)* Oleh Soleman Itlay
Setelah membuat elok dan bikin Kota Dingin naik daun di bulai Mei, bunga langkah, Owasi-owasika, nama asli Rumput Mei dalam bahasa Hugula ini akan gugur pada bulan Juni. Kesan apa yang muncul di benak Anda ketika mendengar bunga ini akan gugur pada bulan besok? Kamu yang telah berkunjung sangat beruntung ya? Karena bisa lihat langsung, nikmati keindahan alam dan dapat mengabadikan momen terindah di kota Wamena.
Dua Hal Utama
Tidak sia-sia. Karena kamu bisa foto cuma-cuma dengan orang terkasih Anda. Kamu yang telah mengatur, meluangkan waktu dan mengabadikan momen pada saat bungai ini nampak jelas di permukaan tanah harus ingat. Jangan lupa berkunjung kembali pada tahun besok ya? Tapi juga jangan lupa ini. Pertama, Tuhan. Mengucap syukur kepada Tuhan. Karena atas perkenannya, bunga atau rumput satu ini bisa tumbuh di luar kesadaran masyarakat adat Hugula. Kemudian, berhasil menciptakan keindahan alam pada April-Juni.
Kedua, tolong hargai masyarakat adat setempat. Disini masyarakat adat tidak minta apa-apa. Kamu bisa lihat. Saat kamu mau foto saja bebas biaya. Mereka tidak palang jalan atau spot tertentu. Tidak pernah menuntut buang atau mengancam dan lain sebagainya. Justru mereka membuka diri kepada semua pengunjung. Mempersilahkan para pelancong untuk bebas menikmati alam dan mengabadikan momen bersejarah dalam hidup.
Masyarakat adat disini tidak minta apa-apa. Tidak memaksa orang untuk harus mengakui, menghargai dan menghormati mereka. Tetapi yang mereka harapkan adalah kesadaran dari para pengunjung untuk menunjukkan rasa memiliki, kepedulian dan keprihatinan terhadap mereka, terutama mengakui, menghargai dan menghormati manusia, nilai-nilai kearifan lokal, bahasa dan budaya, termasuk penyebutan nama bunga atau rumput tersebut.
“Kami minta dengan hormat kepada pengunjung, terutama Photografer dan wisatawan, agar kalau hendak menceritakan bunga ke orang atau meng-upload rumput tersebut dengan menggunakan bahasa daerah—Hugula. Itu cukup. Menggunakan bahasa ibu itu bagi kami bentuk penghormatan kepada kami. Kami senang dan bangga ketika rumput ini sebut dalam bahasa disini”.
Nama rumput ini, dalam bahasa Hugula disebut Owasi-owasika atau Laga-lagaka. Sedangkan yang tenar hari ini adalah dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia disebut Rumput Mei. Dan tentu saja, nama: Rumput Mei itu bukan nama yang betul atau sebenarnya. Nama itu dicaplok oleh orang-orang tertentu tanpa kompromi dengan masyarakat adat. Sehingga dapat dinyatakan tidak sah—tidak benar.
Dengan menggunakan bahasa Indonesia, masyarakat adat disini merasa tidak diketahui, dihargai dan dihormati. Justru benar-benar merasa bahasanya yang melekat pada segala sesuatu, termasuk dalam Owasi-owasika dikhianati, diinjak-injak dan secara halus dimusnahkan oleh para pengunjung. Oleh karena itu, mereka berharap supaya semua orang yang berkunjung untuk memperhatikan masalah ini: nama rumput ini. Artinya, tidak lagi sebut Rumput Mei. Tapi sebut sesuai nama asli dalam bahasa Hugula, yaitu: Owasi-owasika.
Jangan Percaya Stigma Sosial
Ada stigma sosial yang tenar. Misalnya, orang Wamena itu tukang mabuk, suka palang-palang, suka perang, senang melakukan kerusakan, tindak kekerasan dan kejahatan serta tukang curi. Saya mau bilang kamu yang mau berkunjung tapi dihantui dengan stigma sosial itu. Bahwa stigma seperti itu tidak benar. Semua itu dilancarkan atau dikampanyekan oleh orang, kelompok dan instansi tertentu dengan kepentingan tertentu. Mereka takut orang di Lembah Baliem berkembang dab melakukan sesuatu, jadi menyebarluaskan prasangka sosial yang buruk.
Lebih baik atau supaya kamu tidak ragu lagi, saya sarankan kepada Anda agar tanya kepada orang Maluku, Sulawesi, NTT, NTB, Jawa, Kalimantan, Sumatera dan Papua dari wilayah lain yang ada lama di Wamena. Tanya langsung ke anak-anak lahir besar Wamena (Labewa) atau lama hidup di Wamena. Tanya semua tentang kebimbangan kamu seputar stigma sosial yang selalu memojokkan orang atau suku Hugula. Tidak usah takut.
Berkualitas. Dengan berkunjung ke sana, kamu akan tahu siapa orang Hugula sebenarnya. Kamu juga akan tahu dengan perlakuan demikian seputar apa: hati hingga perlakuan dibalik siapa itu orang Hugula sebenarnya. Pergi saja kesana. Dengan begitu kamu akan tahu: apakah orang gunung yang orang bilang identik dengan orang Wamena yang jahat, tukang curi, onar, suka perang dan lain sebagainya. Tidak usah percaya kepada kata orang dan kata media masa. Datang dan saksikan sendiri.
Tanda-tanda Gugur
Juni adalah bukan dimana Owasi-owasika atau Laga-lagaka itu gugur. Musim gugur selalu ditandai dengan lunturnya warna ungu yang terdapat pada bunga Owasi-owasika. Musim gugur ini selalu ditandai dengan angin Kurima. Angin Kurima di Wamena itu sangat kencang. Sehingga pada saat semua jenis tanaman atau tumbuhan kalau memasuki musim gugur disana akan diwarnai dengan terpaan angin Kurima. Dalam kaitan dengan Owadi-Owasika itu begini. Angin Kurima itu mampu membuat bunga jatuh berguguran.
Kemudia akan menyusul dengan tahap dimana tangkai bunga, batang dan akar-akarnya yang sudah tua mulai mengalami kering. Tapi batang-batang mudah bahkan tua yang berakar langsung ke dalam tanah mampu bertahan lama. Batang yang muda setelah memasuki atau melewati musim gugur memang kelihatan segar. Tetapi sama sekali tidak bisa berbunga. Kalau berbunga berarti, harus tunggu mekar di bulan April tahun depan. Berbunga kembali setiap bulan Mei. Akhirnya, gugur lagi pada bulan yang sama.
Mekar Sekali Gugur Sekali
Intinya adalah satu tahun sekali mekar, berbunga dan gugur. Jadi, kamu yang pernah berkunjung dan penasaran lagi, karena belum berkunjung ke tempat lain, silahkan atur tur wisata tahun besok. Untuk kamu yang ingin kesini tapi masih ragu karena stigma sosial atau Covid-19, jangan berkecil hati. Masih ada waktu. Owasi-owasika tidak akan pernah hilang daari Kota Dingin. Atur waktu dan siapkan biaya pesawat atau kendaraan untuk ikut jalan darat Wamena-Jayapura tahun 2021. Kamu tidak akan rugi, apalagi kesal. Malah akan terkenang dan haus untuk kembali.
Semoga Neroph dan Kulockh dong tra tahan kamurang kelak. Wa wa wa. Hehe . . .