Adil Untuk PerubahanAdil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
  • Tanah Papua
  • Berita Papua
    • Polhukam
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Perempuan & Anak
    • Ekonomi & Bisnis
    • Infrastruktur
    • Lingkungan
    • Olaraga
  • Jendela Papua
    • Kuliner
    • Lensa
    • Pariwisata
    • Travel
    • Seni & Budaya
  • Pena Papua
    • Catatan Aktivis Papua
    • Sastra
    • Cerpen Papua
    • Artikel
    • Siaran Pers
    • Berita Foto
  • Editorial
  • Kerjasama
    • Kabupaten Lanny Jaya
Tulis judul berita...
© 2025 Nirmeke. Design by Team IT Nirmeke. All Rights Reserved. Develop By Loteng Kreatif.
Reading: Berjuang Mandiri Tanpa Legalitas Hukum Ditengah Diskriminasi Dan Stigma
Share
Notification
Adil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
  • Headline
  • Tanah Papua
  • Kesehatan
  • Ekonomi & Bisnis
  • Pendidikan
  • Artikel
  • Cerpen Papua
  • Pariwisata
  • Editorial
Tulis judul berita...
  • Tanah Papua
  • Berita Papua
    • Polhukam
    • Pendidikan
    • Kesehatan
    • Perempuan & Anak
    • Ekonomi & Bisnis
    • Infrastruktur
    • Lingkungan
    • Olaraga
  • Jendela Papua
    • Kuliner
    • Lensa
    • Pariwisata
    • Travel
    • Seni & Budaya
  • Pena Papua
    • Catatan Aktivis Papua
    • Sastra
    • Cerpen Papua
    • Artikel
    • Siaran Pers
    • Berita Foto
  • Editorial
  • Kerjasama
    • Kabupaten Lanny Jaya
Have an existing account? Sign In
Follow US
© 2025 Nirmeke. Design by Team IT Nirmeke. All Rights Reserved.
Adil Untuk Perubahan > Berjuang Mandiri Tanpa Legalitas Hukum Ditengah Diskriminasi Dan Stigma

Berjuang Mandiri Tanpa Legalitas Hukum Ditengah Diskriminasi Dan Stigma

admin
Last updated: September 2, 2019 08:20
By
admin
Byadmin
Follow:
6 years ago
Share
3 Min Read
SHARE

Jayapura, nirmeke.com – Komunitas Papua Pecandu Damai (PAPEDA) meskipun belum memiliki legalitas hukum atas keberadaan komunitas, mereka selalu aktif melakukan pendampingan terhadap pecandu narkoba, pekerja seks dan ODHA di kota Jayapura.

Iklan Nirmeke

Dessy Manggaprouw mengatakan meskipun Komunitas Papeda ini sudah berjalan hampir tiga tahun sejak aktif kembali tahun 2017, namun belum memiliki legalitas hukum. Sabtu, (24/8/2019).

“kami komunitas yang  tidak memiliki legalitas hukum pastinya kami susah untuk mengakses permohonan bantuan atau apapun, karena kami tidak memiliki legalitas hukum,” kata Dessy.

Ia menjelaskan sejauh ini komunitas Papeda berjalan secara mandiri, namun kami terus berjuang untuk mendapatkan legalitas hukum agar dapat diakui keberadaan kami oleh masyarakat luas.

“kendala kami karena belum memiliki legalitas hukum untuk memperkuat komunitas dalam aktivitas kami dalam hal ini pendanaan, terutama kami belum punya wadah untuk menampung teman—teman kami,” katanya.

Lanjutnya bila kami memiliki pendanaan yang jelas seperti komunitas lain di kota Jayapura, kami bisa mengakses permohonan bantuan atau apapun kepemerintah.

Ia menambahkan di mata masyarakat, komunitas Papeda di stigma dan mendapat perlakuan diskriminatif dengan label buruk (negatif) atau orang tidak benar.

“Banyak sekali di mata masyarakat pada umumnya pecandu buruk, ODHA buruk. pekerja seks buruk, namun kami tidak seburuk itu. Kami juga ingin diterima dan juga kami sama seperti mereka pada umumnya,” katanya.

Sementara itu Hiswita Pangau sebagai vokal point Organisasi Perubahan Sosial Indonesia (OPSI) nasional di Jayapura mengatakan kedepan media juga bisa menjadi bagian dari penurunan stigma dan diskriminasi terhadap komunitas maupun ODHA di Papua melalui pemberitaan sehingga media dapat mengedukasi masyarakat terhadap pemahaman mereka kepada komunitas.

“banyak pemberitaan-pemberitaan tentang komunitas yang negatif, sehingga dengan diskusi seperti ini kita harap kedepan pemberitaannya lebih positif dengan mengangkat aktifitas seperti yang dilakukan kawan-kawan dari Rojali dimana mereka membersihkan kali Acai dan mereka juga akan lakukan pembersihan sampah di pantai Ciberi, dan kerajinan tangan daur ulang plastik menjadi gaun dan itu bisa menjadi satu isu menarik untuk di angkat terkait komunitas agar membangun pemahaman masyarakat tentang komunitas ke arah yang lebih positif,” katanya.

Ia menambahkan kawan-kawan dari ODHIV atau ODHA, banyak masyarakat yang berfikir bahwa mereka itu yang sudah sakit atau sudah sekarat (menderita) yang tidak bisa berbuat apa-apa namun sebenarnya orang dengan HIV itu bisa melakukan aktifitas bahkan masih bisa lebih sehat mungkin dari pada kita yang tidak terinfeksi.

“diskusi hari ini kami melibatkan komunitas Rojali, Iwaja, ODHIV, komunitas pekerja seks, dan LSM yang terlibat hari ini bersama kawan-kawan media,” katanya. (*)

Iklan

 

Editor   : Agus Pabika

 

Related

Gabung Channel Whatsapp

Dapatkan berita terbaru dari Nirmeke.com di Whatsapp kamu
Klik disini untuk bergabung
Dengan anda klik untuk gabung ke channel kami , Anda menyetujui Persyaratan Penggunaan kami dan mengakui praktik data dalam Kebijakan Privasi kami. Anda dapat berhenti mengikuti kapan saja.
Share This Article
Facebook Whatsapp Whatsapp Telegram Copy Link
Previous Article Tuhan yang Mempertemukan, Agama yang Memisahkan
Next Article Memandirikan Perempuan Meepago, Ini saran John NR Gobai
Leave a Comment Leave a Comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Berita Hangat

“Kami Bukan Sekadar Konten” Perempuan Papua Menggugat Objektifikasi di Media Sosial
Artikel Catatan Aktivis Papua Perempuan & Anak
1 hour ago
Kepala Kampung Gruduk Kantor Bupati Jayawijaya, Ini Tanggapan Tegas Bupati
Tanah Papua
10 hours ago
Pemuda Gereja Baptis Walani Gelar Pelatihan Dasar Kepemimpinan
Tanah Papua
10 hours ago
Bupati Yahukimo Lantik Pejabat Eselon III, Tegaskan Pentingnya Integritas dan Pelayanan Tulus
Tanah Papua
1 day ago
Iklan
Ad image

Lihat Topik Berita Lain Dari Nirmeke

Adil Untuk PerubahanAdil Untuk Perubahan
Follow US
© 2025 Nirmeke. Design by Team IT Nirmeke. All Rights Reserved. Develop By Loteng Kreatif.
  • Tentang kami
  • Redaksi
  • Pedoman Media Cyber
  • Iklan
  • Jasa Buat Website
Welcome Back!

Sign in to your account

Username or Email Address
Password

Lost your password?