Memiliki kebun kopi seluas 50 ha, Huber Marian merintis usaha kopi merek ‘Aluama Hubulama” sejak 1980. Berharap Pemkab Jayawijaya mengulurkan bantuan agar lebih maju.
Jatuh bangun dalam menjalankan usaha kopi, kini kopi ‘Aluama Hubulama’ sudah diedarkan dan dipromosikan di tingkat nasional dan internasional.
Kebun kopi milik Huber Marian yang berada di Kampung Waga-Waga, Distrik Kurulu, Kabupaten Jayawijaya tersebut sudah ditanam sejak 1980 dan 1982.
Memiliki lahan 50 hektare kopi dan beberapa sub cabang lokasi kebun kopi ada di bawah kaki gunung Waga-Waga, Isaima, Distrik Wosilimo dan juga di Distrik Wolo.
Pada 1996 usaha kopi milik Huber Marian dibantu Kementerian Pertanian Koperasi berupa pengelolaan kopi mulai dari mesin kupas kulit kopi sampai dengan mesin pengemas kopi.
“Alat bantuan tersebut masih ada dan digunakan hingga saat ini,” kata Huber Marian.
Marian berprinsip harus menjalankan usaha dengan serius dan tekun. Ia juga memiliki rasa tanggung jawab untuk mengurus agar usahanya bisa bertahan lama sehingga bisa memberdayakan orang asli Papua, terutama generasi penerus.
“Saya harus jaga usaha kopi ini dan berprinsip untuk terus berwirausaha meskipun ada rintangan jatuh bangun dalam usaha kopi yang saya jalankan ini, semoga anak saya bisa meneruskannya,” kata Marian.
Dengan memiliki lahan kopi seluas 50 hektare dan beberapa subcabang kebun kopi, Marian disebut sebagai pengusaha kopi sukses di Papua dari Kabupaten Jayawija. Karena ialah kopi Aluama Hubulama ada sejak 1980.
Ia bersama kelompak taninya berhasil mempromosikan kopi Aluama Hubulama asli Wamena di tingkat internasional dalam Kongres Asean Newyork di Jakarta. Dalam ajang promosi tersebut Marian membawa 12 kg kopi dan memperkenalkannya kepada tamu.
“Setelah kami promosi di Jakarta, kopi kami disambut dan diapresiasi karena aroma dan cita rasa yang beda dari kopi lain, mereka antusias sekali bertanya dan mencoba kopi kami,” katanya.
Kini karena usaha kopi Aluama Hubulama, Marian mulai dikenal di Indonesia. Banyak permintaan pasar kepadanya, namun Huber tidak pernah membuat produk kemasan yang mencolok.
Tiga kemasan kopi dibuatnya secara manual ditempel dan dilabeli dengan foto dirinya dan honai sebagai simbol kemasan dari kopi ‘Aluama Hubulama’ di Wamena, Papua.
Huber memperkerjakan sekitar 50 petani, baik keluarga maupun sanak-saudaranya. Usaha kopi yang dijalankannya diproduksi sendiri di tempat dengan alat manual dan mesin mini.
“Mulai dari pengemasan, pengeringan, mengupas kulit, menggiling hingga pada tahapan proses kemasan dan ini produk yang ketiga dari kopi Aluama Hubulama pada 2019-2020, promosi kopi ini sudah dilakukan di tingkat nasional hingga internasional, termasuk media massa,” katanya.
Huber mengaku permintaan kopi Aluama Hubulama dari perusahaan dan ‘café’ meningkat. Pesanan bisanya dalam bentuk kopi grimbin, rosbin, dan bubuk.
Ia juga berpendirian yang ingin membuat koperasi produk dari kopi miliknya tidak diizinkan mengekspor. Namun pembeli wajib datang langsung ke tempat pengelolaan kopi untuk mengambil sendiri, karena menurutnya kopi Aluama Hubulama kelas satu mempunyai aroma khas tinggi dari Wamena.
“Kami tidak memperbolehkan ekspor ke luar negeri, hanya dalam negeri, terlebihnya ke seluruh Tanah Papua, sebab begitu luar biasa kenikmatan kopi Aluama Hubulama (Wamena) Papua,” katanya.
Huber juga tidak suka kopi miliknya dijual oleh pengusaha kopi lain dan ia berpendirian dan berkeinginan keras menunjukan bahwa orang Papua itu bisa memproduksi kopi sendiri dari hasil tanamannya. Maka kini Huber memiliki mesin mini kemasan kopi dan menjual eceran dan kiloan sesuai pesanan.
“Setengah kg Rp80 ribuan dan menjual di koperasi atau kios mini dan juga toko atau pengusaha lain di sekitar kabupaten pengunungan,” katanya.
Kini Huber bersama Musa Marian, asistennya terus berjuang untuk membuktikan orang Papua bisa.
“Kami juga bisa, hanya yang membatasi kami karena terbatasnya alat untuk mengelola usaha kami selama puluhan tahun ini, seperti kekurangan mesin produksi,” ujarnya.
Kini sudah ada mesin manual yang bisa mengelola usaha tersebut di tingkat semi produksi, Huber siap memproduk kopi secara profesional dari kebun, pengelolaan, sampai kemasan.
“Yang jadi kendala seperti fasilitas pengelolaan mesin kemasan saset, takaran bubuk per kg dan lainnya yang harus dimiliki, saat ini hanya manual semi produk,” kata Huber.
Huber sudah memiliki gedung baru semi permanen, namun belum ada aliran listik. Ia berharap 2020-2021 ini bisa mengoperasikan pengelolaan kopi di gedung baru tersebut meski meski semi permanen.
Asisten Huber Marian, yaitu Musa Marian mengatakan perusahan kopi tersebut butuh mesin yang berkualitas dan fasilitas fisik lain yang layak dalam memproduksi kopi. Namun Pemkab Jayawijaya belum berkontribusi.
“Usaha kopi ini akan terus ada dari generasi ke generasi sehingga kami harap Dinas Pertanian Jayawijaya bisa bekerja sama untuk melakukan pengadaan barang dan memperluas lahan terutama pagar, perlindungan hama, serta faslitas bangunan yang layak agar kopi yang diproduksi memiliki kualitas bagus,” katanya.
Yang harus diperhatikan sekarang, tambahnya, selain fasilitas pendukung mesin adalahj lahan dan proses pembersihan, penananam, perawatan, pemanenan, pemupukkan atau pencegahan hama yang belum berjalan dengan baik karena tidak ada yang membantu, terutama Pemkab Jayawijaya.
Semua itu hanya dilakukan dengan tenaga kerja kelompok secara manual karena proses penghasilannya sangat lama, kurang lebih dua tahun sekali panen,” ujarnya. (*)
Laporan: Ali Aromba