Jayapura, nirmeke.com – Minuman Beralkohol atau sering disebut Minuman Keras (Miras) berdampak buruk sekali untuk kehidupan orang asli Papua di tanah Papua. Karena menghancurkan keluarga, menimbulkan KDRT, seks bebas dan lakalantas akibat dari miras.
Hal tersebut dikatakan Iche Murib, aktivis Perempuan Papua ketika menangapi aksi demo Forum Pemuda-Pemudi kabupaten Jayapura bersama Solidaritas Anti Miras dan Narkoba (SAMN) kota Jayapura beberapa waktu lalu di kantor bupati Jayapura. Selasa, (18/2/2020)
Dampak negatif yang sangat nampak yaitu Miras dapat merusak kesehatan sel-sel saraf mereka yang mengkonsumsi Miras tersebut, terutama generasi muda Papua di tanah Papua.
“perempuan Papua melihat Miras secara utuh itu, kita tidak pernah melahirkan anak-anak mati karena Miras, itu sangat menyedihkan. Bagaimana kita sudah melahirkan, merawat kemudian membesarkan dan menyekolahkan, belum selesai terjadi hal-hal seperti diatas dan itu sesuatu yang tidak terpuji,” kata Iche.
Iche juga menegaskan, bahwa Miras bukan budaya dan kebiasaan orang Papua, sehingga perempuan Papua berharap untuk generasi muda Papua bahwa menutup toko Miras itu bukan solusi, tapi bagaimana kesadaran daripada generasi muda Papua itu sendiri untuk tidak mengkonsumsi Miras.
Nonton Juga: Miras Bukan Budaya Orang Papua. Mati karena Miras sangat menyedihkan bagi Perempuan Papua
“dan bagi yang belum rasa itu jangan coba-coba rasa, karena satu kali rasa itu ingin terus mencoba. Kalau kamu (orang Papua) semua mati ini, negeri ini mau kasih siapa? Tanah, hutan, gunung dengan kekayaan yang melimpah ini,” kata Iche.
Ia menambahkan, semoga ada kesadaran dari generasi muda Papua sekarang untuk tidak mengkonsumsi Miras karena kita tau sendiri situasi Papua sekarang seperti apa. Dan kami ingin tegaskan bahwa Miras itu mesin pembunuh dan mesin uang untuk para pengusaha.
Sementara itu Anias Lengka, ketua Solidaritas Anti Miras dan Narkoba (SAMN) kota Jayapura, menambahkan justru para pejabat Papua juga ikut terlibat membunuh saudara-saudarinya melalui izin usaha Minol yang diberikan kepada para pengusaha, padahal para pejabat ini sudah tahu bahwa Minol menjadi ancaman bagi orang Papua.
“Papua ada Otsus, dimana kepala daerah dari Gubernur, Ketua DPR Papua, Ketua MRP, bupati dan wakil bupati serta wali kota semua orang asli Papua, tapi mereka tidak berani berbicara soal penyelamatan orang asli Papua dari peredaran Miras di seluruh tanah Papua,” kata Lengka. (*)
Editor : Aguz Pabika