Jayapura, nirmeke.com – Fakta-fakta yang disembunyikan dan Narasi yang sedang dibangun Indonesia:
- Menuduh Mahasiswa Papua di Surabaya mencabut Bendera Merah Putih di depan Asrama. Dibesar-besarkan lewat media.
- Menutupi dan tidak mau memproses hukum TNI, Polisi dan Warga (Ormas) yang meneriaki kata-kata Monyet kepada Mahasiswa. Padahal terang-terangan beredar di Video yang direkam penghuni asrama Mahasiswa Papua dan semua orang menontonnya.
- Polisi ikut serta mendampingi masa Ormas lakukan aksi depan Asrama (sebagaimana biasanya) dan membiarkan mereka meneriakkan yel-yel “usir Papua”.
- Media tidak mengungkit siapa penyebar Hoax yang membuat Ormas datang mengepung Asrama Kamasan Papua.
- Polrestabes menangkap dua warga pengantar makanan ke Asrama Kamasan. Juga menolak Advokat Kontras yang diberi wewenang untuk negosiasi dengan aparat kepolisian.
- Di rekaman video maupun pengakuan penghuni Asrama, terlihat dan terdengar penghuni asrama meminta aparat kepolisian untuk negosiasi (bicara baik-baik) duduk persoalannya. Tetapi aparat TNI dan Polisi tidak mau mengubrisnya, dan justru mencaci maki mahasiswa dengan kata-kata “monyet”.
- Densus 88 atau Brimob dikerahkan dan penembakan gas air mata dilakukan secara brutal (persis menyerang teroris). Ditemukan selongsongan peluruh tajam. Padahal Mahasiswa sudah angkat tangan agar berbicara baik-baik.
- Ada upaya kekerasan saat digiring keluar dari Asrama Kamasan.
- Kapolrestabes dalam wawancara TV mengatakan penghuni asrama Papua memiliki Bom Molotov dan ditemukan senjata tajam, sehingga gas air mata dan penindakan tegas dilakukan. Padahal ini Mahasiswa Papua tidak memiliki apapun Bom Molotov dan senjata tajam. Mereka hanya punya peralatan studi.
- Polisi dan semua petinggi Jakarta membangun Narasi baru dengan mengalihkan kesalahan kepada penyebar berita hoax. Padahal di video jelas-jelas membuktikan teriakan-teriakan monyet yang membuat aksi protes spontan di seluruh Papua.
- Narasi itu dibangun melalui Televisi. Dan hampir semua media berita TV ikut membangun narasi pembenaran kejahatan di Surabaya, sambil menyalahkan rakyat Papua. Tidak mampu menyentuh substansi masalah.
- Media TV juga mengundang orang-orang Papua penjilat penguasa Jakarta seperti Lenis Kogoya untuk mewakili Papua bicara di media. Padahal dia bukan apa-apanya orang Papua. Dia bukan kepala Suku Papua. Dia tidak mewakili siapapun di Papua.
- Hampir semua TV tidak mewawancarai warga yang lakukan protes di lapangan tetapi lebih memilih nara sumber dari Polisi dan elit-elit penguasa yang menyampaikan situasi diluar dari yang sebenarnya terjadi.
*Tulis Victor Yeimo Jubir Internasional KNPB Pusat di halaman akun facebooknya, Kamis, (22/8/2019)