Jayapura, nirmeke.com – Penambahan pasukan di tanah Papua bukan menyelesaikan akar persoalan rasisme terhadap orang Papua namun menambah luka trauma atas keberadaan pasukan gabungan aparat militer di setiap sudut kota terutama di kota Jayapura.
Hal tersebut dikatakan Fiktor Tibul ketua Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) Cabang Jayapura beberapa waktu lalu. Senin, (16/9/2019).
“Pemerintah masih menganggap orang Papua sebagai ancaman negara terbukti dengan aksi anarkis kemarin di anggap dilakukan oleh orang Papua yang melakukan aksi demo kemarin, padahal aksi anarkis kemarin dilakukan dari bagian masa aksi (penyusup),” katanya.
Ia menambahkan pengiriman pasukan keamanan ribuan personil ke Papua yang berlebihan bukan akan menyelesaikan masalah melainkan membuat orang Papua takut, marah hingga ada yang trauma akan keberadaan mereka.
Sementara itu Bertus Asso anggota DPRD Jayawijaya yang berkunjung ke asrama Nayak I Kambey Abepura menambahkan dengan isu rasisme yang dilontarkan kepada orang Papua (mahasiswa Papua) akhirnya dapat mempersatukan dan membangkitkan orang Papua di seluruh tanah Papua.
“Isu rasisme sudah menjadi isu internasional sehingga kami harap pelajar, mahasiswa dan pemuda serta OKP di Papua untuk tidak terprovokasi karena orang lain sedang berusaha membangun skenario tingkat tinggi untuk menciptakan konflik horisontal mengorbankan rakyat Papua,” katanya. (*)