Jayapura, nirmeke.com – Semakin maraknya seniman muda Papua yang mencul dengan berbagai jedre musik modern saat ini di harapkan untuk bisa kembali dan menciptakan lagu dan musik daerah Papua, dengan menciptakan jendre dan karakter Asli Papua.
Hal ini sampaikan musisi ternama dari wilayah Pegunungan, Enis Kogoya, kepada nirmeke.com. Senin, (20/7/2020), Jayapura, Papua.
Ia mengatakan bicara musik berarti bicara soal ungkapan perasaan, rasa dari manusia dengan melihat situasi peristiwa yang terjadi di lingkungan sekitar yang di ungkapkan lewat lirik dan dinyayikan.
“Jadi kalau bicara seni adalah sesuatu yang lahir dari dalam di contohkan beberapa musisi ternama di dunia seperti Bob Marley dan Lucky Dube banyak menghasilkan karya musik yang lahir dari identitas diri mereka dengan melihat situasi dan kondisi mereka yang apa yang mereka alami yang diutarakan dan dikaryakan dalam sebuah syair atau Irama, hingga populer sampai saat ini,” katanya.
Kogoya yang sudah menciptakan 200 lagu itu mengatakan mereka ini terkenal karena berhasil mempertahankan identitas jati diri seni musik mereka sendiri bukan karena meniru (Copypaste) musik lain yang dimiliki orang lain.
” Jika berbicara di Papua hari ini banyak musisi muda adik-adik di Papua yang kurang memahami tentang konsep dasar ini, Kadang kita terpengaruh dengan musik dari luar. ini Menurut saya kita belum memahami konsep dasar dari seni itu sendiri yang lahir dari identitas jati diri anak Papua lewat lingkungan dan masalah yang terjadi di Papua hari ini,” katanya.
Pelantum lagu “Wenebela” yang viral di 2007 – 2009 itu mengatakan orang Papua memiliki seni bernyanyi yang sudah lama berada sejak nenek moyang dalam dirinya di mana saat membuat kebun terbuka mereka ada dengan nyanyian-nyanyian sampai saat ini dilupakan oleh anak muda saat ini padahal seharusnya dikembangkan dengan mengkolaborasikan musik modern.
“Waktu ada kedukaan orang Papua bernyanyi dengan meratap, waktu saat kerja orang Papua juga menyanyi dan melakukan beberapa kegiatan dengan syair dan lagu sesuai dengan apa yang mereka alami pada saat itu, Jadi sebenarnya bicara soal seni itu rohingya dari orang Papua untuk jiwa seni sudah ada Tinggal bagaimana kita mengembangkannya sesuai dengan musik modern hari ini,” kata Enis yang perna mendapat juara pencipta Lagu Daerah Terbaik yang di berikan oleh Mentri Parawisata 2018 lalu ini.
Enis, mengatakan anak muda Papua harus punya konsep dasar bermusik yang jelas tidak hanya meniru dari orang lain sementara anak muda Papua hari ini belum memiliki karakter musik yang kuat beda dengan musisi sebelumnya seperti Arnol AP, yang menciptakan karakter musik dengan lirik yang kuat dan bisa dikenang sampai saat ini.
“Ia mencontohkan Beberapa musisi di png mereka kadang kurang suka dengan musik Di di Papua karena kita meniru cara musik mereka sementara kita sendiri belum menciptakan karakter musik kita yang bisa mereka tiru, dengan muncul dari karakter identitas kita di Papua baik yang ada di wilayah saireri, Mewpago, Lapago, Animha, Mamta, Domberai, Bemberai, harus ada yang muncul sesuai karakter kita jangan kita ikut-ikutan,” Kata Enis yang terus menjaga karakter musiknya dari wilayah Lapago.
Untuk itu, ia berharap kepada seluruh musisi Papua khususnya yang pemula untuk lebih mendalami budaya dari daerahnya masing-masing dalam menciptakan sebuah karya seni yang lebih mendalam agar orang melihat kita dari hasil karya dan jati diri kita bukan copy paste dari orang lain. (*)