Jayapura, nirmeke.com – Festival Budaya Lembah Balim (FBLB) yang sudah berlangsung selama 30 tahun lebih ini di harapkan dapat mensejahterakan masyarakat lokal sehingga perlu di roaling tempat kegiatan di setiap titik wilayah yang ada di Jayawijaya.
Dominikus Sorabut, ketua Dewan Adat Papua (DAP) ketika di temui wartawan di kantor DAP Expo Waena, mengatakan Festival tertua di Wamena ini tentunya akan mendatangkan wisatawan domestik dan internasional sehingga perlu di perhatikan tempat perggelaran dari festival itu sendiri agar punya daya tarik ternsendiri. Selasa, (2/7/2019).
“soal tempat juga tidak harus di lakukan satu tempat saja seperti di Welesi, kan kita ketahui sendiri ada pusat festival ada beberapa titik seperti di Wosilimo, Konam, dan beberapa titik lainnya harus di buka sehingga setiap tahun itu dia roaling karena itu juga bagian dari mensejahterakan rakyat lokal,” kata Dominikus.
Lanjutnya, dengan dilakukan roaling tempat festival ini pastinya akan memberikan kesejahteraan bagi masyarakat lokal dan pastinya masyarakat akan menerima dampak positif baik dari ekonomi maupun pariwisata.
“bila semua tempat dibuka tentunya akan menekan angka kriminal karena hari ini di Wamena marak dengan pencurian, pembunuhan, minum mabuk, seks bebas dengan sendirinya akan menekan hal tersebut karena festival tersebut akan memberikan kita pendidikan dasar bagaimana kita hidup baik, memahami hukum-hukum adat bisa kita pahami disitu,” katanya.
Inisiasi dari pemerintah daerah, kata Dominikus sudah luar biasa namun partisipasi rakyat sebagai masyarakat adat masuk dalam ivent itu seberapa besar? Kita tidak harus melihat partisipasi mereka saat ivent namun dampak dari ivent itu setelah jalan apa yang mereka tampilkan (tuangkan) di tempat festival tersebut akan di terapkan di tempat mereka atau tidak.
Salah seorang fotografer Papua Sonny Wanda mengatakan, ada banyak kearifan budaya dan kegiatan masyarakat yang bisa diabadikan. Terutama kegiatan mama – mama di Papua yang tak bisa dilihat di daerah lain. Keunikan ini yang menarik diabadikan oleh para fotografer yang datang ke FBLB.
“Kehidupan masyarakat Hubula yang sederhana dengan mama – mama yang selalu bekerja keras akan menarik jika diabadikan dalam karya fotografi. Sehingga masyarakat juga bisa menikmati dan menerima pesan yang kuat dari karya fotografi yang diabadikan,” kata Sonny.
Menurut Sonny, festival ini juga berpotensi untuk mendatangkan pemasukan bagi warga sekitar terutama yang berjualan di sepanjang jalan menuju lokasi kegiatan berlangsung. Sayangnya, akses jalan yang rusak membuat festival ini banyak dikeluhkan wisatawan.(*)
Editor : Agus Pabika