Adil Untuk PerubahanAdil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
  • Tanah Papua
  • Berita Papua
    • Polhukam
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Perempuan & Anak
    • Ekonomi & Bisnis
    • Infrastruktur
    • Lingkungan
    • Olaraga
  • Jendela Papua
    • Kuliner
    • Lensa
    • Pariwisata
    • Travel
    • Seni & Budaya
  • Pena Papua
    • Catatan Aktivis Papua
    • Sastra
    • Cerpen Papua
    • Artikel
    • Siaran Pers
    • Berita Foto
  • Editorial
  • Advertorial
Reading: Biar Aku Yang Mengukir!
Share
Sign In
Notification
Font ResizerAa
Adil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
Font ResizerAa
  • Headline
  • Tanah Papua
  • Kesehatan
  • Ekonomi & Bisnis
  • Pendidikan
  • Artikel
  • Cerpen Papua
  • Pariwisata
  • Editorial
  • Tanah Papua
  • Berita Papua
    • Polhukam
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Perempuan & Anak
    • Ekonomi & Bisnis
    • Infrastruktur
    • Lingkungan
    • Olaraga
  • Jendela Papua
    • Kuliner
    • Lensa
    • Pariwisata
    • Travel
    • Seni & Budaya
  • Pena Papua
    • Catatan Aktivis Papua
    • Sastra
    • Cerpen Papua
    • Artikel
    • Siaran Pers
    • Berita Foto
  • Editorial
  • Advertorial
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2025 Nirmeke. Design by Team IT Nirmeke. All Rights Reserved.
Adil Untuk Perubahan > Biar Aku Yang Mengukir!

Biar Aku Yang Mengukir!

admin
Last updated: January 15, 2020 23:19
By
admin
Byadmin
Follow:
5 years ago
Share
3 Min Read
SHARE

Oleh: Mr. Nomen

Iklan Nirmeke
Ad image

 

Malam yang basah. Jalanan kota ini terlihat lebih sendu dari biasanya. Aku berangkat menuju tempat ketika janji telah disepakati. Malam itu malam Jumat, entah kenapa kami memang lebih suka bertemu di malam Jumat. Kata kekasihku. Dia tidak suka kencan di malam Minggu. Dia memang agak lain dari perempuan kebanyakan. Itu juga yang menjadi sebab membuat aku menyukainya.

“Kau datang terlalu cepat,” ucapnya. Dia belum dandan sama sekali. Namun, aku tidak peduli bagiku, mencintainya adalah kesenangan. Menikmati waktu dengannya selalu menjadi kegiatan yang menyenangkan. Aku tidak peduli apakah dia sedang cantik atau tidak, bagiku dia tetaplah perempuan cantik.

“Tak apa kamu duduk saja di sini menemani ku.” Aku memang hanya ingin menikmati hari libur dengannya. Seminggu belakangan aku sibuk sekali dengan pekerjaanku. Sibuk dengan kehidupan ku yang selalu lupa padanya. Dia tidak pernah mengeluh apalagi menuntut lebih. Dia percaya saja kepadaku. Baginya, aku lelaki yang dia cintai. Tak peduli apa pun yang terjadi, dia hanya ingin cintai aku.

Sekarang, dia bahkan telah ku ubah menjadi perempuan yang tak seperti dulu. Bukan perempuan seperti awal kami bertemu. Dia mengikuti apa pun yang aku mau. Dan, aku juga tak mengerti kenapa aku menjadi lelaki yang seperti itu. Aku suka hal-hal aneh, mungkin terkesan ekstrim.

Aku suka membayangkan mencintai satu perempuan yang berbeda. Karena itu aku mencintai dia melakukan apa pun yang aku mau. Dengan alasan dia mencintai ku. Aku mengubahnya dari sebotol bening menjadi ukiran. Aku meminta Dia membuat tato.

“Ini tidak akan mengubahmu, cintaku akan tetap saja sama.” Aku menyakinkan Dia, sebab beberapa menit lalu dia masih terlihat ragu akan pintaku. Hingga akhirnya, dia menyerahkan seluruh tubuhnya untuk ditato. Aku sendiri yang melukisnya. Itu syarat yang dia ajukan.” jika aku harus di tato, kamulah yang harus melakukannya. Karena tubuhku hanya untukmu.”

Aku mengecup keningnya lembut. Sebagai jawaban atas keresahannya. Aku tahu, saat perempuan merasa takut, dia hanya butuh dipeluk dan dikecup lalu yakinkan padanya bahwa kau selalu ada. Aku melakukan hal itu.

Aku mulai melukis tubuhnya, Aku menyukai punggung. Dan, punggungnya adalah kanvas yang paling menarik untuk kulukis. Dia menyukai pohon yang meranting. Aku melukis sebatang pohon yang meranting di punggungnya. Sesekali kudengar suaranya mendesak sakit. Namun, dia tetap memintaku melakukannya.

“Hanya sakit sedikit,”ucapnya.

Aku melukiskan lagi. Menikmati setiap goresan yang menjalari punggungnya yang mulus. Aku senang dan bahagia. Dia terlihat sedikit kesakitan. Namun, Dia juga menikmatinya. Di kamar kecil ini semuanya berlalu dengan menyenangkan.

Iklan Nirmeke
Ad image

Mulai dari tato pertama di punggungnya itu, lalu disusul oleh tato lain di bagian tubuh yang lainnya. Sepanjang tahun aku melukis tubuhnya. Kini dia tak lagi gadis dengan kulit mulus. Dia adalah perempuan yang tak telanjang bahkan saat telanjang.

 

****

Related

Gabung Channel Whatsapp

Dapatkan berita terbaru dari Nirmeke.com di Whatsapp kamu
Klik disini untuk bergabung
Dengan anda klik untuk gabung ke channel kami , Anda menyetujui Persyaratan Penggunaan kami dan mengakui praktik data dalam Kebijakan Privasi kami. Anda dapat berhenti mengikuti kapan saja.
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link
Previous Article Gereja Baptis Papua akan Lakukan Munas Persekutuan Baptis Indonesia di Jayapura
Next Article Rekomendasi-Rekomendasi Untuk Memperbaiki Masalah Gizi di Korowai
Leave a Comment Leave a Comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Hangat

YLBHI Papua Pertanyakan Peran KemenkumHAM di Tengah Konflik Bersenjata di Papua
Polhukam Tanah Papua
2 days ago
Surat Terbuka GMNI Jayawijaya: “Orang Wamena Bukan Teroris”
Headline Pendidikan Tanah Papua
3 days ago
TPNPB-OPM Kodap III Ndugama-Darakma Keluarkan Pernyataan Sikap untuk Warga Sipil di Wamena
Polhukam Tanah Papua
3 days ago
Kapitalisme Kolonial dan Penjajahan Baru di Tanah Papua
Artikel Catatan Aktivis Papua
4 days ago
Iklan
Ad image

Lihat Topik Berita Lain Dari Nirmeke

Adil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
Follow US
© 2025 Nirmeke. Design by Team IT Nirmeke. All Rights Reserved.
  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Cyber
  • Iklan
  • Jasa Buat Website
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?