Oleh: Kurnia Fatma
(Saat Moralitas Prematur Menjangkiti Generasi Z)
PROLOG
Saya tergelitik dengan sebuah judul video yang diangkat dalam group Margasiswa beberapa hari yang lalu bertajuk Orasi Kebangsaan Putra Terbaik ***** .
Sekilas saya tertarik untuk segera melihat. Berharap (mungkin) saya akan menyaksikan kembali Martin Luther King Jr saat berorasi di Washington DC pada Lincoln Memorial
Atau bisa mendengarkan kembali orasi via Radio oleh Bung Tomo pra peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.
Namun…
(mohon maaf) saya merasa hambar dan sama sekali tidak terbakar (mungkin karena ekspektasi saya terlalu tinggi habis judul videonya sangat antusias dan over confidence)
Generasi “Prematur”
Generasi Z atau Generasi Milenial yang mengaku ajtivis (sepertinya) memiliki habitus yang kian super instan.
Memiliki akselerasi super aneh dengan tingkat tinggi sehingga terlalu dini mengclaim diri menjadi paling hebat dengan menggunakan redaksi: orasi terbaik !!!putra terbaik !!!
Maksud saya: “hey bro…world figures like Bung Karno and Martin Luther King never too confident claiming to be the best orator…”
Terjebak Pada Siklus Baal
Mungkin ada baiknya kita mulai berefleksi bahwa toa dan mic hanya “sub action” (dibaca:bagian terkecil) dari sebuah perubahan.
Mari kita bersama mulai berefleksi dan membongkar spirit prematur para aktivis zaman now.
Terjebak dalam prinsip spiral “DIS” (baca: Demo Is Solution)
Naskah Teks Sumpah Pemuda Aktivis Zaman Now
Jreng jreng…
- Kami (yang mengaku) putera dan puteri Indonesia mengaku bertumpah darah satu Darah Mendidih Untuk Protes.
- Kami (yang mengaku) putera dan puteri Indonesia, mengaku berbangsa satu BANGSA BARBAR (BAkaR BAn Rajanya)
- Kami (yang mengaku) putera dan puteri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa Demonstrasi.
EPILOG
Andai:
- Kami (yang mengaku) putera dan puteri Indonesia mengaku bertumpah darah satu Darah Mendidih Untuk Bertindak Langsung.
- Kami (yang mengaku) putera dan puteri Indonesia, mengaku berbangsa satu BANGSA BARBER (BAntu Rakyat BERsama Rakyat )
- Kami (yang mengaku) putera dan puteri Indonesia, menjunjung tinggi bahasa Tindakan. (*)