Cinta Putus di Papua, Yoka Tewas di Jakarta
Sekolah Menengah Atas ( SMA) yang terletak di sebelah gedung Gereja itu murid kelas tiga bongkar keluar ke halaman Sekolah. Siswa kelas tiga itu sedang bahagia dalam tawa dan nangis. Mereka baru mendengar hasil ujian. Ada siswa yang memeluk orangnya tuannya lalu menangis, ada yang mencat pakeannya dengan piloks dan saling titip nama diserta tanda tangan di baju putih dan celana abu- abu. Ada siswa yang tidak lulus lalu pergi. Kecewa. 62 Siswa tidak lulus dari 123 Siswa yang ikut ujian nasional di sekolah itu.
“Sayang ko lulus ka tidak?”
“Lulus to”
“Baru sayang Ko?”
“sama sayang”
Saling senyum dalam keceriaan, pelukan antara kedua pasangan yang telah lama pacaran dari kelas satu SMA. Ola dan Yoka bahagia karena sama-sama lulus dan akan lanjut. Sebuah hasil tertanda, ”tidak lulus” tidak dapat memisahkan Ola dan Yoka.
“kita kuliah sama-sama eh.. Yoka”?
“sudah pasti sayangku”
“Sip sayang”
Mereka berdua mengikat janji sudah lama, Ola akan ikut Yoka lanjut kuliah di kota Holandia (Jayapura), tapi orang tua belum tau, belum tentu. Itu hanya pilihan Yoka, bukan dari orang yang akan membiayai Yoka lanjut kuliah. Sama halnya juga dengan Ola.
Dua minggu berlalu di kota mereka hidup sejak lahir. Di sore hari jam 7 malam waktu di Papua, angin berlari mengerakkan pepohonan dan sejenisnya bergerak ke ara timur dari barat. Angin berjalan membawa sedikit hujan.
Hujan rintik-rintik membasahi tanah dan sedikit gelap dengan lampu kantor desa sebelah rumah mereka bertemu. Ola datang dengan perlahan dari jalan yang sedikit terang dari lampu rumah kecil yang kosong. Yoka sudah tunggu 15 menit di teras rumah kosong itu dengan sosok yang Ola tak bisa melihatnya. Yoka sudah duduk dengan posisi yang sedikit kurang semangat.
“Ko yang benar”
“ini serius, saya besok ke Jakarta kuliah”
“Ai, Tuhan Yoka. Bilang nanti kita sama-sama di Jayapura baru”
“Sa pu orang tua dong tidak setuju”
“sayang Yoka, bah…”
Orang tua Yoka tidak setuju kuliah di Jayapura. Besok Yoka harus berangkat ke Jakarta lanjut kuliah. Pertemuan di bawah rintik-rintik hujan menjadi malam yang terakhir mereka bertemu. Ola memeluk Yoka tak ingin melepas dan Yoka pun sama. Satu jam lebih mereka bertemu di teras rumah kosong bekas kantor pos lama era Belanda di Papua. Hujan memukul daun seng dengan sedikit keras, tidak mengganggu mereka berdua. Dalam pelukannya kata Ola:
“Sayang, nanti sa kejar ke Jakarta”
“Sa akan jemput di sana, tapi bagaimana dengan orang tua”
“tahun ini tidak ada uang kuliah, orang tua bilang sa lanjut tahun depan”
“tidak papa, bersabar kita akan bertemu nanti”
“Semoga saja sayang”
Pagi Yoka terbangun, Ia harus segera bersiap ke Bandar Udara. Cuara agak buruk seperti hati Ola dan Yohan dalam perpisahannya. Hujan di kota itu masih terlihat rintik-rintik, belum pergi dari malam hingga pagi. Ola sudah di bandara menunggu Yoka.
“sa sudah di bandara sayang”
“lagi OTW sayang”
Ola memeluk Yoka sebelum masuk ruang tungku, setelah 15menit mereka dua mengikat janji untuk saling menjaga cinta sampai mereka bertemu kembali.
Satu minggu Yoka di Jakarta aktivitasnya tengelam diantara asrama dan kampus. Komunikasi dengan cintanya Ola tidak putus, hampir setiap hari mereka saling telfon. Dua bulan berlalu Yoka semakin sibuk di kampus dan beberapa kegiatan di organisasi luar kampus. Komunikasi mereka tidak seperti minggu pertama. Ola kadang tidak aktif, Yoka semakin curiga.
Berjalannya waktu memakan hari hingga minggu dan bulan, sudah jarang Yoka dan Ola komunikasi, Ola sudah tidak aktif setelah dua bulan Yoka di Jakarta. Yoka semakin aktif menghubungi Ola namun tidak ada balasan. Melalui messanger Yoka krim foto waktu mereka dua masih duduk di bangku SMA namun Ola hanya lihat, tidak ada balasan. Yoka semakin bertanya, ada apa dengan Ola disana. Tidak biasanya?
Ada pesan yang masuk melalui message dari teman sebangku waktu SMA, namanya Liko:
“Kawan, sa lihat Ola dapat jemput dari Jeri pake mobil”
Yoka kaget dan sudah curiga Ola pasti sudah balikan dengan Jeri. Jeri pacar pertamanya Ola. Ia kenal dengan Yoka lantaran Jeri selingkuh dengan teman baiknya Ola.
“ah… io ka”
Jawab Liko, Io Kawan, Ini bagaimana? ”
Yoka balas dengan Kecewa: “Tidak papa kawan kasih biar. Itu dia punya pilihan”
Jeri anaknya wakil bupati, Dia punya banyak pilihan untuk membahagiakan Ola. Ola memiliki tubuh yang bagus di mata lelaki dan Dia wanita yang cantik. Setelah Yoka berangkat ke Jakarta, Jeri dan Ola kembali dengan status yang lama. Mereka dua menjalin komunikasi sebagai pacar seperti dahulu sebelum Ola bersama Yoka.
Jeri kontrol semua media publik milik Ola dan Ola tidak berkutik dalam kontrol Jeri. Jeri kedapatan imbox dari Yoka, seperti tadi Yoka krim foto mesraan waktu SMA karena Ola hilang kabar dari Yoka.
“Woe kawan, maaf e.. sekarang Ola sudah dengan saya, jadi tolong jangan komunikasi dengan Dia lagi”
“Kawan punya cara kurang bagus, seharusnya ko tanya sa dulu sebelum ko dekati Ola. Jangan dengan cara begini kawan”
“Ola bilang, semenjak ko ke Jakarta itu kamu dua sudah tidak ada. Katanya ko sudah minta putus”
“Kita belum putus kawan, Dia tipu saja. Tapi oke sudah lanjut kawan. Aman”
“Kawan sudah tau to, bagaimana perasaan cinta seorang wanita kepada pacar pertamanya yang menyentuh seluruh tubuhnya”
“Io, ko yang sentuh Dia duluan jadi lanjut kawan”
“Itu jawabannya jadi jangan ganggu Dia lagi kawan”
“aman kawan”
Yoka emosi sama Ola, Yoka merasa ditipu dengan beberapa kali air matanya di rumah kosong sebelum Dia membawa berita dan air mata di bandar udara sebelum Yoka masuk ruang tunggu.
Yoka kecewa dengan sebuah perjalanan cinta yang Dia pikir hanya percuma, Yoka menulis sebuah tulisan tentang perasaan itu di dinding facebooknya:
“Percuma air mata.
Wanita punya banyak alasan.
Kadang mereka menangis tapi jiwa
mereka tidak.
Apapun caranya mereka bisa lakukan.
Kapan pun Ia akan pergi kalau kita
jadi pacar yang kedua.
Makanya ada benarnya jika
jarak itu berbahaya bagi wanita
dan pula mungkin juga pria”
Yoka putus asa dan tidak konsisten untuk kuliah, Yoka banyak menghabiskan waktu di luar kampus dan organisasi. Yoka selalu bercerita dalam hatinya kalau perempuan adalah makluk yang berbahaya. Kehidupan Yoka berubah 90 derajat. Hampir setiap hari Dia mabuk di asrama dan di klub. Yoka sudah bandel sama orang tuanya, Dia selalu menipu orang tua untuk memuaskan hasrat yang harus dibayar diruang-ruang di kota Jakarta.
Yoka banyak pikiran karena Ola. Yoka sempat berteriak dengan isi suara,” orang tua saya jahat”. Dia berpikir kembali kalau saat itu Yoka seandainya kuliah di Jayapura, pasti dengan Ola dan tidak mungkin seperti ini. Yoka hancur. Dalam keadaan Mabuk, Yoka pernah cerita sama temannya kalau Ia akan membunuh Ola jika minta balikan. Yoka patah karena Ola.
Hari Sabtu pagi Yoka pulang dari Klub Obama di Blok M Jakarta, Ia berjalan keluar di emperan toko ruko, Yoka melihat perempuan anak SMA dengan pakean SMA rapi sedang tunggu taksi. Yoka ingat Ola, dari baliknya perempuan SMA itu, Yoka memeluk sambil Ia berkata, ”Ola….”. Perempuan itu berteriak, tolong…tolong…tolong…!!
Semua warga keluar dan mengeroyok Yoka hingga tewas. Yoka ditusuk besi tajam dari preman kota di wilayah itu. Tali perutnya keluar. Ceritanya selesai dan Mayatnya dipulangkan ke Papua.
[Fiksi]
)* Tulisan ini sebelumnya sudah di publis di mrnomen.wordpress.com