeta Yeremia belum kembali ke rumah.
Meriam gelisah dan memutuskan menyusul suaminya ke kandang babi, untuk menjemput Pendeta Yeremia.
Saat tiba di kandang babi, Meriam mendapati Pendeta Yeremia jatuh dan tergeletak di atas tanah dalam posisi tengkurap tubuh bagian depan menghadap ke tanah. Berlumur darah.
Tapi Pendeta Yeremia masih bisa berkomunikasi lisan. Meriam bertanya “kenapa?’ (apa yang terjadi?). Pendeta Yeremia menjawab, “Orang yang kita kasih makan yang tembak dan tikam saya”.
Pendeta Yeremia mengalami luka tembak di bagian tangan kiri atas cukup parah dan membuat pendarahan yang cukup banyak.
Selain itu, Pendeta Yeremia juga ditikam dengan pisau militer, sangkur di bagian belakang atas tubuhnya, bagian leher belakang. Luka ini juga mengakibatkan pendarahan yang cukup banyak.
Melihat kondisi tersebut suaminya, Meriam ke rumah Yulita Zanambani, warga yang tinggal dekat dengan lokasi kandang babi.
Yulita tinggal bersama Yohana Bagobau. Kepada keduanya Meriam minta tolong untuk ke kandang babi melihat dan menjaga Pendeta Yeremia.
Meriam kemudian pergi ke rumah Yusak Zanambani , salah seorang warga Hitadipa yang rumahnya berjarak cukup jauh dari kandang babi.
Tujuan untuk minta tolong. Sesampainya disana, Meriam mendapati bahwa banyak warga sedang berkumpul dirumah Yusak, berdiam diri karena rasa takut.
Meriam menyampaikan kepada Yusak dan lainnya bahwa Pendeta Yeremia ditembak TNI. Semuanya diam hanya ada salah seorang bertanya balik ke Meriam, “Apa Pendeta Yeremia masih hidup?” Meriam menjawab “Masih”.
Meriam akhirnya bergabung dengan warga di rumah Yusak hingga pagi hari. Meriam tak diijinkan untuk keluar rumah.
Penembakan terhadap Pendeta Yeremia, dilakukan dengan senjata api standar militer dengan jarak tembak kurang lebih 1 meter. Obyek mengena ke bagian tubuhnya dengan satu peluru ke tangan kiri bagian atas. Pada bagian kulit terlihat irisan lurus vertikal berkisar 7-10 sentimeter.
Tak sekedar luka kulit akibat peluru, kondisi tangan hampir terputus, tak didapati bekas puluru atau tak ada saksi yang awal menjemput korban atau saat menemani korban pasca penembakan, mendapati peluru senapan, luka juga didapati pada bagian belakang atas tubuh korban, diduga luka akibat senjata tajam. Mengakibatkan luka yang mengeluarkan darah sangat banyak. (*)
Sumber: http://papuainside.com/