Jayapura, nirmeke.com – Belakangan ini marak terjadi pengalihan fungsi lahan sagu menjadi lahan sawit dan lahan untuk program pembangunan desa.
Hal tersebut dikatakan Frengky Warer, ketua Solidaritas Pedangang Asli Papua (SOLPAP), menyikapi kebakaran hutan sagu milik masyarakat adat yang terbakar di daerah Sentani beberapa waktu lalu, entah sengaja tau faktor cuaca. Senin, (30/9/2019).
Ia menjelaskan kita tau sendiri bahwa orang asli Papua melihat sagu sebagai salah satu sumber makanan pokok turun temurun.
“pengalihan fungsi ini tidak hanya berimbas pada sisi ekosistem tapi juga terhadap kearifan lokal masyarakat sekitar hutan sagu dan juga akan ada perubahan pola komsumsi,” kata Warer.
Frengky selaku ketua Solpap Papua menyarankan kepada pemilik hak wilayat hutan sagu untuk berhenti (stop) menjual hutan sagu, karena kalian tidak bisa (tidak tau) bikin kebun keladi, petatas, singkong apalagi sawah.
“Value change sagu sangat bernilai produktif dan bernilai jual tinggi dan sekarang lagi fokusnya aktivis untuk melakukan kampanye pelestarian pangan lokal termasuk sagu jadi para ondoafi stop jual lahan sagu dan lebih baik manfaatkan demi kebutuhan ekonomi yang baik,” pesan Warer.
Sebelumnya H. Rustam Saru, selaku wakil walikota Jayapura mengakui potensi pohon sagu di kota Jayapura dan beberapa daerah lainnya terbatas meskipun sagu sudah menjadi kebutuhan sangat besar karena memiliki potensi perekonomian dalam membantu pengembangan usaha mikro, kecil, menengah, dan koperasi.
“ketika sagu menjadi primadona di kota kemudian bahannya habis, akan menjadi masalah terutama sagu akan menjadi makanan lokal khas Papua saat PON 2020 sehingga perlu didukung oleh kita semua baik pemerintah maupun masyarakat melindungi hutan sagu maka jangan tebang sagu sembarangan,” kata Rustam.
Sebelumnya, hutan sagu milik masyarakat adat ludes terbakar api di Kleublouw, kampung Asei Kecil, Distrik Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, sabtu 14 Septerber 2019 lalu.
Kebakaran hutan sagu diduga karena cuaca yang sangat panas dan angin yang kencang. Kondisi ini mengakibatkan api merambat dengan begitu cepat membakar hampir sebagian besar hutan sagu yang ada di Kleublouw. (*)
Reporter : Agus Pabika
Editor : Apwakha