)* Akia Wenda
Mengapa, DPR Papua dan Pemerintah Provinsi Papua terus mendorong Perda dan Perdasus terkait larangan penjualan minuman keras (alkohol) di Papua. Miras di Papua memiliki dampak negatif bagi generasi muda Papua.
Terutama dapat mempengaruhi kesehatan dan juga daya tangkap manusia bila dikomsumsi berlebihan. Disisi lain keberadaan Miras di Papua membawa malapetaka bagi generasi muda Papua yang mulai terjerumus dengan pergaulan yang salah. Akibat Miras juga banyak merengut nyawa orang Papua dari yang muda hingga tua dan tiap tahun angka kematian akibat alkohol terus meningkat.
Contoh kasus, tiga remaja asli Paniai, Papua yang mati akibat minum minuman beralkohol yang beracun, jenis Vodka tahun 2015 Lalu, dan sampai sekarang pun masih terjadi.Pemerintah berupaya membuat Perda dan Perdasus terkait Miras namun tidak di sahkan, meskipun ada tidak pernah di jalankan atau di terapkan di Papua karena mereka sendiri yang menerima upah dengan dalil Pendapatan Anggaran Daerah (PAD).
Pergub, Perda hingga Perdasus terus di dorong oleh pemerintah Papua yang peduli dengan generasi muda Papua saat ini namun tidak pernah berjalan mulus, Pemerintah Pusat hanya berdiam diri dan terus memberikan ijin kepada para distributor untuk mensuplay miras ke tanah Papua.
Papua Jadi Lahan Bisnis Miras oleh Negara
Ada dua hal menurut saya.
Yang terutama adalah misi terselubung yang di rencanakan Negara secara terstruktur dan tersistematis agar orang asli Papua semua mati. Dengan Miras juga negara sengaja ingin ciptakan konflik sosial, konflik KDRT, Lakalantas dan mati ramai-ramai melalui racun saraf yang di taburi di dalam minuman keras.
Yang kedua adalah karena pajak daerah yang melambung tinggi. Pemerintah dan Distributor melihat peluang besar di tanah Papua karena orang Papua sering konsumsi miras dan pengonsumsi Miras di tanah Papua sangat banyak. Para Elite mengetahui persis cara melenyapkan orang asli Papua tanpa harus turun tangan yaitu dengan Minuman Keras (Alkohol).
Aparat Beking Pengiriman Miras di Papua
Pengiriman minuman Alkohol di distribusikan oleh aparat TNI/Polri, Intelijen Negara dengan pengamanan khusus. Aparat mengawal jalannya peredaraan minuman keras di Papua dan Papua Barat karena ada misi terselubung, sehingga permainan mereka tidak banyak diketahui publik.
Benar dan tidak salah kalau ada statement yang mengatakan “TIDAK ADA MASA DEPAN BERSAMA NKRI”
Kematian orang asli Papua secara di paksa dan di adu dombakan, d marjinalisasikan atas kekayaan ekonomi, menguasai menduduki kekuasaan politik, mengeksplotasi kekayaan yang secara masif. Tanah di beli murah lalu di jual dengan harga mahal, hutan, kayu, sagu, gunung, laut, kekayaan alam digusur habis, apalagi di sisi pendidikan dan kesehatan. Tidak ada masa depan yang baik bersama Indonesia, yang ada tangisan yang berkepanjangan.
Yang Indonesia Butuh adalah kekayaan Bukan manusianya. Jika Indonesia benar ingin membantu Papua sudah lama rakyat sejahtera. Apa lagi sudah 20 Tahun dana Otsus yang di anggarkan dengan jumlah yang begitu besar.
Kehidupan orang Papua seperti “Mayat hidup yang sedang berjalan yang sedang menungu kapan akan mati”. Otonomi Khusus juga tidak menjamin kebebasan terhadap orang Papua, semua aturan dan kebijakan di atur oleh negara. Hampir 20 tahun lebih Otsus di Papua, namun rakyat Papua belum merasakan kesejahteraan, tuntutan mereka saat ini yaitu Referendum dan Papua Mendeka sendiri.
Saat ini jumlah penduduk orang asli Papua lebih sedikit dibanding non Papua. non Papua 70 persen Papua 30 persen. Angka ini menunjukan kalau orang asli Papua menuju pada kepunahan.
Dari banyak inti persoalan di Papua yang saya tulis, dapat simpulkan bahwa “BERSAMA NKRI TIDAK AKAN PERNAH ADA KEBEBASAN.”
)* adalah warga kota Jayapura tinggal di Papua